Menimpa Bocah SD yang Dijual oleh Pacar Sendiri, Waspadai 'Grooming', Modus Pelecehan pada Anak yang Bisa Berawal Hanya Lewat Menggelitik Badan atau Bergulat

Tatik Ariyani

Penulis

Ilustrasi grooming, modus pelecehan pada anak

Intisari-Online.com -EN (13), seorang siswi SD menjadi korban perdagangan orang danprostitusi daring di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan.

EN dijual oleh pria muncikari berinisial RB (19) yang kini telah ditangkappolisi dan ditetapkan menjadi tersangka.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Ridwan Soplanit membeberkan modus pelaku menjual korban kepada pria hidung belang.

Ridwan menjelaskan, pelaku lebih dulu menjadikan korban sebagai kekasihnya.

Baca Juga: Sosok Mengerikan di Balik 'Pahlawan' Timor Leste Terungkap, Mantan Pastor Asal Amerika Dipenjara 12 Tahun Karena Pelecehan Seksual Anak di Timor Leste

Setelah itu, pelaku merayu korban untuk berhubungan intim.

"Jadi awalnya (pelaku) mengajak korban untuk pacaran. Setelah dia pacaran, dia merayu kemudian dia meniduri korban," kata Ridwan di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Rabu (29/12/2021), dikutip Kompas.com dari Tribun Jakarta.

Ridwan mengungkapkan, korban dijual kepada pria hidung belang melalui aplikasi MiChat.

"Sampai dengan saat ini, keterangan dari pelaku, dia menjual korban kepada dua orang untuk melakukan hubungan tersebut di Apartemen Kalibata, (di unit kamar) milik pelaku," ungkap Ridwan.

Baca Juga: Seantero Indonesia Ngebet Jadikannya Hukuman untuk Herry Wirawan, Faktanya Kebiri Justru Bisa Bikin Predator Makin Brutal, Kebahayaannya Malah Kian Dahsyat

Kejahatan seksual seperti yang dialami EN seringkali terjadi.

Grooming adalah salah satuproses yang dipakai olehparapelaku yang sering menjadikan anak-anak sebagai target.

Makna kata grooming bisa menakutkan, di mana grooming merupakan kata yang digunakan untuk merujukpadaprosespedofil dengan maksud membangun kepercayaan dengan seorang anak guna mengikis batasan anak tersebut.

Menurut laman education.vic.gov.au, grooming adalah saat seseorang melakukanperilakupredator untuk memersiapkan seorang anak atau remaja untuk aktivitas seksual di kemudian hari.

Dalam hal ini,proses grooming bisa berua komunikasi dan/atau upaya untuk berteman atau menjalin hubugan atau hubungan emosional lainnya dengan anak atau orang tua ataupengasuh mereka.

Anak-anak atau remaja sering kali 'dipersiapkan' (groomed) sebelum mereka mengalamipelecehan seksual.

Awalnya, mereka mungkin tertipu dengan berpikir mereka berada dalam hubungan yang aman dan normal sehingga mereka tidak tahu hal tersebut akan terjadi atau mungkin merasa tidakpunya pilihan selain dilecehkan.

Mungkin sulit untuk mengidentifikasi atau menyadari kapan seseorang telah'dipersiapkan' sampai mereka mengalami pelecehan seksual, karena perilaku grooming untuk pelecehan sendiri terkadang terlihat seperti perilaku peduli yang 'normal'.

Baca Juga: Heboh Pesawat Siluman Terekam Google Earth, Pesawat Kiriman CIA Ini Malah Mondar-mandir di Langit Indonesia Tanpa Pernah Terdeteksi, Ini Tujuannya

Pelaku grooming sering mengandalkan ponsel, media sosial dan internet untuk berinteraksi dengan anak-anak dengan cara yang tidak pantas.

Pelaku juga akan sering meminta anak untuk merahasiakan hubungan mereka.

Proses grooming bisa berlanjut selama berbulan-bulan sebelum pelaku mengatur pertemuan fisik.

Contoh prosesgrooming ini dapat berupa melakukan kontak fisik yang dekat secara seksual, seperti menggelitik yang tidak pantas dan pertarungan gulat/bermain.

Contoh lainnya adalah mengendalikan seorang anak atau remaja melalui ancaman, paksaan atau penggunaan otoritas yang membuat anak atau remaja itu merasa takut untuk melaporkan perilaku yang tidak diinginkan.

Grooming pun dapat dilakukan secara online melalui media sosial, yang menurut thinkuknow.co.uk, hal ini dinilai lebih mudah dilakukan oleh pelaku.

Adanya game, media sosial, platform streaming langsung dan ruang obrolan memberikan kesempatan bagi pelaku untuk melakukan kontak dengan anak-anak untuk mencoba merawat mereka.

Para pelaku dapat mengetahui banyak tentang anak-anak sebelum mereka melakukan kontak dengan melihat hal-hal yang telah diposting oleh anak tersebut.

Dengan informasi yang mereka dapatkan tersebut, mereka dapat menargetkan anak-anak dan merencanakan dengan cermat apa yang akan mereka katakan dan tunjukkan.

Setelah mengalami pelecehan seksual, korban tidak mungkin memberitahu siapa pun bahwa mereka telah dilecehkan.

Mereka mungkin berikir bahwa mereka sedang menjalin hubungan cinta atau persahabatan, atau mereka tidak punya pilihan.

Dengan demikian, penting untuk mengenali tanda-tanda eksploitasi seksual dari sang anak.

Artikel Terkait