22 Tahun Jadi Tempat Ribuan Warga Timor Leste Meregang Nyawa Setelah Hasil Referendum Keluar, Kota Ini Jadi Penyelamat Bumi Lorosae dari Kemelaratan Setelah Tambang Migas Ditemukan

May N

Penulis

Pembantaian gereja Suai, 21 tahun setelahnya kota ini mencatat penemuan fantastis sumber minyak dan gas kaya untuk Timor Leste

Intisari - Online.com -Perusahaan swasta Timor Resources mengatakan mereka telah menemukan penemuan minyak dan gas di Timor Leste dengan dua sumur eksplorasi sudah diumumkan.

Dalam pernyataan singkat, operator mengatakan penemuan ini terdiri dari minyak dan gas, dan bahwa Schlumberger telah memasang pipa besar di sumur untuk membantu menghitung jumlah minyak dan gas yang ditemukan.

Timor Resources tidak membeberkan data sumur yang lain, hanya mengatakan penemuan ini "mewakili penemuan pertama dari wilayah tersebut".

Bor telah berpindah ke lokasi sumur berikutnya, persiapan untuk eksplorasi kedua sebelum Natal, yang diyakini disebut Liurai, dilansir dari upstreamonline.com.

Baca Juga: Pantas Masih Pakai Dollar AS Meski Bikin Harga Kebutuhan Melambung Tinggi, Ternyata Ini Alasan Timor Leste Gunakan Dollar sebagai Mata Uang Resmi

Operator dan mitra gabungan Timor Gap mengebor sumur eksplorasi Feto Kmaus pada 27 Oktober di Blok PSC TL OT 17 08 di wilayah Suai.

Perusahaan Australia Eastern Drilling sedang menyediakan cincin pengeboran dan tim operasi.

Kontraktor lain termasuk Schlumberger, Parama Data Unit, Matra Unikatama, Petroil, Saga Trade, York Transport dan OTE.

Operator mengindikasikan sebelumnya jika cincin pengebor Loadcraft dengan daya 1100 horsepower (hp) dibangun di AS sedang dipakai dalam operasi ini.

Baca Juga: Diprediksi Bakal Bangkrut Usai Tambang Minyaknya Mengering, Ekonomi Timor Leste Justru Dinyatakan Bakal Pulih, Bahkan Ada Sektor yang Disebut Naik Dua Kali Lipat

Bor ini dipindahkan ke Timor Leste tahun lalu dan dapat memulai operasi jauh lebih awal, tapi pandemi Covid-19 dan persetujuan perizinan membuat tertunda.

Perusahaan pengatur migas Timor Leste, ANPM, mengatakan ketika sumur digali jika penggalian ini merupakan penggalian di daratan pertama dalam 50 tahun, dan penggalian di daratan pertama sejak merdeka dari Indonesia.

Pembantaian Suai

Namun, lokasi penemuan tambang ini, Suai, menyisakan dendam yang begitu keji.

Baca Juga: Kisah Panjang 4.000 Warga China Pindah dan Hidup Menetap di Timor Leste, Rupanya Ada 'Desas-desus' Menjanjikan Ini

Suai pernah menyaksikan pembantaian para pengungsi gereja di tahun 1999.

Bapa muda Dewanto adalah yang pertama meninggal, ujar Suster Mary Barudero dikutip dari The Guardian.

Anggota militan berbaris di luar gereja kayu tua yang menjadi tempat persembunyian pengungsi di kota Suai, Timor Leste, dan para paroki menyaksikan saat Yesuit Indonesia muda, berpakaian dalam jubahnya, keluar bertemu para anggota militan.

Tembakan terdengar dan ia tewas, selanjutnya Bapa Fransisco yang keluar.

Baca Juga: Sama-sama Berkedok Agama Seperti Herry Wirawan, Pendeta AS Ini Menjelma Jadi Predator Anak di Timor Leste, para Korban Malah Diintimidasi oleh Warga, Kok Bisa?

Anggota militan menunggu untuk pendeta senior, Bapa Hilario, keluar.

Ketika ia tidak keluar, seorang saksi mengatakan para anggota militan menendang pintu gereja lalu memborbardir dengan tembakan api.

Seorang suster yang menyaksikan pembantaian itu dari rumahnya menggambarkan kejadian tersebut kepada Barudero setelah pembunuhan terjadi Senin siang.

Suster mengatakan kepadanya anggota militan memasuki gereja dan mulai menembakkan semburan panjang dari senjata mereka ke kerumunan pengungsi.

Baca Juga: Tergiur Iming-Iming Kontrak Ladang Minyak Ini, Timor Leste disebut Bisa Jadi Biang Keladi Negara Perusak Iklim, Gara-Gara Kiriman Limbah dari Australia Ini

Mereka juga melemparkan granat tangan di antara para korban yang berkerumun.

Di dalam gereja, Barudero mengatakan hanya ada anak-anak kecil dan wanita, bayi-bayi yang digendong ibunya dan wanita-wanita hamil.

Para pria telah melarikan diri sebelumnya.

Barudero, seorang suster, telah mengirim 4 wanita hamil kembali ke gereja dari rumah sakit tempatnya bekerja hanya dua jam sebelumnya untuk menunggu prosesi melahirkan.

Baca Juga: Militer Negaranya Bahkan Sama Sekali Tak Diperhitungkan Dunia, Tentara Timor Leste Tiba-tiba Bekerja Sama dengan Armada Terbesar Angkatan Laut AS, Ada Apa?

"Mereka pergi ke gereja karena merasa aman di sana; mereka merasa dekat para pendeta adalah perlindungan," ujar suster yang di tahun 1999 itu berusia 64 tahun.

Cerita pembantaian massal darinya dikonfirmasi oleh agen berita misionaris Vatikan, Fides, sebagai salah satu penggambaran paling brutal mengenai kekerasan di Timor Leste yang muncul di waktu sejak pasukan militan melawan kemerdekaan dari Jakarta dan mulai menjarah dengan dukungan dari militer Indonesia.

Juru tulis Katholik Roma yang dianggap para militan sebagai pendukung kemerdekaan, merupakan korban-korban yang pertama.

Sebagian besar warga dari koloni Portugis itu beragama Katholik, sedangkan Indonesia yang menganeksasi Timor Leste tahun 1976, adalah negara Muslim terbesar di dunia.

Baca Juga: Sejarah Timor Leste: Didekatkan pada Kemerdekaan Usai Peristiwa Santa Cruz yang Tewaskan Ratusan Orang, Rencana Kedatangan Bekas Penjajahnya yang Jadi Awal Mula Tragedi Ini

Pembantaian di Suai itu membunuh kurang lebih 100 warga, 15 pendeta dibunuh di kota Baukau dan Dili, dan beberapa suster terbunuh di Baukau.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait