Kini biayanya menjadi Rp114,24 triliun alias membengkak Rp27,09 triliun, dana sebesar itu tak sedikit.
Target penyelesaiannya pun molor dari tahun 2019 mundur ke tahun 2022.
Melonjaknya biaya investasi kereta cepat Indonesia-China sudah melampaui dana pembangunan untuk proyek yang sama ditawarkan Jepang melalui JICA, bahkan dengan bunga utang lebih rendah.
Agar proyek tersebut tidak sampai mangkrak, pemerintah berencana menambal kekurangan dana dengan uang APBN melalui skema penyertaan modal negara pada BUMN yang terlibat proyek.
Kalangan yang kontra terhadap proyek tersebut menyebutkan, proyek ini perkembangannya tak sesuai janji pemerintah dulu.
Dengan kondisi tersebut, Faisal melakukan simulasi terkait kapan proyek ini bisa balik modal.
Menurutnya berdasarkan simulasi dalam skenario buruk, proyek ini bisa balik modal setelah 139 tahun mendatang.