Dari 25 persen ekuitas tersebut, sebesar 60 persen berasal dari konsorsium Indonesia, karena menjadi pemegang saham mayoritas.
Dengan demikian, pendanaan dari konsorsium Indonesia, sekitar 15 persen dari proyek, sedangkan sisanya sebesar 85 persen dibiayai ekuitas dan pinjaman pihak China, tanpa jaminan dari Pemerintah Indonesia.
PMN yang akan dialokasikan pemerintah sebesar Rp.3,5 triliun digunakan untuk pembayaran base equalitu capital, atau kewajiban dasar dari konsorsium.
Lalu, pinjaman CBD diperkirakan mencapai 4,55 miliar dollar AS atau Rp64,9 triliun.
Menanggapi hal ini ekonom Faisal Basri mengatakan, proyek kereta cepat Jakarta Bandung ini, diprediksi balik modal dalam 139 tahun.
Asumsi tersebut berdasarkan perhitungan biaya operasional, sehingga bila ditotal, balik modal proyek yang didanai utang China tersebut bisa lebih lama lagi.
Proyek Kereta Api Cepat Jakarta Bandung ini mengalami pembengkakan, biaya dan gagal memenuhi target awal penyelesaian Rp86,5 triliun.