Dari pengamatan kegempaan, pada hari Sabtu itu telah terjadi satu kali gempa letusan dengan amplitudo 14 mm selama 40 detik, satu kali gempa awan panas guguran dengan amplitudo 10 mm selama 201 detik, tiga kali gempa guguran dengan amplitudo 7-10 mm selama 100-200 detik, dan dua kali gempa hembusan dengan amplitudo maksimal 6 mm selama 40-45 detik.
KESDM mengimbau kepada masyarakat untuk menghindari aktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah Gunung Semeru, dan jarak 5 kilometer dari arah bukaan kawah di sektor tenggara-selatan.
Masyarakat juga diminta untuk menjauhi kawasan yang terdampak material awan panas, mewaspadai potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan, serta selalu mewaspadai ancaman lahar di hulu sungai.
Para ahli vulkanologi, melansir dari Sciencing, telah mengklasifikasikan letusan gunung berapi berdasarkan jenis dan standar kualitatifnya, karena setiap gunung api memiliki sifat yang berbeda.
Ahli geologi sendiri mengkategorikan gunung api menjadi tiga kategori, yaitu gunung api perisai kerucut, kerucut cinder, dan kerucut komposit atau gunung api strato yagn mewakili 60 persen dari gunung berapi di dunia.
Dan seperti berikut inilah proses terjadinya erupsi gunung berapi.
1. Gempa bumi dan peningkatan emisi gas
Ketika magma bergerak di perut bumi tepatnya di bawah gunung berapi, aktivitas ini memicu terjadinya gempa bumi secara berkala dengan intensitas dan kekuatan yang terus meningkat.
Fumarol, yang merupakan celah terbukan untuk mengeluarkan gas, mulai memuntahkan berbagai zat, seperti uap, karbondioksida, belerang, atau gas beracun lainnya.