Konon Disebut ‘Paku Bumi’ Pulau Jawa Agar Tak Terombang-ambing Lagi di Tengah Lautan Luas dan Jadi Tempat Persemayaman Dewa Shiwa, Begini Proses Terjadinya Erupsi Gunung Semeru Menurut Para Ahli

K. Tatik Wardayati

Penulis

Intisari-Online.com – Menurut legenda yang tercantum dalam Kitab Tantu Pagelaran, salah satu karya sastra peninggalan Kerajaan Majapahit, pulau Jawa pada waktu itu masih terombang-ambing di tengah lautan luas.

Para dewa kemudian memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa.

Gunung itu kemudian digendong oleh Dewa Wishnu yang menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa, lalu dibantu oleh Dewa Brahma yang menjelma menjadi ular naga raksasa yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung dapat diangkut dengan aman.

Baca Juga: Pantas Seluruh Dunia KetakutanLihatGunung Semeru Erupsi, Rupanya Skala Letusan Gunung Api di Indonesia Maha Dahsyat, Bisa Membuat Seisi Bumi 'Gelap' Selama Berhari-hari

Singkat cerita, setelah bolak-balik ke arah barat dan timur agar pulau Jawa itu bisa seimbang, maka bagian utama dari Gunung Meru pun menjadi tempat persemayaman dewa Shiwa, gunung itu sekarang lebih dikenal dengan nama Gunung Semeru.

Sejak Sabtu (4/12/2021), Gunung Semeru yang berada di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur itu mengalami erupsi.

Gunung Semeru diketahui sebagai gunung api yang aktif di Indonesia.

Asap kawah utama berwarna putih dengan ketebalan 300-500 meter dari puncak gunung.

Baca Juga: Tak Terjadi Secara Tiba-tiba, Gunung Berapi Biasanya Berikan Tanda-tanda Alam Sebelum ‘Muntahkan’ Isi ‘Perutnya’, Ini Pernyataan Ahli dan Pengakuan Warga Sekitar Gunung Semeru

Dari pengamatan kegempaan, pada hari Sabtu itu telah terjadi satu kali gempa letusan dengan amplitudo 14 mm selama 40 detik, satu kali gempa awan panas guguran dengan amplitudo 10 mm selama 201 detik, tiga kali gempa guguran dengan amplitudo 7-10 mm selama 100-200 detik, dan dua kali gempa hembusan dengan amplitudo maksimal 6 mm selama 40-45 detik.

KESDM mengimbau kepada masyarakat untuk menghindari aktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah Gunung Semeru, dan jarak 5 kilometer dari arah bukaan kawah di sektor tenggara-selatan.

Masyarakat juga diminta untuk menjauhi kawasan yang terdampak material awan panas, mewaspadai potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan, serta selalu mewaspadai ancaman lahar di hulu sungai.

Para ahli vulkanologi, melansir dari Sciencing, telah mengklasifikasikan letusan gunung berapi berdasarkan jenis dan standar kualitatifnya, karena setiap gunung api memiliki sifat yang berbeda.

Ahli geologi sendiri mengkategorikan gunung api menjadi tiga kategori, yaitu gunung api perisai kerucut, kerucut cinder, dan kerucut komposit atau gunung api strato yagn mewakili 60 persen dari gunung berapi di dunia.

Dan seperti berikut inilah proses terjadinya erupsi gunung berapi.

1. Gempa bumi dan peningkatan emisi gas

Ketika magma bergerak di perut bumi tepatnya di bawah gunung berapi, aktivitas ini memicu terjadinya gempa bumi secara berkala dengan intensitas dan kekuatan yang terus meningkat.

Fumarol, yang merupakan celah terbukan untuk mengeluarkan gas, mulai memuntahkan berbagai zat, seperti uap, karbondioksida, belerang, atau gas beracun lainnya.

Baca Juga: Desa di Lumajang Hancur Usai Dihantam Erupsi Gunung Semeru, Desa di Jepang Ini Malah Berdiri Tepat di Kawah Gunung Berapi, Kok Bisa?

Peningkatan emisi gas dan gempa bumi sering kali menandakan bahwa letusan gunung akan terjadi.

Gempa bumi terus-menerus dan pneingkatan emisi gas biasanya merupakan tahpa pertama letusan.

2. Keluarnya abu dan uap panas

Proses letusan gunung berapi selanjutnya adalah pengeluaran abu dan uap air melalui lubang pada gunung yang terbuka.

Seperti letusan freatik yang terjadi ketika magma memanaskan permukaan atau air tanah yang dilepaskan melalui lubang dan celah baru.

3. Pembentukan kubah lava

Proses terakhir dari erupsi gunung berapi menurut para ahli yaitu pembentukan kubah lava atau lava dome.

Kubah lava terbentuk karena magma yang mengalir di permukana mengalami penurunan tekanan maupun suhu yang membeku sehingga membentuk suatu bentuk seperti kubah.

Pembentukan kubah lava diidentifikasi ahli menggunakan peralatan ilmiah yang dimiliki, karena penumpukan kubah lava mungkin tidak terlihat dengan mata telanjang.

Untuk mencatat aktivitas ini, tim ahli vulkanologi menggunakan satelit GPS dan peralatan lain.

Ketika gunung berapi menjadi lebih aktif, maka terjadi serangakaian proses penumpukan kubah yang kemudian runtuh, dan akhirnya menyebabkan letusan hebat.

Baca Juga: Tak Hanya Akhir Tahun 2021, Gunung Semeru Telah Tunjukkan ‘Amukannya’ Sejak 1818, Inilah Rentetan Letusan Gunung Tertinggi di Pulau Jawa Ini

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait