Find Us On Social Media :

Berdiri Tegak di Atas 'Pulau Emas' Harta Karun Sriwijaya, Jembatan Ampera Ternyata Punya Kisah Ironis Bagi Bung Karno, Namanya 'Dicongkel'

By Mentari DP, Jumat, 12 November 2021 | 08:45 WIB

Jembatan Ampera dan kisah dongeng Pulau Emas.

Intisari-Online.com - Pernah mendengar dongeng Pulau Emas?

Siapa sangka Pulau Emas itu benar-benar ditemukan oleh awak nelayan di Sumatera.

Dilansir dari kompas.com pada Kamis (11/11/2021), harta karun itu diperkirakan senilai jutaan dolar AS dan telah ditemukan di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan.

Baca Juga: Bikin Jantungan Seisi Eropa Karena Kirim 2 Pesawat Pembom Nuklir ke Belarusia, Terkuak Inilah Tujuan Mengejutkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk Keamanan Uni Eropa

Yang menemukannya adalah kru nelayan lokal yang melakukan penyelaman malam hari di Sungai Musi.

Hasil penemuan mereka di antaranya adalah patung Buddha abad ke-8 yang seukuran aslinya dan bertatahkan berbagai batu permata berharga yang ditaksir bernilai jutaan poundsterling.

Ada juga temuan emas pertama yang hanya layak untuk seorang raja diraja.

Dan kejadian itu telah terjadi dalam lima tahun terakhir.

"Dalam lima tahun terakhir, hal-hal luar biasa muncul," kata Dr Sean Kingsley, seorang arkeolog maritim Inggris, seperti dilansir Guardian, Jumat (22/10/2021).

"Koin dari semua periode, patung emas Buddha, permata, batu mulia, dan segala macam hal yang mungkin hanya bisa Anda bayangkan di dongeng benar-benar nyata."

Baca Juga: Tak Ada Dokter dan Ahli Medis, Melalui Cara Magis Ini Orang Mesir Kuno Sembuhkan Orang Sakit, Patung Peninggalan Firaun Ini Jadi Perantaranya

Penemuan itu lantas mengingatkan kita pada Kerajaan Sriwijaya dan tentunya sejarah Sungai Musi dan Jembatan Ampera, tiga hal yang paling identik dengan kota Palembang.

Namun dari tiga hal ikonik itu, ada sejarah unik tentang Jembatan Ampera. Apa itu?

Sesuai namanya, Jembatan Ampera atau Jembatan Amanat Penderitaan Rakyat itu punya kisah yang tak biasa.

Memiliki panjang 1.177 meter, lebar 22 meter dan tinggi 63 meter dan jarak antara menara 75 meter, jembatan ini sesungguhnya sangat cantik.

 

Tapi awal pembangunan jembatan ini sebenarnya terbilang cukup nekat.

Bagaimana tidak, pada saat itu anggaran yang dimiliki Kota Palembang sebagai modal awal membangun jembatan sekitar Rp30.000.

Mereka juga membentuk panitia pembangunan pada tahun 1957.

Para panitia itu terdiri dari Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumsel, H.A. Bastari dan pendampingnya Wali Kota Palembang, M. Ali Amin, beserta Wakil Wali Kota, Indra Caya.

Agar rencana pembangunan jembatan berjalan lancar, mereka pun melakukan melakukan pendekatan kepada Presiden Soekarno.

Di depan Bung Karno, mereka menjelaskan semua hal terkait pembangunan jembatan dan gagasan itu disetujui Bung Karno.

Tapi ada syaratnya. Di mana dibuat juga taman terbuka di kedua ujung jembatan itu.

Kemudian pada April 1962, pembangunan pembuatan jembatan pun dimulai.

Baca Juga: Banyak Negara Termasuk Indonesia Mulai Bebas Covid-19, Ternyata Salah Satu Negara Pertama yang Temukan Vaksin Covid-19 Ini Malah Diterjang 40.000 Kasus Sehari, Menkes: Bikin Malu Saja!

Lalu jembatan tersebut diresmikan pada 10 November 1965 oleh Gubernur Sumsel Brigjen Abujazid Bustomi.

Karena ingin berterima kasih kepada Presiden Soekarno, maka nama jembatan itu awalnya adalah Jembatan Bung Karno.

Pemberian nama itu karena Bung Karno dianggap dengan sunguh-sungguh memperjuangkan warga Palembang untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.

Di hari Pahlawan itu, rakyat Sumsel menerima hadiah sebuah jembatan yang megah di jantung Kota Palembang.

Sayangnya, setahun kemudian, tepatnya tahu 1966, terjadi pergolakan gerakan anti-Soekarno.

Pergolakan itu pada akhirnya membuat nama jembatan itu diubah menjadi Jembatan Ampera yang artinya Amanat Penderitaan Rakyat hingga sekarang.

Baca Juga: Satu Per Satu Orang yang Buka Makam Raja Tutankhamun Tewas Secara Misterius, Benarkah Malapetaka Menanti Bagi Mereka yang Berani Sentuh Mumi Firaun?