Genderang Perang Sudah Ditabuh, Kepala Negaranya Ditahan, Negara Tetangga Indonesia Ini Bikin Panik Satu Dunia Ketika dalam Negeri Terjadi Perang Sipil Mengerikan

May N

Penulis

Tahanan politik Myanmar yang dibebaskan, pakar beranggapan hal ini sebagai langkah Myanmar mencuri hati pihak internasional

Intisari - Online.com -Saat ini, kondisi dunia sudah membuat banyak ketar-ketir.

Hal ini karena ancaman perang ada di mana-mana.

Indonesia yang terletak di wilayah Asia Tenggara juga tidak aman dari konflik-konflik regional.

Hal ini karena konflik regional itu bisa menyebar dengan cepat.

Baca Juga: Merdeka Dua Kali, Berikut 18 Fakta Timor Leste yang Jarang Diketahui Orang

Saat ini, Asia Tenggara tengah ketar-ketir dengan konflik yang terjadi di Myanmar.

Berita terbaru menuturkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa baru saja mengirimkan pasukan khusus ke Myanmar.

Hal ini dilaporkan diplomat Swiss, Christine Schraner Burgener, yang mengatakan negara itu sekarang sedang dalam status perang sipil setelah kudeta militer awal tahun 2021 lalu.

Burgener sendiri sebelumnya adalah agen khusus yang dikirimkan PBB ke Myanmar, yang akhirnya mundur dari jabatannya itu setelah menjabat 3,5 tahun.

Baca Juga: 'Kompori' Negara ASEAN untuk Depak Myanmar dari KTT, Terkuak Alasan Jokowi Pilih Sikap Tegas, Merasa Tak Dihormati Usai Junta Militer Lakukan Ini

Menurut penilaiannya, warga Myanmar akan tetap melanjutkan menahan kudeta militer dan banyak yang menulis kepadanya: "Kami lebih baik mati daripada menerima diktator militer baru."

Ia juga mengatakan kesempatan menempatkan Myanmar di jalan demokrasi kini semakin kecil kemungkinannya, seperti dilaporkan Forbes dari Reuters Kamis kemarin.

Beberapa fakta penting mengenai Myanmar antara lain sebagai berikut:

Burgener telah memperingatkan kemungkinan "perang sipil skala penuh" atas situasi berbulan-bulan di Myanmar, mengikuti kudeta militer kejam Februari lalu kala ratusan korban terbunuh dan pemimpin pemerintahan ditahan, termasuk Aung San Suu Kyi dan anggota partainya, National League for Democracy.

Baca Juga: Seantero Dunia Taunya China Cuma Konflik dengan Taiwan, Nyatanya Negeri Panda Punya Sengketa dengan Negara-Negara Ini, Ada 14 Negara Mepet China Mana yang Paling Bikin Sakit Kepala?

Ketika ditanya apakah negara tetangga Indonesia ini sudah mencapai titik terburuk perang sipil, ia menjawab, "dalam terminologi internasional kita menggunakan konflik bersenjata internal dan aku akan menggunakan terminologi ini sekarang" dan bahwa militer tidak punya "kepentingan berkompromi atau berdialog," menurut Reuters.

Pihak-pihak yang berseberangan dalam konflik ini telah berlomba-lomba mewakili Myanmar di PBB, yang akan diputuskan oleh anggota Dewan Umum PBB akhir tahun ini.

Burgener menyebutkan sanksi yang menarget Myanmar akan membantu.

Ia juga mengatakan "sangatlah penting" bahwa pemerintah-pemerintah dunia dan PBB tidak menunjukkan penerimaan kepada junta dan melindungi keinginan orang-orang, yang ikut voting setahun lalu untuk memilih pemerintahan Suu Kyi.

Baca Juga: Kelompok Anti-Kudeta Deklarasikan Perang,Warga Myanmar Ramai-ramai Borong Beras hingga Obat,Bayang-bayang Kekerasaan Diduga Akan Lebih Besar

Kudeta militer Myanmar atau junta militer Myanmar terjadi pada 1 Februari ketika junta militer mengambil alih Myanmar.

Hal ini dilancarkan setelah partai Aung San Suu Kyi memenangkan pemilihan umum dengan kemenangan mutlak melawan oposisi dukungan militer.

Militer menghalau protes damai pro-demokrasi, dan telah membunuh 600 orang sejak saat itu, menurut kelompok monitoring yang dikutip dari New York Times.

Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya termasuk Kanada dan Inggris telah menerapkan sanksi terhadap rezim politik beberapa bulan setelah terjadinya kudeta.

Baca Juga: Pantas Saja Nasibnya Terombang-ambing, PBB Saja Kebingungan Menentukan Siapa yang Berhak Jadi Pemimpin Myanmar, Ternyata Menurut PBB Tidak Ada yang Cakap Memimpin Myanmar

Sementara itu Aung San Suu Kyi sedang dalam tahanan rumah dan akan diadili oleh junta militer.

Senin lalu, junta militer mengumumkan rencana melepas lebih dari 5600 tahanan politik yang ditahan dalam demonstrasi anti-militer tahun lalu.

Tahanan politik dilepaskan ketika Myanmar mulai merayakan hari libur tiga hari dikenal sebagai Festival Lampu sejak Selasa lalu.

Keluarga tahanan terlihat menangis dan berseru Senin itu ketika keluarga mereka dibebaskan dari bus di luar penjara Insein, kota Yangon.

Baca Juga: Sesumbar Namanya Sangat Sohor Seantero Bumi Lorosae, Negara yang Perlahan Hilang karena Gelombang Pasang Ini akan Seret Timor Leste Jadi Sorotan Negara Muslim karena Masalah Ini

Beberapa pejabat seniro dari pemerintahan sipil yang diasingkan tetap berada di penjara.

Namun tidak jelas Senin itu apakah mereka atau pemimpin protes lain akan dilepaskan.

Bagi pakar, gerakan itu, meskipun tampak ramah, adalah skema oleh militer negara tersebut untuk menumbuhkan simpati dari negara lain dan kemudian isolasi internasional bisa berakhir.

Atau sebagai pengalih perhatian dari kekacauan yang terjadi di dalam negara, mengalihkan dari pelanggaran HAM besar-besaran di Myanmar.

Baca Juga: Negara yang Terletak Paling Utara di ASEAN Ini Dahulu Pernah Menarik Perhatian Penjelajah Italia, Disebut Punya Pemandangan Terbaik di Dunia

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait