Find Us On Social Media :

Kota Hantu di China Terkuak Setelah Krisis Evergrande Mencuat, Seluruh Jerman Bahkan Bisa Tinggal di Kota Hantu yang Baru Terkuak Ini, Dunia Berang Bukan Main

By May N, Jumat, 15 Oktober 2021 | 14:58 WIB

Kota hantu China, tempat seluruh populasi Jerman bahkan bisa tinggal

Intisari - Online.com - Krisis Evergrande masih mencuri perhatian dunia, tapi masalahnya kini termasuk dalam masalah lebih besar.

Berminggu-minggu lamanya, konlomerat real estate China telah mencuri perhatian media saat investor menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi pada hutang raksasa mereka.

Kemudian ketika krisis lambat itu terkuak, analis menunjuk pada isu yang lebih dalam; pasar properti China lesu.

Tanda peringatan telah menyala beberapa kali.

Baca Juga: Dampaknya Mulai Terasa, Pailitnya Evergrande Berhasil Buat Saham-saham di Asia Terjun Bebas, Pakar Sebut Penyebabnya Bukan Hanya Evergrande Saja

Sebelum krisis Evergrande, puluhan juta apartemen diperkirakan kosong di seluruh negara.

Beberapa tahun belakangan, masalah ini semakin parah.

Mark Williams, kepala ekonom Asia di Capital Economics, memperkirakan jika China masih memiliki 30 juta properti tidak terjual, yang bisa menjadi rumah 80 juta warga.

Seluruh Jerman bisa tinggal di apartemen-apartemen kosong itu.

Baca Juga: 'Senjata Pemusnah Massal Sektor Keuangan' Terancam Lahir Kembali di China, Indonesia Punya Sejarah Sukses Menghadapinya, Strategi SBY Ini Jadi Kuncinya

Selain itu, sekitar 100 juta properti kemungkinan telah dibeli tapi tidak ditinggali, yang secara kasaran bisa menjadi tempat tinggal 260 juta orang, menurut Capital Economics dikutip dari CNN.

Proyek-proyek ini telah menarik perhatian selama bertahun-tahun bahkan dikenal sebagai "kota hantu" China.

Ini adalah sejarah bagaimana masalah ini pertama kali muncul.

Real estate dan sektor terkait adalah bagian besar dari ekonomi China, menyumbang sebanyak 30% GDP.

Baca Juga: Krisis Evergrande China Mulai Rugikan Seluruh Dunia, Malah Negara Eropa Ini yang Duluan Rasakan Akibatnya

Proporsi output ekonomi terkait dengan konstruksi dan aktivitas terkait bersifat "jauh lebih tinggi daripada ekonomi lainnya" menurut Williams.

Berpuluh-puluh tahun lamanya, hal ini telah membantu negara mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang cepat.

Namun bertahun-tahun lamanya kritik muncul, mempertanyakan apakah mesin pertumbuhan menciptakan bom waktu untuk ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.

Hal ini karena utang besar yang diambil para pengembang untuk mendanai proyek mereka.

Baca Juga: John D Rockefeller Disalahkan atas Pembantaian Ludlow, Begini Situs Pembantaian yang Sekarang Dijuluki sebagai Kota Hantu

Evergrande adalah pengembang real estate dengan utang paling besar, dan menjadi anak dari pertumbuhan yang tidak berkelanjutan, dengan USD 300 miliar asetnya.

Namun, "Evergrande bukanlah satu-satunya yang kesulitan," ujar Christina Zhu, ekonom di Moody's Analytics.

Beberapa waktu belakangan, pengembang lain telah menutup isu aliran uang tunai mereka, meminta peminjam lebih banyak waktu untuk tenggat waktu pembayaran atau memperingatkan potensi kerugian.

Pada laporan terbaru, Zhu menulis jika 12 firma real estate China gagal membayar pada tenggat waktu mencapai hampir 19,2 miliar yuan pada separuh pertama tahun ini.

Baca Juga: Padahal Dulu Jadi Sumber Penyebaran Virus Corona, Wuhan yang Sempat Sepi Bak Kota Hantu Kini Dikunjungi 18 Juta Turis hanya Dalam 1 Minggu

"Ini dari hampir 20% semua kegagalan pembayaran total perusahaan-perusahaan pada 6 bulan pertama, tertinggi di antara semua sektor di China daratan," ujarnya.

Pandemi telah membuat aktivitas terhambat, tapi konstruksi menguat setelah China dibuka kembali, dan pasar properti negara itu menikmati keuntungan yang cukup singkat.

Namun sejak itu, pasar telah lesu lagi, dan tidak ada tanda kenormalan dengan cepat.

Sejak beberapa bulan terakhir, "pengukuran pertumbuhan harga, penjualan rumah" telah sangat berkurang seperti tercatat oleh Zhu.

Baca Juga: Kisah Seorang Pengusaha Terjebak di 'Kota Hantu', Di Tengah Lockdown Dia Bertahan Hidup dengan Persediaan Makan Terbatas Bahkan Kadaluarsa, Pengalaman Mistis pun Menambah Kengerian

Agustus kemarin, penjualan properti turun 18% dibandingkan dengan waktu yang sama tahun sebelumnya.

Pada bulan yang sama, harga rumah baru naik tipis 3,5% "dari tahun sebelumnya, pertumbuhan terkecil sejak pasar properti pulih dari dampak pandemi pada Juni 2020," tulis Zhu.

"Permintaan properti residensial di China memasuki era penurunan berkelanjutan," tulis Williams dalam sebuah catatan penelitian.

Dia menyebut ini "akar masalah Evergrande — dan masalah pengembang lain yang sangat berpengaruh."

Baca Juga: Dikenal Sebagai Kota Hantu, Tempat Ini Justru Dijuluki Sebagai 'yang Terbaik di Barat', Tapi Hati-hati dengan Kutukannya

Lalu ada masalah proyek yang belum selesai, bahkan jika ada permintaan.

Mayoritas properti baru di China - sekitar 90% - dijual sebelum selesai, yang berarti bahwa setiap kemunduran bagi pembangun rumah dapat secara langsung berdampak pada pembeli, menurut para ekonom.

Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintah telah mengalihkan fokusnya untuk membatasi dampak dari krisis dan melindungi rakyat biasa.

Dalam sebuah pernyataan akhir bulan lalu, People's Bank of China bersumpah untuk "mempertahankan perkembangan pasar real estat yang sehat, dan melindungi hak dan kepentingan sah konsumen perumahan."

Baca Juga: Bagaimana Wabah Demam Kuning Mengubah New Orleans Menjadi ‘Kota Mayat’ dan Melanggengkan Perbudakan

Meskipun tidak merujuk pada Evergrande secara khusus, bank sentral telah memompa uang tunai ke dalam sistem keuangan akhir-akhir ini untuk membantu menstabilkan situasi dan menenangkan saraf.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini