Find Us On Social Media :

Bagaimana Wabah Demam Kuning Mengubah New Orleans Menjadi ‘Kota Mayat’ dan Melanggengkan Perbudakan

By Intisari Online, Jumat, 2 November 2018 | 17:30 WIB

Intisari-Online.com - Beberapa orang menyebut New Orleans dihantui oleh para penyihir, sementara yang lain menyebutnya diserbu vampir, hantu, dan makhluk-makhluk sejenisnya.

Tapi yang jelas, sekira 1817-1905, kota itu benar-benar dihantui oleh kematian.

Dan kematian itu, sebagian besar, disebabkan oleh yellow fever alias demam kuning.

Demam kuning merupakan penyakit yang fatal, dan mengerikan.

Di tahun-tahun epidemik itu, selama bulan-bulan antara Juli dan Oktober, paling tidak penyakit itu bisa membunuh 10 persen dari populasi kota.

Akhirnya, New Orleans mendapat julukan sebagai “Necropolis”—kota hantu.

Baca Juga : Virus Zika Belum Mereda, Eh, Sudah Datang Wabah Demam Kuning

 Seperti dilansir dari Npr.org, demam kuning tak hanya membunuh, ia menciptakan seluruh struktur sosial berdasarkan siapa yang selamat dari virus—yang mungkin bertahan hidup dan yang sebentar lagi wafat.

Dan struktur itu, menurut Kathryn Olivarius, profesor sejarah di Stanford University, punya korelasi dengan imigrasi dan perbudakan.

Demam kuning disebabkan oleh nyamuk dan tumbuh subur di tempat yang hangat dan lembab dengan populasi padat.

Pada abad ke-19, New Orleans dan kota-kota di Selatan (Amerika Serikat bagian selatan pro perbudakan) adalah tempat pembibitan yang ideal.

Secara historis, dari orang-orang yang terjangkit virus, sekitar setengahnya dipastikan mati. Tahun terburuk yang tercatat di New Orleans adalah 1853—di mana 8.000 penduduk kota meninggal dunia.

Sialnya, mereka mati dengan cara yang menyiksa. Mereka mula-mula akan mengalami sejumlah gejala yang tidak menyenangkan: sakit kuning, menggigil, mual, sakit kepala, demam, kejang, delirium—dan pendarahan.