Find Us On Social Media :

Termasuk Tega Kirim Balik Perahu Penuh Pengungsi di Tengah Laut, Sikap Keji Australia Kini Berbuah Petaka, Hasil Panen Hingga Daging Sampai Terancam Membusuk

By Ade S, Rabu, 15 September 2021 | 19:39 WIB

Ilustrasi para pengungsi atau pencari suaka.

Hanya saja, kondisi ini pada faktanya, tidak pernah bisa membuat Australia berpikir untuk lebih membuka diri kepada para pengungsi.

Mereka justru lebih memilih sistem pengelolaan sumber daya manusia layaknya sebuah perusahaan swasta.

Australia lebih memilih sebuah sistem yang umum dikenal sebagai proyek pekerja musiman.

Melalui sistem ini, para pekerja hanya akan tiba di Australia jika memang sektor-sektor industri tertentu sedang memerlukannya.

Baca Juga: Sok Koar-koar Menentang Invasi Indonesia di Timor Leste, Inilah Sosok Politisi Australia 'Bermuka Dua' yang Sempat Hasut Indonesia untuk Caplok Timor Leste

Misalnya saja para pekerja yang tiba saat sektor pertanian akan menghadapi musim panen.

Namun, jika musim panen tersebut telah usai, maka para pekerja tersebut tidak memiliki pilihan lain selain kembali ke negara asal mereka.

Memang mereka diberi gaji yang cukup tinggi, yaitu mencapai Rp2 juta 'hanya' untuk bekerja selama 8 jam.

Hanya saja, seperti halnya sistem outsourcing yang umum diterapkan oleh perusahaan-perusahaan swasta, mereka tidak memiliki perlindungan apa pun.

Baca Juga: Mati-matian Merdeka dari Indonesia, Timor Leste Malah Terperangkap Jadi 'Sapi Perahan' Australia, Minyak dan Gas Miliaran Dolar Dirampok dengan Cara Licik