Find Us On Social Media :

Amerika Tidak Bisa Berbohong Lagi, Dokumen Bocor Ungkap Rupanya Amerika Danai Penelitian Virus Corona di Laboratorium Wuhan, Sudah Sejak 2014!

By Mentari DP, Sabtu, 11 September 2021 | 12:30 WIB

Teori konspirasi virus corona bocor dari laboratorium Wuhan.

Intisari-Online.com - Teori konspirasi virus corona bocor dari laboratorium Wuhan, China masih menjadi perdebatan.

Ada yang percaya tentang virus corona bocor dari laboratorium Wuhan. Ada juga yang tidak.

Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu negara yang paling gencar mengklaim teori konspirasi ini benar.

Baca Juga: Disebut-sebut Sebagai 1 dari 5 Weton Paling Sakral, Ternyata Seperti Ini Watak Pemilik Weton Sabtu Kliwon, Benar-benar Tidak Disangka!

Namun sebuah dokumen mengungkap bahwa AS juga terlibat dalam laboratorium Wuhan.

Dilansir dari theintercept.com pada Sabtu (11/9/2021), mereka memperoleh dokumen yang berisi keterliban AS dalam Laboratorium Virologi Wuhan di China.

Bahkan AS dituduh mendanai penelitian di laboratorium Wuhan.

The Intercept telah memperoleh lebih dari 900 halaman dokumen yang merinci pekerjaan EcoHealth Alliance yang baru diterbitkan pada Selasa 7 September 2021.

EcoHealth Alliance adalah sebuah organisasi kesehatan yang berbasis di AS yang menggunakan uang federal untuk mendanai penelitian virus corona kelelawar di laboratorium Wuhan, China.

Dokumen mencakup dua proposal hibah yang sebelumnya tidak dipublikasikan yang didanai oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular.

Baca Juga: Orang Se-Indonesia Nyesal Baru Tahu, Rutin Minum Jus Seledri Sebelum Tidur Ternyata Punya Manfaat Tak Terduga Ini, Ayo Langsung Dicoba Malam Ini!

Serta pembaruan proyek yang berkaitan dengan penelitian EcoHealth Alliance, yang telah diteliti di tengah meningkatnya minat pada asal usul pandemi.

Dokumen-dokumen itu dirilis sehubungan dengan litigasi Undang-Undang Kebebasan Informasi yang sedang berlangsung oleh The Intercept terhadap National Institutes of Health.

The Intercept lalu membuat dokumen lengkap tersedia untuk umum.

Salah satu hibah, berjudul “Memahami Risiko Munculnya Virus Corona Kelelawar”, menguraikan upaya ambisius yang dipimpin oleh Presiden EcoHealth Alliance Peter Daszak untuk menyaring ribuan sampel kelelawar untuk virus corona baru.

Penelitian ini juga melibatkan penyaringan orang-orang yang bekerja dengan hewan hidup.

Dokumen-dokumen tersebut berisi beberapa detail penting tentang penelitian di Wuhan.

Termasuk fakta bahwa pekerjaan eksperimental utama dengan tikus yang  dilakukan di laboratorium tingkat 3 keamanan hayati di Pusat Percobaan Hewan Universitas Wuhan dan bukan di Institut Virologi Wuhan, seperti sebelumnya. diasumsikan.

Hibah virus corona kelelawar memberi EcoHealth Alliance total 3,1 juta Dollar AS, termasuk 599.000 Dollar AS yang digunakan Institut Virologi Wuhan untuk mengidentifikasi dan mengubah virus corona kelelawar yang kemungkinan menginfeksi manusia.

Bahkan sebelum pandemi, banyak ilmuwan khawatir tentang potensi bahaya yang terkait dengan eksperimen semacam itu.

Proposal hibah mengakui beberapa bahaya tersebut: “Pekerjaan lapangan melibatkan risiko tertinggi terpapar SARS atau CoV lainnya, saat bekerja di gua dengan kepadatan kelelawar yang tinggi di atas kepala dan potensi debu tinja untuk terhirup.”

Baca Juga: Ada Wacana Vaksin Booster Berbayar, Ternyata Tidak Semua Orang Membutuhkan Vaksin Booster, Ahli Sebut Kita Salah Kaprah Soal Vaksin Ini

Alina Chan, seorang ahli biologi molekuler di Broad Institute, mengatakan dokumen tersebut menunjukkan bahwa EcoHealth Alliance memiliki alasan untuk menganggap serius teori kebocoran laboratorium.

“Dalam proposal ini, mereka sebenarnya menunjukkan bahwa mereka tahu betapa berisikonya pekerjaan ini."

"Mereka terus berbicara tentang orang yang berpotensi digigit dan mereka menyimpan catatan semua orang yang digigit," kata Chan.

“Apakah EcoHealth memiliki catatan itu? Dan jika tidak, bagaimana mungkin mereka mengesampingkan kecelakaan terkait penelitian?”

Menurut Richard Ebright, ahli biologi molekuler di Rutgers University, dokumen tersebut berisi informasi penting tentang penelitian yang dilakukan di Wuhan, termasuk tentang pembuatan virus baru.

“Virus yang mereka buat diuji kemampuannya untuk menginfeksi tikus yang direkayasa untuk menampilkan reseptor tipe manusia di sel mereka,” tulis Ebright kepada The Intercept setelah meninjau dokumen.

Ditanya tentang materi hibah, Robert Kessler, manajer komunikasi di EcoHealth Alliance, berkata, “Kami mengajukan permohonan hibah untuk melakukan penelitian."

"Instansi terkait menganggap itu sebagai penelitian penting, dan dengan demikian mendanainya."

"Jadi saya tidak tahu bahwa ada banyak hal untuk dikatakan.”

Baca Juga: Benci Setengah Mati dengan Amerika, Taliban Secara Menohok Olok-olok Seantero Warga Amerika, Siap Lantik Pemerintahan Baru Afghanistan pada Peringatan 20 Tahun Tragedi 9/11

Hibah tersebut awalnya diberikan untuk periode lima tahun - dari 2014 hingga 2019.

Lalu pendanaan diperbarui pada 2019 tetapi ditangguhkan oleh pemerintahan Trump pada April 2020.

Terbongkarnya dokumen ini membuat banyak orang yang menuduh pakar kesehatan Anthony Fauci telah berbohong.

Sebab Fauci dengan yakin membantah keterlibatan Institut Kesehatan Nasional AS tidak terlibat atau tidak mendanai penelitian virus corona di Wuhan.

Baca Juga: Taliban Sebut China Sebagai Mitra Terbaiknya, Joe Biden Panik Sampai Langsung Telepon Xi Jinping untuk Pertama Kalinya dalam 7 Bulan Terakhir, Apa Isi Percapakannya?