Media Asing Sampai Soroti Pejabat yang Berebut Vaksin Ketiga Sementara Sebagian Besar Warga Malah Belum Divaksin Sama Sekali, WHO Sampai Turun Tangan, Mau Timpang Sampai Kapan?

May N

Penulis

Vaksin dosis ketiga atau booster mulai disuntikkan kepada nakes di Banyuwangi, Selasa (10/8/2021)

Intisari-online.com -Elit politik di Indonesia mengakui mendapatkan dosis vaksin Covid-19 ketiga, menentang seruan dari Menteri Kesehatan yang menyatakan kebanyakan warga bahkan belum divaksin sama sekali.

Kepala Tentara Nasional Indonesia (TNI) Hadi Tjahjanto dan Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor mengatakan selama pertemuan dengan Presiden Joko Widodo bahwa mereka telah menerima suntikan vaksin booster.

Saat ini vaksin booster hanya diberikan kepada dokter dan nakes.

Melalui video live stream ketiganya berbincang dengan santai membicarakan hal tersebut sebelum acara publik Selasa lalu.

Baca Juga: Beredar di Mana-mana, Ternyata Pemerintah Malah Imbau Masyarakat Tak Perlu Cetak Sertifikat Vaksin, Alasannya Mengerikan

Presiden Jokowi mengatakan ia sendiri belum mendapatkan vaksin booster dan ia menunggu vaksin Pfizer.

Video tersebut kemudian ditarik dari channel resminya.

Kenyataannya kejadian ini begitu viral sampai media asing pun menyoroti ketimpangan vaksinasi di Indonesia dan menghubungkannya dengan rendahnya vaksinasi di Indonesia.

Bloomberg adalah salah satu media yang meliput hal ini.

Baca Juga: Padahal Baru Datang di Indonesia, 1,6 Vaksin Covid-19 Asal Amerika Ini Malah Ogah Digunakan di Negara Ini karena Alasan Menjijikkan Ini

Mengutip Bloomberg, Tjahjanto menampik jika ia mendapatkan vaksin booster.

Menjawab pertanyaan dari Bloomberg ia mengatakan ia mendapatkan pengobatan sel induk sebagai "booster" suntikan vaksinnya.

Gubernur Kalimantan Timur, Islan Noor, tidak merespon permintaan berkomentar sedangkan perwakilan dari istana presiden menolak berkomentar.

"Banyak warga belum mendapatkan vaksinasi satu suntikan pun, tapi kita melihat pejabat publik antri mendapatkan suntikan ketiga, ini benar-benar tidak adil," ujar Burhanuddin Muhtadi, eksekutif direktur di institut survey Indikator Politik.

Baca Juga: Di Indonesia Terus Dipakai Meski Efek Sampingnya yang 'Lebih Nampol', Vaksin Moderna Kini Malah Ditangguhkan di Jepang, Sampai Picu 'Penyelidikan Segera'

Hanya 22% dari 270 juta populasi Indonesia sudah menerima suntikan pertama vaksin Covid-19 Rabu lalu dan hanya 12% dari seluruh warga yang sudah menerima seluruh rangkaian vaksinasi, menurut Bloomberg Vaccine Tracker, pelacakan vaksinasi oleh Bloomberg.

Menteri Kesehatan sudah berulang kali mengatakan suntikan booster hanya diperuntukkan untuk pekerja medis dengan menyerukan kampanye vaksinasi untuk mengurangi kematian akibat Covid-19, yang masih mencapai angka ribuan setiap harinya.

Dalam acara sebelumnya, pejabat publik lain berbicara terbuka mengenai kelebihan vaksin, termasuk kepala deputi wilayah Toraja Utara, yang menerima vaksin booster dari merk vaksin Moderna, menurut laporan Harian Kompas.

"Biar saya ulangi suntikan booster hanya untuk para nakes," ujar juru bicara gugus tugas Covid-19 Siti Nadia Tarmizi.

Baca Juga: Berani Sebut Covid-2022 Bakal Muncul Padahal Tahun 2021 Saja Belum Kelar, Ilmuwan Ini Malah Jadi Bahan Tertawaan Sebut Informasinya Tak Masuk Akal

"Ini adalah tanggung jawab pemerintah pusat, dan juga pemerintah daerah, dan kami telah menyewa auditor untuk memverifikasi administrasi vaksin-vaksin ini."

WHO turun tangan

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta negara-negara menunda pemberian vaksin Covid-19 booster.

Tedros mengatakannya dalam konferensi pers Senin (23/8/2021) jika vaksin booster di negara-negara dengan tingkat vaksinasi sudah tinggi malah dapat menyebarkan varian virus Corona yang lebih berbahaya muncul di seluruh dunia.

Baca Juga: PPKM Diperpanjang Lagi Tapi Boleh WFO, Tempat Ibadah dan Wisata Kembali Dibuka,WHO Langsung Tegur Indonesia, 'Jangan Sampai Kecolongan Lagi'

"Selain itu, ada perdebatan tentang apakah suntikan vaksin booster benar-benar efektif," kata Tedros, seperti dilansir Reuters.

WHO sebelumnya menentang pemberian dosis ketiga di saat banyak negara belum bisa memvaksinasi warganya satu dosis pun, seperti dikutip dari Kompas.com dari NPR.

WHO meminta para pengambil kebijakan negara menunggu memberikan vaksin ketiga itu.

Artikel Terkait