Penulis
Intisari-Online.com - Seperti apa tradisi pernikahan Timor Leste yang disebut menjadi salah pengeluaran terbesar bagi penduduk di negara ini?
Mengutip The Conversation, sebagian besar orang Timor Leste bekerja pada sektor informal, dengan upah minimum di sana adalah US$115 per bulan atau sekitar Rp 1,6 juta.
Dengan relatif kecilnya pendapatan orang Timor Leste, banyak dari mereka lebih memilih untuk menunda pernikahan.
Sementara menggelar pernikahan tanpa melaksanakan tradisi pernikahan di sana bukanlah hal yang umumnya dipilih, bahkan tidak terpikirkan.
Pendapatan dari pekerjaan di luar negeri tampaknya menjadi salah satu jalan bagi penduduk Timor Leste memenuhi kebutuhan tersebut.
Seperti yang ditunjukkan oleh sebuah penelitian, menemukan bahwa pekerja musiman dari Timor Leste yang telah kembali ke negaranya menggunakan uang mereka untuk “kewajiban adat”.
"Kewajiban adat' dinilai sebagai salah satu dari lima penggunaan teratas dari dana yang mereka kirim kembali ke kampung halaman, bersama dengan modal untuk memulai bisnis, membeli kendaraan, membeli tanah dan perbaikan rumah.
Lebih dari 2.000 pekerja dari Timor mengikuti Program Pekerja Musiman di Australia, menurut The Conversation.
Dengan bekerja di luar negeri, seperti halnya orang-orang Indonesia yang menjadi TKI, mereka mendapatkan penghasilan yang lebih banyak.
Bekerja di Australia hanya selama enam bulan, sebagian besar pekerja Timor Leste dapat mengirim uang ke kampung halaman antara US$4.000 dan US$8.000, berkali-kali lipat dari yang bisa mereka dapatkan di negara sendiri.
Bisa menghabiskan begitu banyak biaya, seperti apa tradisi pernikahan Timor Leste?
Ternyata, rangkaian tradisi pernikahan di Timor Leste tak jauh berbeda seperti yang bisa kita temukan di Indonesia.
Melansir Many Hands Internasional, Pernikahan Tradisional di Timor Leste atau disebut Lipal Fa'i, melibatkan serangkaian ritual dan elemen.
Pertama ada yang disebut valahana, disebut juga barlake, yang biasa kita kenal sebagai pemberian mahar.
Untuk mempersunting seorang wanita, keluarga mempelai pria harus menyediakan mahar, yang biasanya ternak dalam jumlah besar (kerbau, sapi atau babi), tekstil, dan, saat ini juga uang tunai.
Sementara itu, keluarga mempelai wanita secara bergantian memberikan pakaian adat berbahan tais kepada keluarga mempelai pria.
Untuk barlake atau mahar perkawinan inilah sebagian besar biaya pernikahan dihabiskan.
Setelah 'harga pengantin' diselesaikan, pernikahan pun berlangsung.
Makanan disiapkan. Dalam proses ini, terlibat para wanita dan pria dari keluarega mempelai wanita.
Proses tersebut juga memiliki ritual tersendiri yang disebut orontafa.
Orontafa melibatkan sekelompok orang, pria dan wanita, duduk atau atau berdiri di kedua sisi oron, 'mortir' kayu besar, diisi dengan beras yang belum dikuliti.
Mereka memukul oron dengan tongkat bambu dengan irama yang stabil, bekerja untuk menghilangkan sekam padi.
Sambil menumbuk padi mereka menyanyikan lagu orontafa yang bisa bertahan sepanjang malam.
Selain pernikahan, orontafa dilakukan untuk persiapan upacara budaya lainnya, seperti membangun atau meresmikan uma lulik, rumah adat Timor Leste.
Untuk setiap pernikahan keluarga pengantin wanita juga harus menyediakan maca-maca, yaitu paket kue ketan yang dibungkus dengan daun anyaman, serupa ketupat.
Kegiatan membuat maca-maca disebut bijih fa'i, dan diiringi dengan nyanyian vaihoho.
Bijih fa'i berfungsi sebagai undangan pernikahan, mereka yang menerima undangan wajib datang dan membawa sesajen untuk calon pengantin.
Ayat-ayat vaihoho dinyanyikan di orontafa dan bijih fa'i, sebagian besar tentang cinta dan pernikahan.
Di bagian akhir pernikahan, pengantin wanita diantar ke rumah suaminya.
Orang-orang juga akan menyanyikan vaihoho untuk menggambarkan dan menggemakan perasaan sedihnya meninggalkan rumah masa kecilnya untuk bergabung dengan rumah masa kecil suaminya. Tahap akhir pernikahan tradisional Timor Leste adalah kedua keluarga bernyanyi bersama di bawah tais, tak ketinggalan vaihoho juga disenandungkan. Lipal vaihoho nu adalah vaihoho yang dinyanyikan dalam aspek ritual tersebut.
Itulah bagaimana tradisi pernikahan Timor Leste dilangsungkan.
(*)