Penulis
Intisari-online.com -Olahraga memang tidak bisa dipisahkan dari kompetisi dan menjadi yang terbaik.
Persaingan dalam olahraga menumbuhkan rasa ingin terus menjadi yang terbaik sampai akhirnya kita menjadi yang terbaik.
Hal itulah yang membuat olahraga terasa seru dan tidak membosankan.
Namun kompetisi olahraga contohnya olimpiade tidak melulu tentang menjadi yang terbaik.
Seperti banyak cerita yang dirangkum dari Olimpiade Tokyo 2020, banyak aksi kebaikan para jagoan olahraga dunia yang layak ditiru.
Isu kemanusiaan terus bermunculan sepanjang perhelatan kompetisi olahraga terbesar di dunia.
Salah satunya tentang kesehatan mental Simone Biles, dukungan terhadap tim voli pantai Norwegia yang menjadi korban pelecehan seksual, sampai kesetaraan gender.
Namun, beberapa cerita di bawah ini menunjukkan kerendahan hati dan kebaikan para atlet yang tetap ingin berbagi.
Melansir Kompas.com, berikut adalah beberapa di antaranya.
Menyemangati pesaing lain
Claire Michel, atlet triatlon wanita dari Belgia sangat kecewa karena finis di urutan terakhir ketika kompetisi digelar di Odaiba Marine Park.
Ia menangis tersedu-sedu sambil terduduk di tanah karena begitu kecewa dengan dirinya sendiri.
Tiba-tiba salah satu pesaingnya, Lotte Miller, dari Norwegia yang finis di urutan ke-24, menghibur dan menyemangati Michel.
“Anda seorang petarung, Ini adalah semangat olimpiade, dan Anda mendapatkannya 100 persen," ujar Miller.
Olahraga triatlon adalah olahraga yang terdiri dari renang 1,5 km, bersepeda 40 km, dan lari 10 km.
Awalnya ada 54 atlet mengikuti kompetisi cabor ini, tapi 20 peserta gugur di tengah jalan dan hanya 24 yang bisa menyelesaikan pertandingan.
Michel menyelesaikan rute dalam waktu 2 jam, 11 menit, dan lima detik.
Ia kalah 15 menit dibandingkan juara pertama, Flora Duffy, dari Bermuda.
Saling menolong saat jatuh di lintasan
Atlet lari Isaiah Jewett dari AS dan Njiel Amos dari Botswana berlari kencang dan bersaing dalam nomor pria 800 meter.
Namun sayang menjelang garis finis, di tikungan terakhir kaki keduanya terjerat dan membuat mereka jatuh.
Mereka justru saling membantu untuk berdiri, merangkul satu sama lain dan kemudian menyelesaikan bersama.
Keduanya tertinggal 54 detik dari juara pertama di babak semifinal Olimpiade Tokyo 2020.
“Terlepas dari seberapa marah Anda, Anda harus menjadi pahlawan pada akhirnya,” kata Jewett.
“Karena itulah yang dilakukan para pahlawan, mereka menunjukkan kemanusiaan mereka melalui siapa mereka dan menunjukkan bahwa mereka adalah orang baik.”
Tahan ejekan rasis dan bersedia menjadi penerjemah
Peselancar Jepang Kanoa Igarashi kecewa berat ketika kalah dari Italo Ferreira, peselancar Brasil.
Kanoa baru menjalani debut Olimpiade tapi harus kalah.
Tak hanya kalah di kandang, ia juga menerima banyak ejekan di media sosial dari warganet Brasil yang rasis.
Namun ia justru membantu menjadi penerjemah bagi Ferreira.
Igarashi fasih berbahasa Portugis sehingga ia membantu pesaingnya memahami pertanyaan wartawan yang menggunakan bahasa Jepang saat pemberian medali.
“Ya, terima kasih, Kanoa,” kata Ferreira yang baru belajar berbahasa Inggris.
Berbagi kemenangan
Namun momen paling mengharukan dicetak oleh cabor lompat tinggi putra.
Atlet Italia Gianmarco Tamberi dan atlet Qatar Mutaz Barshim bersaing ketat dan sukses melompat sampai ketinggian palang maksimal 2,39 meter.
Keduanya sama-sama mencetak rekor.
Setelah masing-masing tiga kegagalan di 2.39 m, mereka akhirnya seri dan mencapai pembicaraan dengan panitia Olimpiade.
Panitia menawarkan satu 'lompatan' untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Namun tiba-tiba Barshim bertanya kepada panitia, "Bisakah kami mendapat dua emas?"
Panitia mengangguk, dan keduanya berpelukan berbagi momen kemenangan yang mengharukan.
Barshim telah menyabet seluruh medali Olimpiade setelah mendapat perunggu di London tahun 2012 dan perak di Rio tahun 2016.
Barshim tidak bertanding tahun 2018 karena cedera serius di pergelangan kakinya.
Sedangkan Tamberi sangat senang pesaingnya sepakat berbagi medali dengannya karena ia telah menderita cedera otot beberapa minggu dari Olimpiade 2016 yang membuatnya tidak mampu berkompetisi.
Keduanya kini sudah menghapus mimpi buruk cedera mereka masing-masing dengan berbagi kemenangan.
“Ini di luar persaingan olahraga. Inilah pesan yang kami sampaikan kepada generasi muda," ujar Barshim.
“Berbagi dengan teman itu lebih indah, rasanya ajaib,” kata Tamberi.