Termasuk Berbagi Medali Emas, Aksi Manis Kebaikan Atlet Olimpiade Ini Tunjukkan Olimpiade Tak Hanya Ajang Kompetisi Memperebutkan Medali Semata

Maymunah Nasution

Penulis

Dua atlet cabang olahraga lompat tinggi, Gianmarco Tamberi (kiri) dan Mutaz Essa Barshim (kanan) saling berpelukan setelah sama-sama meraih medali emas.

Intisari-online.com -Olahraga memang tidak bisa dipisahkan dari kompetisi dan menjadi yang terbaik.

Persaingan dalam olahraga menumbuhkan rasa ingin terus menjadi yang terbaik sampai akhirnya kita menjadi yang terbaik.

Hal itulah yang membuat olahraga terasa seru dan tidak membosankan.

Namun kompetisi olahraga contohnya olimpiade tidak melulu tentang menjadi yang terbaik.

Baca Juga: 'Saya Tahu Betapa Frustasinya', Cerita di Balik Keputusan Atlet Qatar dan Italia Berbagi Emas Lompat Tinggi Olimpiade Tokyo, padahal Masih Ada Peluang Membawa Pulang 'Kebanggan' Itu Untuk Sendiri

Seperti banyak cerita yang dirangkum dari Olimpiade Tokyo 2020, banyak aksi kebaikan para jagoan olahraga dunia yang layak ditiru.

Isu kemanusiaan terus bermunculan sepanjang perhelatan kompetisi olahraga terbesar di dunia.

Salah satunya tentang kesehatan mental Simone Biles, dukungan terhadap tim voli pantai Norwegia yang menjadi korban pelecehan seksual, sampai kesetaraan gender.

Namun, beberapa cerita di bawah ini menunjukkan kerendahan hati dan kebaikan para atlet yang tetap ingin berbagi.

Baca Juga: 'Saya Masih Tidak Percaya Itu Terjadi', Momen Dramatis di Cabor Lompat Tinggi Putra Olimpiade Tokyo, Ketika Atlet Qatar dan Italia Lebih Memilih Berbagi Medali Emas

Melansir Kompas.com, berikut adalah beberapa di antaranya.

Menyemangati pesaing lain

Claire Michel, atlet triatlon wanita dari Belgia sangat kecewa karena finis di urutan terakhir ketika kompetisi digelar di Odaiba Marine Park.

Ia menangis tersedu-sedu sambil terduduk di tanah karena begitu kecewa dengan dirinya sendiri.

Baca Juga: Tak Heran Atlet China Ini Mudah Saja Dapatkan Medali Emas di Olimpiade, Rupanya Atlet China Gunakan Teknologi Rudal Militer Ruang Angkasa Ini Untuk Latihan

Tiba-tiba salah satu pesaingnya, Lotte Miller, dari Norwegia yang finis di urutan ke-24, menghibur dan menyemangati Michel.

“Anda seorang petarung, Ini adalah semangat olimpiade, dan Anda mendapatkannya 100 persen," ujar Miller.

Olahraga triatlon adalah olahraga yang terdiri dari renang 1,5 km, bersepeda 40 km, dan lari 10 km.

Awalnya ada 54 atlet mengikuti kompetisi cabor ini, tapi 20 peserta gugur di tengah jalan dan hanya 24 yang bisa menyelesaikan pertandingan.

Baca Juga: Masa Kecil Mainkan Raket Kayu, Cuma Bermodal Raket dan Uang Rp200 Ribu Datangi Pelatnas Hingga Raih Emas Olimpiade, Inilah Lika-liku Perjalanan Karier Pebulutangkis Apriyani Rahayu

Michel menyelesaikan rute dalam waktu 2 jam, 11 menit, dan lima detik.

Ia kalah 15 menit dibandingkan juara pertama, Flora Duffy, dari Bermuda.

Saling menolong saat jatuh di lintasan

Atlet lari Isaiah Jewett dari AS dan Njiel Amos dari Botswana berlari kencang dan bersaing dalam nomor pria 800 meter.

Baca Juga: Dipaksa TinggalkanOlimpiade Tokyo 2020,Atlet Ini Menolak Pulang ke Negaranya Karena Takut Dipenjara,Sampai Mohon-mohonpada Polisi Jepang, Apa yang Terjadi?

Namun sayang menjelang garis finis, di tikungan terakhir kaki keduanya terjerat dan membuat mereka jatuh.

Mereka justru saling membantu untuk berdiri, merangkul satu sama lain dan kemudian menyelesaikan bersama.

Keduanya tertinggal 54 detik dari juara pertama di babak semifinal Olimpiade Tokyo 2020.

“Terlepas dari seberapa marah Anda, Anda harus menjadi pahlawan pada akhirnya,” kata Jewett.

Baca Juga: Sudah 10 Kali Lipat dari AS, 'Gaji' Atlet Peraih Medali Emas Olimpiade Tokyo yang Dijanjikan Indonesia Ternyata Masih Dikalahkan oleh 2 Negara Ini, Salah Satunya Negara Tetangga Sendiri

“Karena itulah yang dilakukan para pahlawan, mereka menunjukkan kemanusiaan mereka melalui siapa mereka dan menunjukkan bahwa mereka adalah orang baik.”

Tahan ejekan rasis dan bersedia menjadi penerjemah

Peselancar Jepang Kanoa Igarashi kecewa berat ketika kalah dari Italo Ferreira, peselancar Brasil.

Kanoa baru menjalani debut Olimpiade tapi harus kalah.

Baca Juga: Benderanya Pun Dilarang Dikibarkan di Olimpiade Tokyo 2020, Atlet Cantik Negeri Beruang Ini Curi Perhatian Setelah Tumbangkan Atlet AS Pemegang 3 Medali Emas di Olimpiade

Tak hanya kalah di kandang, ia juga menerima banyak ejekan di media sosial dari warganet Brasil yang rasis.

Namun ia justru membantu menjadi penerjemah bagi Ferreira.

Igarashi fasih berbahasa Portugis sehingga ia membantu pesaingnya memahami pertanyaan wartawan yang menggunakan bahasa Jepang saat pemberian medali.

“Ya, terima kasih, Kanoa,” kata Ferreira yang baru belajar berbahasa Inggris.

Baca Juga: Bak Jadi Pendekar Tanpa Tanding, Atlet Judo Israel Ini 'Singkirkan' Pejudo Sudan dan Aljazair dari Olimpiade Tokyo Tanpa Perlu Keluar Keringat Setetes Pun, Bahkan Lawannya Bersiap dapat Sanksi Berat

Berbagi kemenangan

Namun momen paling mengharukan dicetak oleh cabor lompat tinggi putra.

Atlet Italia Gianmarco Tamberi dan atlet Qatar Mutaz Barshim bersaing ketat dan sukses melompat sampai ketinggian palang maksimal 2,39 meter.

Keduanya sama-sama mencetak rekor.

Baca Juga: Nyaris Bikin Greysia Polii Pensiun Dini, Inilah Detik-detik Wasit Kehormatan Keluarkan Kartu Hitam saat Olimpiade London 2012, 4 Pasangan Ganda Putri Didiskualifikasi Sekaligus

Setelah masing-masing tiga kegagalan di 2.39 m, mereka akhirnya seri dan mencapai pembicaraan dengan panitia Olimpiade.

Panitia menawarkan satu 'lompatan' untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Namun tiba-tiba Barshim bertanya kepada panitia, "Bisakah kami mendapat dua emas?"

Panitia mengangguk, dan keduanya berpelukan berbagi momen kemenangan yang mengharukan.

Baca Juga: Peraih Medali Emas Termuda Cabang Bulu Tangkis Olimpiade, Apriyani Rahayu Pernah 'Bertaruh' 3 Bulan di Awal Karier untuk Buktikan Kemampuannya

Barshim telah menyabet seluruh medali Olimpiade setelah mendapat perunggu di London tahun 2012 dan perak di Rio tahun 2016.

Barshim tidak bertanding tahun 2018 karena cedera serius di pergelangan kakinya.

Sedangkan Tamberi sangat senang pesaingnya sepakat berbagi medali dengannya karena ia telah menderita cedera otot beberapa minggu dari Olimpiade 2016 yang membuatnya tidak mampu berkompetisi.

Keduanya kini sudah menghapus mimpi buruk cedera mereka masing-masing dengan berbagi kemenangan.

Baca Juga: Nyaris Tak 'Berjodoh', Ini Kisah Pertemuan Apriyani Rahayu/Greysia Polli yang Kini Jadi Kebanggaan Indonesia Bawa Pulang Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020

“Ini di luar persaingan olahraga. Inilah pesan yang kami sampaikan kepada generasi muda," ujar Barshim.

“Berbagi dengan teman itu lebih indah, rasanya ajaib,” kata Tamberi.

Artikel Terkait