Penulis
Intisari-Online.com - Ketika selangkah lagi meraih medali emas, atlet lompat tinggi Mutaz-Essa Barshim dari Qatar dan Gianmarco Tamberi harus menghadapi pertandingan yang sengit.
Pada pertandingan yang diselenggarakan pada Minggu (1/8/2021) kemarin, keduanya sama-sama memiliki lompatan tinggi 2,37 meter.
Mereka juga sempat berusaha mengalahkan tinggi angka tersebut dengan membersihkan 2,39 meter.
Namun, mereka tetap gagal bahkan pada upaya ketiga.
Meski begitu, sebenarnya pertandingan masih bisa dilanjutkan.
Mereka bisa saja melakukan lompatan, masing-masing bergiliran sampai mereka mengalahkan skor.
Tapi, situasi lain terjadi ketika tiba-tiba Barshim dari Qatar justru bertanya pada wasit pertandingan, tentang apakah mereka bisa berbagi medali emas.
Pertanyaan itu bukan sekedar iseng belaka, karena setelah wasit pertandingan mengatakan hal itu bisa saja dilakukan, Barshim dan Tamberi benar-benar berbagi medali emas Olimpiade itu.
Pertanyaan Barshim disambut persetujuan oleh Tamberi yang langsung memeluk rivalnya dalam pertandingan Olimpiade Tokyo tersebut.
Tamberi lalu berlari mengelilingi stadion dengan penuh semangat, sementara Barshim berjalan menuju ke arah tim dan pendukungnya.
Itu menjadi salah satu momen dramatis dalam Olimpiade Tokyo 2020, yang juga tak luput dari kritik.
Namun, pilihan Barshim dan Tamberi itu bukan tanpa sebab.
Tamberi menegaskan bahwa bukannya dia tidak menghormati orang lain dengan keputusannya.
"Saya menghormati semua pelompat tinggi yang ada di sana," katanya, dikutip cbsnews.com
"Tetapi Mutaz mengalami masalah yang sama dengan saya,
"Dan saya tahu apa artinya kembali dari cedera itu. Saya tahu betapa frustrasinya itu," ungkapnya.
Tamberi sendiri nyaris kehilangan kesempatan berlaga di Tokyo Games.
Dia menderita cedera pergelangan kaki menjelang Olimpiade Rio dan seorang dokter mengatakan kepadanya bahwa dia mungkin tidak siap untuk bersaing pada tahun 2020.
Sementara Barshim mengalami cedera pergelangan kaki kiri yang parah pada tahun 2018.
Tamberi yang kembali ke kompetisi setelah dokter mempertanyakan kemampuannya untuk melakukannya segera setelah cedera, pun membantu Barshim bangkit kembali sekuat yang dia lakukan.
"Cederanya sangat parah sehingga kami tidak bisa membayangkan kembali untuk melompat," kata Barshim melalui Yahoo.
"...Secara mental, fisik, apa yang telah kita lalui -dia tahu, saya tahu, itu membutuhkan banyak hal," ungkapnya.
Mereka berbagi pengalaman yang sama, harus 'jatuh' karena cedera dan berusaha bangkit kembali.
Awalnya, persahabatan mereka muncul selama kejuaraan dunia junior 2010 di New Brunswick yang dimenangkan Barshim, kemudian, itu tumbuh lebih dalam pada 2018 setelah perjuangan mereka bersama.
(*)