Find Us On Social Media :

Jasad Mereka Ditemukan Setelah Tetangga Menelepon Satgas Covid-19, Beginilah Kisah Suram dan Getir 450 Pasien Covid-19 yang Meninggal Sendirian di Rumah Sejak Juni Kemarin

By Maymunah Nasution, Jumat, 16 Juli 2021 | 16:41 WIB

Ilustrasi pemakaman jenazah covid-19

Intisari-online.com - Petugas damkar mengangkut jasad Covid-19 dari rumah mereka, kurangnya akses ke oksigen dan masyarakat mulai saling membantu satu sama lain.

Inilah beberapa gambaran terburuk wabah Covid-19 di Indonesia.

Lebih dari 2.7 juta infeksi Covid-19 telah terjadi di Indonesia, minggu ini saja Indonesia mencatat kasus penambahan harian lebih dari 50 ribu kasus.

Indonesia mencatat rekor suram sebagai pusat baru Covid-19 di Asia, mengalahkan India.

Baca Juga: Lupakan Sinovac, Negara Tetangga Indonesia Ini Hanya Kasih 2 Pilihan Vaksin Covid-19 pada Warganya, Loh Kenapa Kita Tetap Ngotot Pakai Vaksin dari China Itu?

Dengan varian Delta masih menyebar di mana-mana, Indonesia tampaknya masih menghadapi krisis yang terus memburuk.

Pasien yang meninggal sendirian

Wirawan adalah seorang petugas pemadam kebakaran (damkar) di Jakarta.

Namun bukannya melawan kebakaran, ia kini ditugaskan mengambil jenasah korban Covid-19.

Baca Juga: Rumah Sakit Saja Sudah Angkat Tangan, Beginilah Nasib Pasien Covid-19 di Indonesia, Meninggal di Jalan hingga Jenazah Tergeletak di Depan Rumah

Tahun lalu, ia dan 7 rekan setimnya, semuanya dengan APD, telah bertanggung jawab mengambil jasad pasien Covid-19 dari rumah mereka.

Mereka jugalah yang memandikan jenazah itu sebelum kemudian mengebumikan para pasien yang gugur.

Wirawan mengatakan banyak yang meninggal itu meninggal sendirian.

Kemungkinan karena tidak bisa mendapatkan penanganan secepat mungkin atau ditolak rumah sakit (RS).

Baca Juga: Rekor, Hanya Dalam Sehari 1.040 Pasien Covid-19 Meninggal, Inilah Kondisi Pemakaman di Tanah Air Pasca Dihantam Covid-19, Jenazah Harus Antre untuk Dikuburkan

"Seringnya, tetangga mereka menelepon kami dan mengatakan 'orang ini tidak terlihat selama isolasi mandiri mereka'. Kemudian mereka temukan jika para pasien itu telah meninggal. Itulah kondisi yang kami lihat sehari-hari," ujarnya dikutip dari BBC.

Sebelum ledakan kasus terbaru ini, Wirawan biasa memulasarakan 2-3 jenazah seharinya.

Kini ia mendapatkan tugas mengebumikan sampai 24 jenazah sehari, lebih dari yang bisa ia tangani.

Kasus Covid-19 di Indonesia memburuk setelah liburan Idul Fitri awal Mei lalu setelah banyak yang mudik meskipun sudah dilarang dan jalan-jalan sudah ditutup.

Baca Juga: Ratusan Mayat Kembali Muncul di Tepian Sungai Gangga, Bahkan Ada yang Masih Memakai Selang Oksigen, Temuan Memicu Kecurigaan Ini

Sementara persyaratan karantina dari pengunjung negara lain juga terlalu longgar.

Indonesia sampai sekarang belum menghentikan kedatangan penerbangan internasional dan baru-baru ini menerapkan karantina 8 hari, sebelumnya hanya 5 hari saja.

Pakar kesehatan mengatakan tidak mungkin mengendalikan virus sementara perbatasan negara masih dibuka, meskipun pemerintah mengatakan hanya warga asing tertentu yang bisa memasuki negara itu.

Angka kematian Indonesia kini sudah lebih dari 70 ribu, dengan jumlah kematian harian mencapai 1000 pasien minggu lalu.

Baca Juga: Depok Babak Belur Dihantam Krisis Covid-19, Hanya Dalam 1 Bulan Kasus Melonjak hingga 19 Kali Lipat, Situasi Rumah Sakit dan Puskesmas Berubah Mencekam Seperti Ini

Namun angka sebenarnya diyakini lebih tinggi lagi.

Menurut kelompok data independen Lapor Covid-19, setidaknya 450 orang telah meninggal di rumah mereka sejak Juni lalu, setelah mereka tidak punya pilihan selain melakukan isolasi mandiri karena RS yang kolaps.

Kekurangan oksigen

Pulau Jawa menjadi pusat wabah Covid-19 di Indonesia.

Baca Juga: Indonesia Disorot Dunia karena Lonjakan Covid-19, Ternyata Negara Asia Tenggara dan Dua Negara Ini Juga Digambarkan dengan Potensi Covid-19 yang Tak Kalah Berbahaya

Awal minggu Juli kemarin, 63 pasien Covid-19 meninggal di RS Sardjito Yogyakarta, setelah RS kehabisan oksigen pusatnya.

Kematian itu mengejutkan seluruh Indonesia, meskipun RS mengatakan media melebih-lebihkan jumlah kematiannya.

Sejak saat itu, beberapa RS di kota-kota lain telah menolak pasien baru karena kurangnya suplai oksigen.

"Satu RS biasanya menggunakan 3 ton oksigen dalam 3 hari sampai seminggu, kini itu habis sehari," ujar Lia Gardenia Partakusuma, sekretaris jenderal Asosiasi RS Indonesia.

Baca Juga: Krisis Oksigen hingga Ada 33 Pasien Covid-19 Meninggal saat Dirawat di Rumah Sakit, Media Australia ini Soroti Betapa Kritisnya Situasi Rumah Sakit di Indonesia

Perhimpunan Kesehatan Masyarakat Indonesia mengatakan krkurangan oksigen terjadi dari ketidakmampuan pemerintah mengantisipasi rekor peningkatan jumlah kasus.

Pakar kesehatan telah sebelumnya memperingatkan jika akan peningkatan kasus signifikan karena libur Idul Adha.

Di media sosial, telah banyak sekali warga yang mencari bantuan untuk tabung oksigen, isi ulang oksigen, dan ranjang RS untuk teman dan keluarga mereka.

Antrian panjang mengular di toko-toko oksigen yang masih buka, sebagian besar tutup karena kekurangan oksigen.

Baca Juga: Buruknya Krisis Virus Corona di Indonesia Sampai Didengar Media Asing, Viral Petugas Medis yang Terpaksa Tolak Pasien hingga 63 Pasien Meninggal Karena Kehabisan Oksigen

"Biasanya, kita tidak bisa menjual stok kami dalam sehari," ujar Arif Sofian, pemilik tempat isi ulang oksigen kecil-kecilan di Jakarta.

Di saat seperti ini, banyak penipuan terjadi, terutama terkait isi ulang oksigen.

Aksi bersama

Karena pemerintah juga telah dikritik karena gagal, banyak warga biasa maju membantu para korban Covid-19.

Baca Juga: Sampai Terendus Media Asing, Terkuak Ternyata Penyebaran Covid-19 di Jakarta Lebih Mengerikan Dari Yang Kita Tahu Selama Ini, Ini Datanya Penelitiannya

Seorang dokter berumur 24 tahun di Yogyakarta memutuskan memulai jasa telemedicine gratis, yang mendiagnosa dan mengobati pasien lewat video call.

Ialah Dr Riyo Pungki Irawan, yang memulai jasa ini di WhatsApp setelah sadar banyak pasien isolasi mandiri tidak diawasi.

Sejak mengumumkan jasa gratis itu 7 Juli lalu, ia mengaku sudah mendapat 800 permintaan telemedical.

"Saya berbicara dengan banyak pasien yang telah meminum obat sendiri dari yang mereka ketahui dari share grup WA. Kami mencoba memperbaikinya," ujar Dr Irawan.

Baca Juga: Tak Cukup Pecahkan Rekor Kematian Harian Tertinggi Dunia Akibat Covid-19, Ternyata Indonesia Juga Pecahkan Rekor Tak Kalah Mencengangkan Ini Akibat Kronisnya Covid-19 di Indonesia

Ia tidak menuliskan resep, tapi merekomendasikan apa yang harus dilakukan selama isolasi mandiri.

Di Jawa Barat, ada Djoky Haryadi yang berkeliling di wilayah tempat tinggalnya dengan truknya mengantarkan panen padinya kepada para warga yang sedang isolasi mandiri.

Petani itu juga membantu mereka mencari tangki oksigen dan vitamin.

"Tetangga tidak peduli dengan mereka karena takut dengan virus. Bagi saya tidak perlu takut selama kita disipin dan menggunakan masker dan prokes lain," ujarnya.

Baca Juga: Dikira Hanya Sakit Flu Biasa dan Tak Pernah Pakai Masker, Kakak Adik Ini Meninggal di Rumah Usai Tak Digubris Pak Lurah, Setelah Diperiksa Seluruh Keluarganya Positif Covid-19