Find Us On Social Media :

Isi Perjanjian Bongaya 'Mengesahkan Monopoli VOC di Makassar', Berani Menentangnya Jadi Awal Keruntuhan 2 Kerajaan di Sulawesi Ini

By Khaerunisa, Senin, 21 Juni 2021 | 21:10 WIB

benteng Somba Opu

Baca Juga: Pantas Saja Israel Sangat Ingin Berhubungan dengan Negara Asia Tenggara Seperti Indonesia, Duta Besar Israel di Singapura Bocorkan Tujuan Asli Negara Yahudi Tersebut

Kerajaan Bone mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Arung Palakka, sultan ke-15 yang bertakhta antara 1672-1696 M.

Setelah runtuhnya Kesultanan Gowa, Bone menjadi kerajaan terkuat seantero Sulawesi.

Namun, kekuasaannya tetap berada di bawah pengaruh Belanda.

Kesultanan Bone mulai mengalami kemunduran setelah Sultan Ismail Muhtajuddin, raja ke-24 wafat pada 1823 M.

Baca Juga: Hanya Dengan Modal Rp20.000 Untuk Berjualan Cilok, Pria Asal Jember Ini Sukses Beli 13 Rumah dan 3 Apartemen, Ternyata Ini Rahasia Keberhasilannya

Setelah itu, kekuasaan dilanjutkan oleh Arung Datu (1823-1835 M). Ketika berusaha merevisi isi Perjanjian Bongaya, Arung Datu akhirnya memicu kemarahan Belanda.

Belanda pun meluncurkan serangan hingga berhasil menduduki Kerajaan Bone, sementara Arung Datu diasingkan.

Dalam pengasingan, Arung Datu masih berupaya menyerang, tetapi usahanya selalu dapat ditumpaskan pasukan Belanda.

Itulah bagaimana isi Perjanjian Bongaya yang semakin memperkuat VOC menjadi awal keruntuhan 2 Kerajaan Sulawesi tersebut.

Baca Juga: Demi Berantas Covid-19, Indonesia Kembali Berutang Rp13 Triliun dari Bank Dunia, Rupanya Inilah Jumlah Bunga yang Harus Dibayar Pemerintah dalam Setahun, Sudah Tembus Ratusan Triliun

(*)