Find Us On Social Media :

Isi Perjanjian Bongaya 'Mengesahkan Monopoli VOC di Makassar', Berani Menentangnya Jadi Awal Keruntuhan 2 Kerajaan di Sulawesi Ini

By Khaerunisa, Senin, 21 Juni 2021 | 21:10 WIB

benteng Somba Opu

Kemudian, wilayah Makassar dipersempit hingga tinggal Gowa saja. Ditambah, Gowa terturup bagi orang asing selain VOC.

Perjanjian ini juga mengatur Kerajaan Gowa untuk membayar ganti rugi atas peperangan, dan benteng-benteng yang ada harus dihancurkan kecuali Benteng Rotterdam.

Baca Juga: Vaksinasi Indonesia Dipertanyakan, Meski Sudah Lakukan Vaksinasi Nyatanya Indonesia Tetap Alami Lonjakan Covid-19 Masih Tinggi Sampai Mendapat Sorotan Dunia Begini

Sebagai pihak yang membantu VOC bertempur melawan Kesultanan Gowa, Arung Palakka juga mendapatkan keuntungan dari perjanjian ini.

Disepakati bahwa Sultan Hasanuddin harus mengakui Aru Palakka sebagai Raja Bone.

Perlawanan sempat dilancarkan kembali oleh Sultan Hassanudin, tapi VOC kembali bisa mengalahkannya.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Ulama Garis Keras, Inilah Ebrahim Raisi, Presiden Iran Terpilih yang Bisa Bikin Raykat Israel Makin Menderita, Diduga Lakukan 'Dosa' Ini di Masa Lalu

Pada 12 Juni 1669, Benteng Somba Opu jatuh ke tangan Belanda, sementara Sultan Hasanuddin mengundurkan diri dari tahta kerajaan dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670.

Selain menjadi awal keruntuhan Kesultanan Gowa, Perjanjian Bongaya rupanya memakan korban selanjutnya, yaitu Kerajaan Bone.

Keruntuhan Kerajaan Bone berawal dari keinginan Raja Bone, Arung Datu (1823-1835 M) untuk merevisi perjanjian tersebut.

Meski telah membantu VOC melawan Sultan Hasanuddin, ternyata Kerajaan Bone tidak selamanya menjadi sekutu VOC.