Find Us On Social Media :

Isi Perjanjian Hudaibiyah Tahun 628 M, Kesepakatan antara Umat Muslim Madinah dan Kaum Quraisy

By Khaerunisa, Sabtu, 19 Juni 2021 | 19:15 WIB

Hudaibiyah. Ilustrasi Isi Perjanjian Hudaibiyah.

Intisari-Online.com - Pada Maret tahun 628, isi Perjanjian Hudaibiyah disepakati Umat Muslim Madinah dan Kaum Quraysi.

Umat Muslim Madinah akan menjalankan ibadah umrah pada saat itu, ketika mereka dihadang oleh utusan Kaum Quraisy Mekah.

Pertempuran hampir terjadi, namun akhirnya diselesaikan dengan negosiasi oleh Nabi Muhammad dengan utusan Kaum Quraisy.

Kaum Quraisy menyiagakan pasukannya untuk menahan Muslim agar tidak masuk ke Mekkah.

Baca Juga: Latar Belakang dan Isi Perjanjian Salatiga, Mataram Terpecah Lagi Lewat Perjanjian Ini

Pada waktu ini, bangsa Arab benar benar bersiaga terhadap kekuatan militer Islam yang sedang berkembang.

Pembicaraan antara Rasulullah dan utusan dari Mekkah itu menghasilkan apa yang dikenal sebagai Perjanjian Hudaibiyah, sebuah perjanjian yang disepakati di Hudaibiyah.

Hudaibiyah sendiri terletak 22 KM arah Barat dari Mekah menuju Jeddah, sekarang terdapat Masjid Ar-Ridhwân.

Nama lain Hudaibiyah adalah Asy-Syumaisi yang diambil dari nama Asy-Syumaisi yang menggali sumur di Hudaibiyah.

Baca Juga: 'Mereka Tahu Kami Tertarik dan Selalu Membuka Pintu', Kala Israel Terus Bujuk Indonesia untuk Jalin Diplomasi, Bahkan Berjanji Selalu Bersedia Lakukan Ini

Rasulullah dan Sekitar 1.400 Muslim Dihalangi Masuk Mekah

Saat itu, enam tahun setelah Hijrah, yaitu pada tahun 628 Masehi, Nabi Muhammad Saw, mengajak pengikutnya mengunjungi Mekah untuk melakukan umrah.

Rasulullah mengutarakan rencana itu usai bermimpi bahwa ia dan para pengikutnya memasuki Mekah dan melakukan tawaf.

Maka, lebih dari 1.400 Muslim mengenakan ihram bersama Rasulullah dari Madinah menuju Mekah.

Mereka juga membawa 70 unta untuk dikorbankan.

Baca Juga: Padahal 62 Warga Kudus Sudah Dikonfirmasi Terpapar Corona Varian Delta, Mengapa Pemkab Kudus Belum Mengetahui Identitas Mereka?

Saat itu, sesuai dengan praktik yang ditetapkan, orang Mekah terikat untuk mengizinkan peziarah datang, tetapi tanpa senjata, untuk melakukan umrah.

Namun, saat rombongan Muslim dari Madinah datang ke sana, para pemimpin Quraisy memutuskan untuk tidak mengizinkan mereka.

Itu disebabkan kekhawatiran mereka dengan kehadiran Muslim yang besar.

Para pemimpin Quraisy pun mengirim Khaled Bin Walid dengan 200 pejuang untuk menghentikan rombongan Rasulullah, menentang tradisi Arab yang telah berusia berabad-abad.

Baca Juga: Partai Nasdem Sampai Turun Tangan, Pengakuan Terpaksa Ratius Murib Anggota KKB Papua Ternyata Sampai Beberkan Pendana KKB Papua, 'Saya Tidak Tahu'

Kemudian Rasulullah mengubah rute Taneem untuk menghindari konfrontasi dan datang ke tempat yang kurang dikenal bernama Hudaibiyah di tepi barat kota.

Namun, dengan tekadnya menghalangi rombongan Muslim dari Madinah dan tidak mengizinkan mereka memasuki Mekah.

Kaum Quraisy pun mengirim Urwah bin Masud untuk bernegosiasi dengan Nabi.

Dilakukanlah negosiasi antara Rasulullah, dan Urwah bin Masud yang kemudian justru terkesan dengan apa yang disaksikannya, yaitu adegan cinta Nabi di antara para pengikutnya.

Baca Juga: Hanya Berjarak 1,5 Km dari Benteng Musuh, Inilah Shalat Jumat Termasyhur dan Termegah di Muka Bumi, Dipimpin Langsung Sang Penakluk Konstatinopel

Namun, para pemimpin Kaum Quraisy memang telah bertekad untuk tetap mencegah kaum Muslim, belum ditemui penyelesaian pada titik ini.

Sehingga Rasulullah pun kemudian mengirim Utsman bin Affan yang memiliki kontak baik di Mekah.

Saat itu, kaum Quraisy justru menahannya dan menyebarkan desas-desus untuk membuat marah umat Islam bahwa Utsman telah terbunuh.

Hampir terjadi perang, karena meski rombongan Muslim Madinah berada 400 km jauhnya dari kota asalnya, ditambah tidak memiliki senjata yang tepat untuk berperang, namun mereka tetap bersiap dengan situasi perang. Untungnya hal ini urung terjadi.

Baca Juga: Apa Arti dari Pancasila sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum? Yuk Simak Jawabannya

Kaum Quraisy Segan dengan Keberanian Rombongan Muslim Madinah

Berita tentang keberanian Kaum Muslim Madinah untuk menghadapi tantangan pun mencapai Mekah dalam waktu singkat.

Berita itu mengatakan bahwa 1400 sukarelawan siap berperang sampai mati.

Akhirnya, hal itu pun mematahkan moral mereka dan membuat orang-orang Mekah setuju untuk membahas syarat-syarat perdamaian.

Mereka mengirim Sohayl bin Amr Al-Thaqafi, sementara Utsman dibebaskan.

Baca Juga: Seorang Petani Temukan Lempengan Batu Berusia 2.600 Tahun dari Masa Firaun Mesir, Apakah Berhubungan dengan Perang Saudara di Mesir?

Akhirnya disepakati Perjanjian Hudaibiyah yang isinya yaitu sebagai berikut:

  1. Akan ada gencatan senjata antara kedua pihak dan tidak ada pertempuran selama 10 tahun ke depan.
  2. Setiap orang atau suku yang ingin bergabung dengan Muhammad dan membuat perjanjian dengannya bebas untuk melakukannya. Demikian juga setiap orang atau suku yang ingin bergabung dengan Quraisy dan membuat kesepakatan dengan mereka bebas untuk melakukannya.
  3. Jika ada orang Mekah yang pergi ke Madinah, maka Muslim akan mengembalikannya ke Mekah, tetapi jika ada Muslim dari Madinah yang pergi ke Mekah, dia tidak akan dikembalikan.
  4. Jika ada pemuda, atau orang yang ayahnya masih hidup, pergi kepada Muhammad tanpa izin dari ayah atau walinya, akan dikembalikan kepada ayah atau walinya. Tetapi jika ada orang Quraisy yang pergi ke Makkah, tidak akan dikembalikan.
  5. Tahun ini umat Islam akan kembali tanpa memasuki Makkah. Tapi tahun depan Muhammad dan pengikutnya bisa memasuki Makkah, menghabiskan tiga hari dan melakukan umrah.

Baca Juga: Melonjak Tinggi Sejak Januari, Kasus Covid-19 di Indonesia Dikhawatirkan Para Ahli, Bukan Karena Varian Baru, Rupanya Ini Penyebabnya, 'Akan Jadi Sangat Buruk'

Peristiwa ini menunjukkan kesabaran luar biasa Rasulullah setelah dihalang-halangi sedimikian rupa untuk memasuki Mekah.

Selain itu, isi kesepakatan di Hudaibiyah juga sebenarnya bertentangan dengan keinginan kaum Muslim.

Meski ada sisi menguntungkan dari perjanjian terebut, namun tetap ada pula sisi menjengkelkannya bagi Kaum Muslim Madinah. Terutama klausul nomor 3 dan 5.

Tetapi, Rasulullah menyederhanakannya dengan mengatakan bahwa jika, "Seorang Muslim melarikan diri dari kami ke Mekah, kami tidak membutuhkannya dan jika seorang Muslim Mekah datang kepada kami di Madinah, kami akan mengembalikannya dan dia akan mengajarkan Islam di sana."

Baca Juga: ‘Ketika Hitler Tetangga Kami’, Seorang Penulis Yahudi Tuliskan Kenangannya tentang Diktator Terkenal Itu, Apa yang Dia Ceritakan?

Semetara mengenai pelaksanaan umrah tahun tersebut, Umat Muslim Madinah menerima jaminan tertulis untuk melaksanakannya satu tahun kemudian dengan damai.

Rasulullah bertekad untuk menghindari pertumpahan darah di kota suci dan dia berhasil sepenuhnya dalam hal itu.

Perjanjian itu dipuji sebagai mahakarya kebijaksanaan dan pandangannya yang jauh.

Rupanya, itu benar-benar kemenangan besar Nabi Muhammad SAW, karena setelah gencatan senjata damai di Hudaibiyah, Islam berkembang pesat.

Setelah isi perjanjian Hudaibiyah ditandatangani, orang-orang justru menyadari kemenangan Islam hingga ribuan orang masuk Islam.

Baca Juga: Kasus Penyadapan Australia Terhadap Timor Leste Kembali Mencuat, Saksi yang Beberkan Kecurangan Australia Tersebut Dijatuhi Hukuman

(*)