Nafsunya Jadi PM Israel Terus Tumbuh Walau Sudah Berkuasa 12 Tahun, Benjamin Netanyahu Siap Halalkan Segala Cara Menangkan Posisinya Lagi

Maymunah Nasution

Penulis

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato di depan pendukungnya di markas Partai Likud di Jerusalem, Rabu pagi (24/03/2021) menyikapi hasil pemilu Knesset Israel

Intisari-online.com -Posisi Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu tengah berada di ujung tanduk, pasalnya pemilihan umum Israel sudah akan dilaksanakan dan namanya tidak populer lagi.

Meski begitu Netanyahu mempersiapkan segala hal untuk satu pertarungan besar dalam hidupnya guna mempertahankan posisi itu.

Bahkan ia siap bertarung sampai titik darah penghabisan untuk menjadi PM Israel lagi.

Melansir CNN, minggu lalu Netanyahu menuduh tokoh yang digadang untuk menggantikannya, Naftali Bennett, melakukan 'penipuan pemilihan umum terbesar sepanjang sejarah Israel' dan membentuk pemerintahan 'berbahaya'.

Baca Juga: Kepemimpinan Kontroversialnya Terancam Berakhir, Inilah Beberapa Kebijakan Paling Kontroversial PM Israel Benjamin Netanyahu untuk Palestina

Ucapannya mirip dengan klaim tanpa dasar dari Donald Trump atas pemilihan AS 2020 lalu.

Partai Likud yang dipimpin Netanyahu memperhalus klaim palsu atas penipuan pemilu itu Kamis kemarin, tapi hanya sedikit.

Alih-alih mengatakan ada suara yang luput dihitung atau penipuan tersistem, partai tersebut mengatakan lewat cuitan Twitter jika "Bennett membajak pemungutan dari kanan dan berubah ke sayap kiri dalam kontradiksi langsung dengan janji kampanyenya. Jika ini bukan penipuan kita tidak tahu apa ini."

Dalam utas Twitter yang dibagikan oleh Netanyahu, Likud mengatakan akan ada perpindahan kekuasaan damai ke pemerintahan baru.

Baca Juga: Boroknya Mulai Tercium ke Penjuru Israel, Tak Hanya Pejabat Rakyat Israel Juga Serukan Lengsernya Benjamin Netanyahu, Terkuak Ini Dosanya pada Negeri Yahudi Tersebut

"Akan selalu ada perpindahan kekuasaan damai di Israel dan tidak akan berubah," tulis Likud.

Partai itu menyalahkan orang lain atas klaim mereka berupa bagaimana tulisan Netanyahu 'berubah'.

Namun itu bukan berarti Netanyahu mundur dan menerima kekalahannya dengan damai.

Netanyahu berulang kali menyebut dirinya sebagai satu-satunya yang bisa menjaga Israel dari musuh di Iran, Gaza dan Lebanon.

Baca Juga: Benjamin Netanyahu Terancam Dilengserkan, Rupanya Inilah 2 Calon Perdana Menteri Israel, Dianggap Lebih Berbahaya Karena Inginkan Yerussalem Sepenuhnya

Dalam kursi kabinet Knesset Israel, Bennett menang tipis sejumlah 61 kursi.

Netanyahu dan sekutunya telah bekerja untuk menekan politikus dari sayap kanan Yamina dan partai New Hope untuk memilih musuh Bennett dalam pemilihan yang dijadwalkan Minggu siang besok.

Jika Bennett kalah, upayanya untuk menggulingkan Netanyahu akan gagal, dan mengirim Israel menuju pemilihan kelima dalam 2 setengah tahun terakhir.

Namun kegagalan itu akan menyebabkan Netanyahu memegang posisi PM sementara, jabatan yang telah ia pegang selama ketegangan politik Israel.

Baca Juga: ‘Tidak Ada Bedanya, Mereka Semua Jahat!’ Palestina Berikan Pendapat Soal Calon Perdana Menteri Israel yang Akan Gantikan Benjamin Netanyahu

Dalam bagian kampanye menekan Bennett, Netanyahu mencuit awal minggu ini, "Siapapun yang memiliki pandangan sayap kanan tidak memilih untuk pemerintahan sayap kiri, dan siapapun yang berpandangan sayap kiri tidak memilih sayap kanan."

Bennett menopang dukungan untuk koalisinya ketika anggota partai Yamina, yang dianggap satu dari yang paling mungkin menjegal pemerintah sayap kiri, menjanjikkan dukungannya Selasa lalu.

Minggu lalu, Bennett mendesak Netanyahu untuk mendukung pemindahan kekuasaan dan tidak meninggalkan bumi hangus di belakangnya.

"Ini bukan bencana. Ini adalah perubahan pemerintah. Sebuah kejadian biasa di negara demokrasi," ujarnya dalam konferensi pers Minggu 6 Juni malam di Parlemen Knesset.

Baca Juga: Usai Gempur Jalur Gaza, Kini Terjadi Gejolak Politik di Israel ketika Posisi Benjamin Netanyahu Terancam Kelompok Ini

"Sistem di negara Israel tidaklah monarki. Tidak ada yang bisa menguasai kekuasaan."

Netanyahu belum secara publik mengakui kekalahannya, sadar betul kesempatan ia masih harus temukan gesrekan untuk mengusik pemerintahan Bennett.

Koalisi itu memang menjadi koalisi paling beragam di sejarah Israel, termasuk meliputi sayap kanan, sayap kiri dan partai Arab.

Namun aliansi 8 partai dengan kepentingan dan agenda sendiri-sendiri mungkin punya sedikit kesamaan untuk menyatukan pendapat selain kepentingan menggulingkan Netanyahu.

Baca Juga: 'Saya Sudah Bunuh Banyak Orang Arab, Cara Hadapi Palestina Memang dengan Memukulinya', Inilah Naftali Bennet Calon PM Israel yang Bisa Bikin Rakyat Palestina Makin Menderita

Persatuan pemerintah Bennett akan menghadapi ujian besar pertamanya pada Minggu sore, ketika Knesset bersidang untuk memperdebatkan prioritas dan kebijakan koalisi sebelum pengambilan sumpah dalam pemungutan suara.

Debat diperkirakan akan berlangsung beberapa jam, di mana Netanyahu dan sekutunya akan mencoba menemukan titik-titik tekanan untuk menarik satu pihak menjauh dari yang lain.

Baru setelah itu juru bicara Knesset, anggota partai Likud Netanyahu, akan menyerukan mosi tidak percaya.

Ini akan menjadi momen kritis, yang tidak hanya menentukan pemimpin negara, tetapi juga mengungkapkan apakah Netanyahu, yang telah lama dianggap sebagai "penyihir" politik Israel, memiliki satu trik lagi untuk dimainkan.

Baca Juga: Diklaim Sebagai Salah Satu Orang Terkuat di Israel,PosisiBenjamin Netanyahu Mulai Terancam, 'Tanpa Saya, IsraelAkan Berada Dalam Bahaya'

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait