Find Us On Social Media :

Bergabung dengan Koalisi Zionis Israel, Partai Palestina Ini Disebut Lelucon Buruk oleh Warga Palestina, 'Jangan Berpikir Bisa Jadi Raja Israel'

By Maymunah Nasution, Minggu, 6 Juni 2021 | 10:08 WIB

Naftali Bennett, sosok calon PM Israel yang malah akan berkoalisi dengan golongan sayap kiri dan golongan tengah, bagaimana dampaknya terhadap Palestina?

Pemungutan suara itu menjadi pemungutan suara keempat Israel hanya dalam 4 tahun saja.

Bennett kemudian memutuskan bergabung dengan partai Yesh Apid pimpinan Lapid untuk hindari adanya pemilu lain.

Partai Yesh Atid menjadi partai terbesar kedua dengan 17 kursi dari 120 kursi Knesset, sedangkan partai Bennett hanya dapat 6 kursi saja.

Kemudian UAL pisah dari koalisi partai Palestina di Israel yaitu Joint Arab List sebelum pemilu Maret.

Baca Juga: Usai Gempur Jalur Gaza, Kini Terjadi Gejolak Politik di Israel ketika Posisi Benjamin Netanyahu Terancam Kelompok Ini

Abbas memutuskan menjadi independen, dan menyiapkan diri bekerja dengan Netanyahu serta partai sayap kanan lain untuk meningkatkan kondisi kehidupan warga Palestina di Israel.

Pisahnya koalisi Palestina ini melemahkan perwakilan partai Palestina di Knesset yang memegang 15 kursi, kemudian UAL dengan 4 kursi bergabung dengan koalisi Bennett dan Lapid untuk menggulingkan Netanyahu.

Dikatakan juga mereka telah mengamankan kesepakatan kucuran dana 16 miliar USD untuk memperbaiki infrastruktur dan tempat perang di kota-kota yang dihuni warga Palestina di Israel.

UAL juga umumkan mereka telah menjamin pemerintah baru akan menghentikan peruntuhan rumah-rumah Palestina yang dibangun tanpa izin di Israel dan akan secara resmi mengakui kota Bedouin di gurun Negev, benteng bagi partai Abbas.

Baca Juga: 'Saya Sudah Bunuh Banyak Orang Arab, Cara Hadapi Palestina Memang dengan Memukulinya', Inilah Naftali Bennet Calon PM Israel yang Bisa Bikin Rakyat Palestina Makin Menderita