Find Us On Social Media :

Kisah Mohammad Reza Shah Pahlavi, Raja Terakhir Iran, Konsentrasi Hidupkan Tentara, Runtuh Karena Pemberontakan Rakyatnya Sendiri

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 2 Juni 2021 | 12:00 WIB

Raja para raja

Sementara di dalam negeri, raja Iran ini menganjurkan kebijakan reformasi.

Puncaknya pada program tahun 1963 yang dikenal sebagai Revolusi Putih, mencakup reformasi tanah, hak suara bagi perempuan, dan penghapusan buta huruf.

Pada tahun 1967, menurut catatan sejarah, dia menobatkan dirinya sebagai Raja Para Raja (Kaisar Iran) dan istrinya, Farah Diba, sebagai Shahbanoo (Permaisuri).

Apa yang dilakukannya itu membuat ketidakpuasan di antara berbagai lapisan masyarakat.

Langkahnya tersebut dianggap sebagai bentuk meningkatnya kesewenang-wenangan pemerintahan Shah, yang memprovokasi para pemimpin agama yang takut kehilangan otoritas tradisional mereka serta para pelajar dan intelektual yang mencari reformasi demokratis.

Para penentang mengkritik Shah karena melanggar konstitusi yang membatasi kekuasaan kerajaan dan menyediakan pemerintahan perwakilan, yang tunduk pada Amerika Serikat.

Tokoh dunia ini melihat dirinya sebagai pewaris raja-raja Iran kuno, dan pada 1971 ia mengadakan perayaan yang luar biasa atas 2.500 tahun monarki Persia.

Pada 1976, ia mengganti kalender Islam dengan kalender "kekaisaran", yang dimulai dengan berdirinya kekaisaran Persia lebih dari 25 abad sebelumnya.

Baca Juga: Iran, Hamas, dan Hizbullah Diberitakan Telah Bersama-sama Mengoordinasikan Pertempuran