Intisari-online.com -Dilaporkan dari Express, Iran telah memperkaya uranium mereka sampai fisil kemurnian 60% di reaktor nuklir di atas tanah.
Reaktor nuklir itu berada di kota Natanz.
Laporan asli berasal dari Badan Pengawas Nuklir Internasional IAEA.
Konfirmasi datang beberapa hari setelah pejabat di Teheran mengklaim mereka telah meningkatkan produksinya dari 20 persen ke 60 persen.
Laporan juga datang tepat 6 hari setelah serangan di reaktor nuklir yang sama.
Serangan sebelumnya menyebabkan sentrifugal reaktor rusak.
Iran telah menyalahkan kecelakaan itu sebagai tanggung jawab Israel.
Israel memang satu-satunya negara di Timur Tengah yang dilaporkan secara luas memiliki senjata nuklir.
Namun meski begitu pejabat di Tel Aviv belum merespon secara resmi.
Langkah Iran yang semakin terdepan dalam pemurnian uranium telah membuat Iran selangkah lebih maju dalam membuat senjata setara 90 persen uranium.
Teheran telah terus-terusan menyangkal mencoba mengembangkan senjata nuklir.
Namun aksi ini merusak perjanjian nuklir Iran.
Kesepakatan itu bertujuan mengembalikan kelonggaran sanksi ekonomi Iran dengan cara memotong kemampuan nuklir Iran.
Namun perjanjian ditinggalkan begitu saja setelah AS menarik diri dari kesepakatan itu.
Tingkat kemurnian uranium setinggi itu 20 kali lebih tinggi daripada tingkat kemurnian yang diperbolehkan di perjanjian internasional tersebut.
Perjanjian bernama JCPAO itu menyebutkan Iran hanya dapat memperkaya sebanya 3,67 persen.
AS menarik diri dari JCPAO pada 2018 di bawah administrasi Donald Trump.
Selanjutnya AS saat itu menerapkan sanksi berkali-kali lipat untuk ekspor Iran.
Presiden AS Joe Biden belum menandatangani kembali perjanjian itu.
Biden sedang mencari jaminan lebih besar dari Teheran selama pembicaraan informal yang berlangsung.
Sementara itu pejabat dari China, Rusia, Perancis, Inggris, Jerman dan Iran telah melaksanakan pembicaraan di Austria sejak Kamis minggu lalu.
AS tidak hadir saat Iran menolak negosiasi tatap muka.
Namun pejabat Uni Eropa yang mengepalai pembicaraan itu melakukan diplomasi berputar-putar dengan delegasi AS yang diadakan di hotel lain di Wina, Austria.
Perwakilan China untuk pembicaraan itu, Wang Qun, mengatakan pembicaraan itu mengalami kemajuan beberapa hari ini.
Ia mengatakan: "Semua pihak sepakat untuk lebih meningkatkan langkah mereka di hari-hari berikutnya dengan melakukan pekerjaan yang lebih ekstensif dan substantif tentang pencabutan sanksi dan masalah relevan lainnya.
Namun Iran paham untuk berdiri tegas dalam diskusi ini dan menuntut semua sanksi diangkat.
Seorang pihak dalam mengatakan kepada televisi nasional Iran: "Di Teheran, tidak ada yang diterima selain pencabutan semua sanksi.
"Termasuk yang terkait dengan sanksi baru JCPOA selama era Trump."
Jumat kemarin, Biden mengadakan konferensi pers gabungan dengan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga.
Presiden AS mengatakan jika Iran telah mencapai tingkat kemurnian uranium 60% tidak membantu masalah apapun.
Biden menambahkan ia senang negosiasi berlanjut.
Namun ia bersikeras AS tidak akan membuat konsesi apapun ke Teheran.
Ia mengatakan: "Kami tidak mendukung dan tidak berpikir itu membantu jika Iran mengatakan akan memperkaya uranium sampai 60%.
"Meski begitu, kami tetap senang Iran melanjutkan sepakat terlibat dalam diskusi, diskusi tidak langsung, dengan kami dan mitra kami mengenai bagaimana kita melangkah maju dan apa yang diperlukan untuk memperbolehkan kami kembali ke kesepakatan nuklir tanpa kami harus membuat konsesi yang tidak ingin kami buat."
Biden juga menolak memprediksi apa yang akan terjadi sebagai kesimpulan pembicaraan.
Ia menambahkan: "Diskusi masih brerlangsung. Kurasa terlalu dini membuat penilaian tentang apa yang akan terjadi."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini