Intisari-Online.com -Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh ternyata tengah menetap di negera tarkaya di dunia kala Gaza dibombardir Israel.
Kunjungannya ke pemakaman seorang jenderal Iran yang dibunuh olehdrone Amerika Serikat ini ternyata jadi pemicunya.
Nama Haniyeh sendiri sempat mengisi pemberitaan media-media nasional Indonesia tepat saat perayaan Idul Fitri, Kamis (13/5/2021).
Kala itu, Haniyeh secara khusus mengirimkan surat kepada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Baca Juga: Didukung Joe Biden, Israel Semakin Gila Bombardir Jalur Gaza, Bahkan LebanonJuga Diserang
Petinggi hamas tersebut secara tegas memohon perhatian Indonesia atas serangan Israel di Masjdi Al-Aqsa.
"Anda telah mengikuti bagaimana Masjid al-Aqsa yang diberkati dan alun-alunnya serta pria dan wanita pemberani yang membela al-Aqsa terkena penyerbuan, penodaan, penindasan, dan kebrutalan, belum lagi menutup masjid dan menolak akses jamaah Muslim ke sana,’’ tulis Haniyeh kepada Jokowi, Rabu (12/5/2021), seperti dilansir dari Serambinews.
Haniyeh bahkan menegaskan bahwa selain mengambil alih properti dan memaksa pembagian Masjid Al-Aqsa, Israel kini telah mengubahstatus quo dalam agresi dan metode kejahatan baru yang melintasi batas.
"Kejahatan ini menargetkan Kota Yerusalem yang diduduki dalam sejarah Islamnya," tutur Haniyeh.
Baca Juga: Iron Dome Jebol oleh Serangan Hamas, Begini 10 Tahun Sepak Terjang Iron Dome Israel sejak 2011
"Kami menulis surat ini kepada Yang Mulia pada hari-hari bulan solidaritas, kerja sama dan menjelang kemenangan ini, dengan berharap dan percaya bahwa umat Islam akan menjadi seperti satu struktur konkret untuk berdiri bersama Yerusalem dan kesucian," pungkas Haniyeh.
Namun, di tengah upayanya terus mendorong agara para pemimpin negara Islam untuk segera bergerak membantu Palestina, keberadaan Haniyeh belakangan menjadi sorotan.
Haniyeh diketahui kini tengah menetap di negara terkaya di dunia, Qatar, sejak awal tahun 2020 lalu.
Beberapa pihak mempertanyakan mengapa dirinya justru terus berada di luar negeri di saat negaranya justru tengah dibombardir oleh jet tempur Israel.
Ternyata, keberadaan Haniyeh untuk terus berada di luar negeri, khususnya Qatar memang buah dari kesepakatan dari para petinggi Hamas.
Sejak awal 2020, Haniyah sudah dipastikan untuk berada di luar Gaza setidaknya hingga akhir 2021.
Sebuah sumber menduga bahwa Haniyeh 'terjebak' untuk terus berada di luar negeri karena telah membuat pihak Mesir murka.
Dikabarkan pemicunya adalah keputusan Haniyeh untuk mengunjungi Iran dalam rangka secara khusus menghadiri pemakaman tokoh penting negara tersebut.
Baca Juga: 1.800 Roket Sudah Diluncurkan dari Gaza, Benarkah Hamas Dibesarkan oleh Israel Sendiri?
Tokoh penting yang dimaksud tidak lain adalahKomandan Pasukan Pengawal Revolusi Iran Quds Qasem Soleimani, yang dibunuh oleh serangandrone AS di Baghdad pada 3 Januari 2020.
Selama kunjungannya ke Iran, Haniyeh menyampaikan pidato di mana dia menyebut Soleimani "martir Yerusalem."
Hamas membenarkan kunjungan itu sebagai pengakuan atas peran Soleimani dalam mendukung "perlawanan."
Kehadiran Haniyeh dalam upacara pemakaman inilah yang dikabarkan membuat Mesir sangat geram dengan sang petinggi Hamas tersebut.
"Saudara-saudara kami di Mesir menegur kami karena mengunjungi Iran, tetapi [Hamas] memiliki pendiriannya sendiri," kata Hayya.
Namun, belakangan isu tersebut dibantah dengan menyebutkan bahwa Mesir sudah memaafkan dan tidak memiliki kepentingan untuk mengatur keluar masuknya Hamas dari Gaza.
Sebuah sumber kemudian mengatakan kepada Asharq Al-Awsat bahwa keputusan ini terkait dengan pengaturan internal di dalam Hamas dan lainnya terkait dengan komplikasi pada pergerakannya dari dan ke Jalur Gaza.
Haniyeh memulai tur luar negeri pada 2 Desember 2019 dengan kunjungan ke Kairo. Ini adalah tur pertamanya sejak dia mengambil alih kepemimpinan Hamas pada Mei 2017.
Baca Juga: Militer Israel Bunuh Komandan Militan dalam Serangan Udara di Gaza
Sebelumnya, dia mengunjungi Turki, Qatar, Oman, Iran, dan Malaysia. Haniyeh berupaya mengunjungi negara lain, seperti Rusia, Lebanon, Mauritania, dan Kuwait.
“Haniyeh akan tetap di luar negeri dan terus menjalankan Hamas sampai dia menyelesaikan semua tugas dan semua tujuan tur luar negerinya,” lapor Hamas.