Inilah Noken Papua, Bukan Sekedar Tas Tradisional, Ternyata Jadi Lambang Kedewasaan Wanita Papua

May N

Penulis

Intisari-online.com -Noken Papua adalah salah satu dari deretan kebudayaan Papua yang menjadi warisan dunia.

UNESCO mengakui noken Papua sebagai warisan budaya dunia pada tahun 2012 silam.

Noken Papua sendiri berbentuk tas tradisional berasal dari Papua.

Noken Papua terbuat dari serat kayu, daun, atau batang anggrek.

Baca Juga: Meski Sudah Jadi Negara Berdaulat Sendiri dan Banyak Pengaruh dari Portugis, Budaya Timor Leste Ada yang Unik dan Menarik yang Dilakukan Ketika Masuki Usia Remaja

Cara pembuatan noken Papua yaitu dengan dianyam atau dirajut.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan kemahiran wanita merajut noken Papua dianggap sebagai tanda kedewasaan di sana.

Noken Papua sendiri bukan hanya tas untuk keperluan sehari-hari.

Ada nilai berharga di noken Papua yang diajarkan oleh nenek moyang masyarakat Papua lintas generasi.

Baca Juga: Tradisi Lebaran Sajikan Kue Kering Ternyata Baru Ada sejak Masa Kolonial Belanda, Inilah Sajian Khas Lebaran Pribumi sebelum Terpengaruh Budaya Kuliner Belanda

Pada November 2019 ketua Yayasan Noken Papua Titus Christoforus Pekei mengatakan awalnya noken Papua dianggap benda yang sering dipandang aneh.

"Kita harus kembali mendalami ilmu noken ini. Noken mengajarkan kita tentang berbagi, demokrasi, dan kebenaran," kata Titus kala itu, mengutip laman Kemdikbud.

Karena sarat akan nilai-nilai berharga, noken Papua diajukan menjadi warisan budaya ke UNESCO.

Akhirnya 4 Desember 2012 noken Papua ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda oleh UNESCO di Paris, Perancis.

Baca Juga: Inilah Alasan Mengapa Masjid Al Aqsa Begitu Penting, yang Jadi Rebutan Israel dan Palestina

Saat itu pengakuan tidak hanya noken Papua, tapi juga untuk sejumlah warisan budaya lainnya dari Kyrgyzstan, Uganda, dan Botswana.

Noken Papua digolongkan dalam kategori "in Need of Urgent Safeguarding" oleh UNESCO atau warisan budaya yang membutuhkan perlindungan mendesak.

"Noken adalah jaring rajutan atau tas anyaman buatan tangan dari serat kayu atau daun oleh masyarakat di Provinsi Papua dan Papua Barat, Indonesia," tulis UNESCO dalam pengumuman penetapan.

"Digunakan untuk membawa hasil bumi, tangkapan, kayu bakar, bayi, atau binatang kecil, serta untuk berbelanja dan menyimpan barang-barang di rumah, noken juga bisa dikenakan atau diberikan sebagai persembahan perdamaian," lanjut UNESCO.

Baca Juga: Bangunannya Dihancurkan, Gurunya Ditembak KKB Papua, Sekolah yang Jadi 'Senjata' Pak Harto Entaskan Kebodohan Ini Ternyata Pernah Antarkan Ekonom AS Raih Nobel Ekonomi

"Namun, jumlah orang yang membuat dan menggunakan Noken berkurang dalam menghadapi persaingan dari tas buatan pabrik dan masalah dalam memperoleh bahan baku." tulis UNESCO.

Papua sendiri memiliki museum noken Papua, tapi sayangnya sampai tahun 2020 lalu belum berfungsi.

Padahal museum yang terletak di Waena, Abepura, Jayapura ini telah selesai dibangun sejak tahun 2013.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait