Pada akhirnya menyebabkan lebih dari empat ratus tahun penjajahan Portugis atas Timor Timur yang kaya kayu cendana.
Bahwa kelimpahan kayu cendana di Timor Portugis merupakan legenda dan merupakan pendorong penting dalam menarik perdagangan dan kepentingan kolonial ke pulau itu menjadi bukti dalam catatan Antonio Pigafetta.
Pigafetta, yang tiba di Timor pada tahun 1522 dengan kapal Magellan Victoria , menulis.
"Semua kayu cendana dan lilin yang diperdagangkan oleh orang Jawa dan Malaka berasal dari tempat ini, di mana kami menemukan sampah dari Lozzon yang telah datang untuk berdagang. untuk kayu cendana," katanya.
Penjajah Portugis menebang persediaan kayu cendana tanpa henti.
Dengan kecepatan yang sedemikian rupa sehingga produksi turun dari 900.000 kg pada tahun 1910 menjadi 20.000 kg pada tahun 1926.
Hingga membutuhkan moratorium ekspor agar persediaan dapat beregenerasi.
Pada 7 Desember 1975, hanya sembilan hari setelah penarikan Portugal dari koloni, Indonesia, di bawah kepresidenan Jenderal Suharto, menginvasi Timor Timur.
Mengarah pada pendudukan yang akan berlangsung selama 25 tahun ke depan.