“Mengetahui hal itu, saya langsung terbang tinggi dan mengambil posisi dogfight untuk melindungi Azhar karena saya tidak memiliki radar,” kenang Henri.
Kedua Hawk kemudian naik ke ketinggian 28.000 kaki, dan saat itulah jelas bahwabukan helikopter, melainkan jet tempur yang mendekat kepada mereka.
Pemimpin penerbangan memilih mode tempur untuk radarnya dan kemudian para pejuang tak dikenal itu berbalik langsung menuju Indonesian Hawks.
Saat kontak datang ke arah mereka, Henri menjelaskan bahwa Azhar mengidentifikasi mereka, meneriakkan “Hornet” melalui radio.
Sepasang RAAF F / A-18A / B Hornet diduga terbang dari RAAF Tindal, sebuah pangkalan di Northern Territory, di mana kehadiran pasukan tambahan RAAF dimaksudkan untuk mencegah Jakarta memulai eskalasi militer di Timor Timur.
Menurut Henri, Azhar mengunci setidaknya satu F / A-18 sebelum Henri memperingatkannya, "Kami belum menyatakan perang!".
Namun, saat itu tampaknya Hornets tidak memasuki wilayah udara Indonesia.
Kemudian Hornets berbelok kembali ke selatan menuju FIR Darwin sementara pasangan Hawk kembali ke Kupang, pertempuran pun tak terjadi.