Intisari-Online.com - Dalam sejarah Timor Leste, negara yang satu ini pernah merasakan penjajahan oleh Portugis selama ratusan tahun.
Sekitar tahun 1600-an, Bangsa Portugal datang ke wilayah berjuluk 'Bumi Lorosae' ini dan mendirikan pos perdagangan di sana.
Portugis menjadikannya sebagai sumber kayu cendana.
Timor Leste memang terkenal akan kekayaan kayu cendananya.
Kayu cendana yang punya julukan 'Emas Hijau' itu dikenal memiliki harga yang tinggi.
Setiap pohon cendana yang berusia 20-30 tahun dapat bernilai puluhan juta. Namun, lebih istimwa lagi yang ada di Timor Leste.
Cendana putih yang dimiliki oleh Timor diduga merupakan tanaman asli wilayah Timor dan menjadi komoditas termahal pada abad ke-14.
Melansir Kompas.com, Cendana Pulau Timor dihargai sangat mahal dan menjadi komoditas spesial pada masa awal globalisasi dunia.
Sementara itu, Pulau Timor pada abad ke-16 terkenal sebagai satu-satunya sumber cendana terbaik di dunia.
Bahkan, begitu terkenalnya Pulau Timor sebagai sumber cendana terbaik di dunia membuat pedagang Cina dari Makau dan Hong Kong merambah Timor melalui jalur rahasia.
Cendana sendiri digunakan oleh penduduk India dan Cina dalam skala besar, sebagai bagian dari kegiatan religius, wewangian ruangan, terapi aroma, minyak cendana digunakan untuk terapi pengobatan, kosmetik, peralatan rumah tangga seperti furnitur, dan juga peti mati.
Bukan hanya Portugis, berabad-abad yang lalu kapal-kapal dari seluruh dunia mampir dan mengunjungi Timor karena pulau ini terkenal sebagai sumber kayu cendana, malam (lilin), dan kulit sapi.
Kisah aktivitas perdagangan cendana di Timor adalah sebuah naskah catatan perjalanan yang ditulis oleh Wang Da Yuan. Kisahnya dimulai jauh sebelum kedatangan Portugis di pulau tersebut.
Naskah itu berjudul Daoyi Chi Lue pada 1350 yang menyebutkan bahwa di wilayah Timor tidak tumbuh pohon lainnya selain cendana serta bahwa cendana diperdagangkan dan ditukar dengan perak, besi, porselen, kain dan manik-manik.
Pengawas perdagangan Cina di Hong Kong, Chau Ju Kua menulis pada 1225 bahwa pulau Timor sudah berhubungan dengan pulau Jawa karena perdagangan kayu cendana yang dianggap sebagai kayu cendana terbaik.
Pilliot Lamster menulis bahwa perdagangan kayu cendana oleh orang Cina sudah dimulai pada awal abad masehi.
O.W. Walters menambahkan bahwa Cina melakukan kontak dengan Timor sudah dimulai pada awal abad masehi.
Selain pedagang-pedagang Cina juga datang pedagang India dan membarternya dengan kuda-kuda yang kemudian dibiakkan di pulau Sumba.
Para pedagang tersebut melakukan perjalanan dagang paling dua kali dalam satu tahun, membawa cendana dari Timor untuk diperdagangkan di Malaka.
Orang-orang Cina ini disebut dengan Sina Mutin Melaka (orang Cina berkulit putih dari Malaka) oleh penduduk lokal.
Pintu masuk para pedagang Cina ke tanah Timor, salah satu yang terkenal adalah pelabuhan Namon Sukaer (sekarang bernama Atapupu).
Lalu lintas perdagangan kayu cendana ini kemudian surut pada akhir abad ke-18.
Belanda juga mencoba menguasai perdagangan tersebut, namun mereka mengalami kerugian besar pada 1752.
Sementara orang Cina masih terus bertahan dalam rute perdagangan sampai akhir abad ke-19.
Tercatat pelbagai sumber naskah Portugis menyebut Timor sebagai pasar Cendana yang sangat ramai.
Begitu pula seperti Nagarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca pada 1365 telah menyebut Timor di dalam naskahnya.
Seiring waktu yang terus bergulir meninggalkan untaian kisah masa lalu, julukan Nusa Cendana bagi tanah Timor semakin pudar.
Ribuan batang pohon cendana yang dulu diagungkan dalam kronik klasik Cina tak lagi tampak.
Setelah dikuasai Portugis yang tergiur dengan kekayaan cendananya, pada tahun 1975 Timor Leste berintegrasi dengan Indonesia.
Portugis menarik pasukannya dari Timor Leste, namun Indonesia menginvasi wilayah tersebut dan menjadikannya provinsi termuda.
Kini Timor Leste lebih terkenal dengan kekayaan minyak dan gasnya. Itu pula yang menjadi bekal Bumi Lorosae berdiri sebagai sebuah negara merdeka setelah melepaskan diri dari Indonesia pada tahun 1999.
Namun, ambisi minyak dan gas Timor Leste justru belakangan terhambat masalah dana. Juga sempat terlibat sengketa berkepanjangan dengan tetangganya sendiri, Australia.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari