Sebagai ketua Good Offices Committee, AS memainkan peran penting dalam menjadi mediator antara Indonesia dan Belanda.
AS berperan penting dalam menetapkan Perjanjian Renville pada Januari 1948 yang melembagakan gencatan senjata.
Namun, Perjanjian Renville sendiri kemudian dilanggar dengan aksi militer yang dilakukan kembali oleh Belanda.
Meski menghancurkan, namun peristiwa itu pula yang membuat dunia intrnasional lebih bersimpati kepada Indonesia.
Amerika Serikat semakin tak punya pilihan.
Mengutip Strategic Review, Hanya setelah tindakan polisi Belanda kedua pada bulan Desember 1948 itu, para pembuat kebijakan Amerika mulai mengubah kesetiaan mereka.
Dikatakan, bahkan Washington bergerak tersendat-sendat dan sering kali dengan enggan, tidak termotivasi oleh idealisme atau altruisme daripada oleh faktor-faktor yang lebih nyata.
Faktor lebih nyata yang mendorong AS kemudian adalah bobot opini domestik dan internasional; perhatian terhadap kelangsungan hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa; perhitungan cermat atas prioritas Perang Dingin yang lebih luas, alih-alih kepentingan mendukng sekutunya.