3 Legenda Wanita Bersejarah dalam Islam, Termasuk Aisyah binti Abu Bakar, Istri Termuda Nabi Muhammad yang Menentang Konstruksi Patriarki

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Nusaibah Binti Ka'ab Al Maziniyyah

Intisari-Online.com - Sejumlah wanita sudah memiliki peran penting dalam mempengaruhi sejarah dunia, mulai dari aspek sosial, politik, pendidikan, serta kebudayaan sejak zaman nabi.

Hanya saja, mungkin peran meraka kurang diketahui dan jarang diekspos oleh panulis sejarah yang masih didominasi oleh pria.

Melansir dari Kompas..com, berikut merangkum sejumlah tokoh legenda wanita Muslim, yang perannya berpengaruh besar dalam perkembangan sejarah dunia, menurut Feminism in India:

1. Khadijah binti Khuwailid

Baca Juga: Kisah Heroik Nusaibah Binti Ka'ab, Perisai Perisai Rasulullah yang Langsung Beraksi dengan Pedang dan Busur di Tangan Saat Nyawa Nabi Muhammad Terancam dalam Perang Uhud

Khadijah adalah wanita mandiri, berilmu, dan dermawan.

Ia merupakan istri pertama sekaligus umat pertama Nabi Muhammad yang setia. Lahir pada 555 Masehi dari keluarga pedagang sukses di suku Quraisy Mekah.

Ia banyak belajar ilmu bisnis dari ayahnya, Khuwailid bin Asad.

Setelah ayahnya meninggal, segera ia mengambil alih tanggung jawab bisnis tersebut, yang saat itu didominasi oleh pria.

Baca Juga: Perang Mu’tah, Karena Belasan Utusan Dibunuh Membuat Nabi Muhammad SAW Kirimkan 3.000 Pasukan Muslim yang Bikin Kocar-kacir 200.000 Pasukan Bizantium Romawi Timur

Mewarisi ilmu ayahnya, Khadijah menjadi salah satu pedagang paling sukses dan dikenal di Mekah karena kejujuran dan kebajikannya.

Dia dikenal sering memberi makan dan memberi pakaian kepada orang miskin serta membantu kerabatnya yang membutuhkan.

Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad, Khadijah telah menjanda dua kali karena kedua suaminya meninggal.

Saat suami keduanya meninggal, ia berpikir tidak akan menikah lagi.

Namun, ia telah ditakdirkan menjadi isteri Nabi Muhammad.

Baca Juga: Perang Bani Nadhir, Kala Piagam Madinah yang Disusun Rasulullah Dikhianati Oleh Kaum Yahudi Guna Hancurkan Islam, Tapi Justru Kaum Yahudi Terusir Selamanya dari Madinah

Ia sangat terkesan dengan kejujuran Nabi Muhammad, saat membawa karavan dagangnya ke Suriah.

Mereka menikah dengan usia yang terpaut jauh.

Saat itu, Nabi Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijaha 40 tahun.

Dalam perjalanan suka-duka Nabi Muhammad menjalankan perintah Yang Maha Kuasa, Khadijah dengan setia mendukungnya secara moral dan finansial hingga ia wafat di usia 64 tahun 6 bulan.

Baca Juga: Sejarah Perang Uhud, Saat Nabi Muhammad Beserta 1.000 Prajuritnya Ditinggalkan 300 Pasukan di Antaranya yang Pilih Kabur dari Medan Perang Melawan Kaum Quraisy

Kematian Khadijah dikenal juga sebagai Amul Huzni.

2. Nusaibah Binti Kaab

Nusaybah Binti Kaab adalah anggota dari suku Banu Najjar di Madinah, yang terkenal karena keberaniannya di medan perang.

Namanya sebagai pejuang dikaitkan dengan banyak pertempuran, seperti Bait-ul-'Aqabah II, Perang Uhud, Perang Hunayn, Perang Yamamah, dan Perjanjian Hudaybiyah.

Baca Juga: Ketika Nabi Muhammad SAW Pimpin 10.000 Pasukan Islam untuk Bertarung, Seperti Ini Sejarah Pembebasan Mekkah yang Buat KaumQuraisy Tak Berkutik Sama Sekali

Dalam Perang Uhud, dia adalah salah satu tokoh perang yang mengawal dan melindungi Nabi Muhammad.

Diceritakan bahwa ke arah mana pun Nabi berada, Nabi dapat melihat wanita tangguh itu mengawal dan melindunginya dari lawan, seperti perisai.

Dia menderita 12 luka dalam Perang Uhud, sebelum ia pingsan.

Ketika ia sadar, hal pertama yang ditanyakannya adalah keselamatan Nabi.

Baca Juga: Kaisar Bizantium Romawi Timur Urungkan Niat Lawan 30.000 Pasukan Muslimin Pimpinan Nabi Muhammad SAW dengan Cuaca Panas Ekstrem dalam Perang Tabuk

Dia juga terlibat pertempuran melawan Musailamah Al-Kadzab, di mana dia kehilangan putranya, dan dirinya sendiri menderita banyak luka.

3. Aisyah binti Abu Bakar

Aisyah dikenal sebagai sitri termuda Nabi Muhammad dan salah satu yang paling dicintai.

Namun selain itu, Aisyah sebenarnya memiliki peran utama dalam politik pada masanya.

Dia diketahui telah meriwayatkan 2210 hadis dan sunnah dari Nabi Muhammad, yang kemudian menjadi sumber ilmu lain bagi umat Islam, selain Al-Quran.

Apa yang dituliskan oleh Aisyah adalah perkataan dan tindakan religius Nabi Muhammad sehari-hari, meliputi berbagai topik, termasuk tentang warisan dan ziarah.

Setelah Nabi wafat, peran Aisyah dalam komunitas Islam meningkat.

Dia yang berperan menentang konstruksi patriarki yang berkembang dengan menyampaikan pidato publik.

Baca Juga: Dakwah Nabi Muhammad SAW Dipertaruhkan Berlanjut Atau Tidak, Inilah Sejarah Peristiwa Perang Badar Kubro yang Terjadi di 17 Ramadhan

Setelah kematian Utsman bin Affan, sahabat Rasulullah yang menjadi khalifah ketiga, Aisyah memimpin Perang Basra atau dikenal sebagai Perang Unta pada 656 Masehi.

Dia kalah dalam perang, tetapi menjadi tanda yang menonjol dalam warisannya, bahwa perempuan dapat berjuang menentang patriarki.

Upayanya adalah catatan penting secara historis tentang perjuangan dari perempuan berdaya.

Setelah kekalahannya di medan perang, dia kembali ke rumah dan mulai menerjemahkan hadis dan menyebarkan Islam.

(*)

Artikel Terkait