Advertorial

Di Bawah Komando Putra Ayatollah Khomeini, Pasukan Iran Berani-beraninya Picu Perang dengan Puluhan Ribu Pasukan Koalisi Pimpinan AS di Arab Saudi Selama Perang Teluk

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - Pada tahun 1991, Amerika Serikat dan sekutu koalisinya mencetak kemenangan atas Irak.

Kemenangan itu mendorong tentara penyerang keluar dari Kuwait setelah perang udara 40 hari dan serangan darat 100 jam.

Tindakan koalisidibenarkan secara universal, hanya Yordania, Aljazair, Sudan, Yaman, dan Tunisia yang menentang tindakan tersebut.

Juga yang mendukung adalah Iran, musuh bagi Irak dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Ngakunya Rusia Tak Akan Perang dengan Ukraina, Tapi Tentara Ukraina di Garis Depan Justru Melihat Gerak-gerik Mencurigakan Ini, Bisa Picu Konflik Besar

Namun jauh di dalam jajaran paling fanatik dari Korps Pengawal Revolusi Iran, sebuah rencana licik dibuat untuk menyerang pasukan AS.

Selama awal-awal Perang Teluk di tahun 1990, Amerika Serikat mengirim ribuan pasukan, kendaraan, kapal, dan pesawat ke wilayah tersebut.

Mereka membangun kekuatan yang dapat menyaingi Tentara Irak Saddam Hussein dan mencegahnya bergerak lebih jauh melewati Kuwait.

Semua itu akan menjadi target yang menggoda bagi musuh yang melihatnya.

Baca Juga: Kisah Heroik Nusaibah Binti Ka'ab, Perisai Perisai Rasulullah yang Langsung Beraksi dengan Pedang dan Busur di Tangan Saat Nyawa Nabi Muhammad Terancam dalam Perang Uhud

Begitu juga yang dipikirkan oleh faksi Pengawal Revolusi Iran.

Amerika Serikat bahkan tidak mengharapkan serangan dari Iran.

Seluruh tujuan adanya Pengawal Revolusi adalah untuk mencegah ancaman asing entah ancaman itu datang dari luar Iran atau disulut di dekat perbatasannya sendiri.

Mereka terdiri dari layanan keamanan internal yang digabungkan dengan organisasi paramiliter untuk beroperasi baik di dalam maupun di luar negara asalnya.

Baca Juga: Pilot Wanita Amerika Ini Meski Berjuang untuk Negara dalam Perang Dunia II Namun Tidak Bisa Dapatkan Penghargaan Militer Karena Alasan Ini

Mereka adalah pembela paling gigih Iran yang percaya pada visi Ayatollah Ruhollah Khomeini tentang sebuah bangsa yang didirikan di atas prinsip-prinsip Syiah Islam.

Dalam praktiknya, semangat ideologis mereka telah memberi unit IRGC ini lampu hijau untuk melakukan apa pun untuk menjaga Iran dan pemerintah Islamnya tetap aman.

Tindakan yang mereka lakukan termasuk kekerasan, terorisme, dan bahkan perang habis-habisan bersama sekutu Iran.

IRGC-lah yang membantu Iran melawan Irak yang secara teknologinya lebih unggul.

Baca Juga: Perang Mu’tah, Karena Belasan Utusan Dibunuh Membuat Nabi Muhammad SAW Kirimkan 3.000 Pasukan Muslim yang Bikin Kocar-kacir 200.000 Pasukan Bizantium Romawi Timur

Perang itu jugamembuat IRGC muncul sebagai kekuatan militer dan politik utama di Iran.

Jadi, ketika Amerika Serikat meluncurkan serangan Perang Teluk, IRGC diam-diam memperhatikannya.

Saat puluhan ribu pasukan koalisi pimpinan AS berkumpul di Arab Saudi, unit dari faksi pemberontak Pengawal Revolusi, yang dipimpin oleh putra Ayatollah Khomeini, Ahmad, berusaha melancarkan serangan rudal ke Arab Saudi.

Tujuannya adalah untuk memulai perang antara Amerika Serikat dan Iran pada malamPerang Teluk.

Baca Juga: 65 Tahun Setia Menunggu Setelah Terpisah Gara-gara Perang Korea, Wanita Ini Akhirnya Bertemu Kembali dengan Suaminya, Tapi 12 Jam Kemudian Hal Menyayat Hati Terjadi

Pengawal Loyalis dan unit Angkatan Darat Iran reguler di bawah komando Kepala IRGC saat itu Mohsen Rezai mengetahui rencana tersebut.

Rudal akan diluncurkan dari Khorramshahr, sebuah kota Iran di perbatasan Irak dekat Kuwait.

Khorramshahr adalah tempat pertempuran berdarah Iran-Irak yang dimenangkan dengan susah payah oleh pasukan Iran.

Ayatollah Khomeini meninggal pada tahun 1989, tetapi warisannya melindungi putranya yang memberontak.

Baca Juga: Perang Bani Nadhir, Kala Piagam Madinah yang Disusun Rasulullah Dikhianati Oleh Kaum Yahudi Guna Hancurkan Islam, Tapi Justru Kaum Yahudi Terusir Selamanya dari Madinah

Ahmad Khomeini, dianggap sebagai tangan kanan ayahnya, dibebaskan dari komando Pengawal Revolusi dan dikirim untuk hidup dalam isolasi sampai kematiannya pada tahun 1995.

Ulama berusia 49 tahun itu meninggal karena penyakit jantung misterius saat masih hidup terisolasi.

Amerika Serikat melanjutkan kemenangan atas bekas musuh Iran, mempermalukan Saddam Hussein dan memaksa rezim Irak untuk menerima sanksi ekonomi yang keras dan pembatasan militer sampai AS kembali untuk menggulingkannya pada tahun 2003.

Kesabaran Iran terbayar dengan ketidakstabilan baru-baru ini di Irak yang memungkinkan Republik Islam Iran untuk memproyeksikan kekuatan di Timur Tengah.

Baca Juga: Perang Uhud, Pengkhianatan Pasukan Muslim hingga Tipu Muslihat Kaum Quraisy Selama Perang yang Sebabkan Kekalahan Pasukan Muslim, Namun Kemampuannya Justru Makin Kuat

(*)

Artikel Terkait