Penulis
Intisari-Online.com – Perseteruan kaum muslimin dengan kekaisawan Bizantium Romawi Timur memicu beberapa gesekan berupa perang, salah satunya adalah Perang Tabuk.
Terjadi tepat di bulan Rajab tahun 9 Hijriah atau 630 Masehi, perang ini berlangsung di daerah Tabuk, 683 kilometer sebelah barat laut kota Madinah.
Ada beberapa versi dari pemicu Perang Tabuk, namun merujuk pada buku Perang-Perang dalam Sejarah Islam (2014) karya Sitiatava antara lain adalah:
1. Karena kalah perang Mu’tah pada 6 Hijriah, maka Kaisar Bizantium Romawi ingin melakukan pembalasan.
2. Keinginan kembali Bizantium Romawi untuk mendominasi wilayah bagian utara dari Jazirah Arab.
3. Kekaisaran Bizantium Romawi menyebabkan adanya gangguan stabilitas politik di sebelah utara Jazirah Arab
Untuk meruntuhkan dominasi kekaisaran Bizantium Romawi di kawasan utara dari Jazirah Arab itulah maka Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin melakukan Perang Tabuk.
Dengan adanya Perang Tabuk tersebut, maka diharapkan kaum muslimin dapat lebih leluasa melakukan aktivitas dakwah dan ekonomi di kawasan tersebut.
Jalannya peristiwa
Musyawarah untuk membahas masalah logistik dan kendaraan perang dilakukan sebelum keberangkatan di Masjid Nabawi.
Untuk keperluan logistik tersebut dan menyadari akan pentingnya perang ini, maka para sahabat nabi saling berlomba-lomba untuk menyumbangkan harta mereka kepada Nabi Muhammad SAW.
Demi kesuksesan Perang Tabuk, bahkan Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Usman mendonasikan lebih dari separuh hartanya.
Diberangkatkan pada akhir Oktober 630 Masehi, 30.000 pasukan muslim dipimping langsung oleh Nabi Muhammad SAW.
Kepada pasukannya, Nabi Muhammad SAW menekankan untuk selalu waspada terhadap cuaca ekstrem panas yang akan dirasakan di wilayah utara Jazirah Arab.
Sementara itu, Madinah untuk sementara dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib atas amanah Nabi Muhammad SAW.
Keberhasilan kaum muslimin datang ke Tabuk dengan cuaca panas yang ekstrem membuat Kaisar Heraclius, pemimpin tertinggi Bizantium Romawi Timur, terkejut.
Mereka akhirnya mengurungkan niat untuk bertempur melawan pasukan muslimin di Tabuk karena menyadari kekuatan pasukan yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW tersebut.
Nabi Muhammad SAW kemudian memerintahkan Khalid bin Walid dan beberapa pasukannya untuk memantau pergerakan dari pasukan Bizantium Romawi di fron depan, demikian tertulis dalam buku Sirah Nabawiyah (2001) karya Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury.
Hingga 20 hari, pasukan kaum muslimin tak melihat tanda-tanda kedatangan pasukan Bizantium Romawi di daerah Tabuk, tempat mereka menunggu.
Dan selama menunggu dan tinggal di daerah Tabuk itu Nabi Muhammad SAW meluangkan waktu untuk menjalin kerja sama dengan kaum Yahudi, Nasrani, dan Badui.
Penduduk Tabuk kemudian sepakat untuk menjalin kerja sama dengan kaum muslim dan bersedia membayar jizyah (pajak keamanan).
Pembayaran jizyah ini sebagai bentuk terima kasih dari penduduk Tabuk kepada kaum muslimim atas keamanan di wilayah Tabuk.
Ekspedisi besar-besaran yang dilakukan Nabi Muhammad SAW itu dengan sendirinya memberikan penghargaan kepada pasukan muslim yang telah mendapatkan reputasi militer di tanah-tanah terpencil di Jazirah Arab.
Konsekuensi strategis jangka panjang dari perang Tabuk tersebut adalah bawa banyak suku Arab kemudian meninggalkan Bizantium Romawi dan bergabung dengan Muhammad SAW, untuk memperbesar negara Muslim. (Gama Prabowo)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari