Advertorial

'Saya Paham Kemarahan Umat Muslim Dunia', Ujar Presiden Macron, yang Membela Diri Jika Ia Justru Melindungi Umat Muslim dari Radikalisme, Benarkah Demikian?

May N

Editor

Intisari-online.com -Dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera, Presiden Perancis, Emmanuel Macron, paparkan bahwa ia paham kemarahan umat Muslim di dunia.

Ia paham betapa terkejutnya umat Muslim dengan karikatur Nabi Muhammad.

Namun ia tambahkan jika yang ia lakukan adalah memerangi 'Islam radikal'.

Menurutnya, Islam radikal adalah ancaman untuk semua umat manusia, terutama umat Muslim sendiri.

Baca Juga: Menilik Empat Tahun Kepemimpinan dan Kebijakan Luar Negeri Penuh Kontroversial Donald Trump: Buat Peran AS Sebagai Negara Adidaya Runtuh, Tapi Bagaimana Respon Dunia?

Atas karikatur Nabi Muhammad tersebut, umat Muslim di seluruh dunia berang dengan pemerintahan Perancis.

"Aku paham sentimen yang diutarakan dan aku menghormatinya.

"Namun Anda semua harus memahami peranku saat ini, yaitu untuk lakukan dua hal: sediakan ketenangan dan lindungi hak kebebasan," ujar Macron.

"Aku akan selalu membela kebebasan untuk berbicara, untuk menulis, untuk berpikir dan untuk menggambar di negaraku," tambahnya.

Baca Juga: Sekulerisme Di Atas Segalanya Bahkan Ungguli Agama Itu Sendiri, Terkuak Mengapa Majalah Seperti Charlie Hebdo Tetap Makmur di Negeri Anggur, UU Ini Jadi Buah Simalakama untuk Banyak Pihak

Macron juga menggambarkan apa yang ia gambarkan sebagai distorsi dari pemimpin politik.

Ia mengatakan banyak orang yang dibuat percaya jika karikatur berbahaya tersebut merupakan buatan dari pemerintah Perancis.

"Kurasa reaksi yang saat ini terjadi datang karena hasil distorsi dan kebohongan dari ucapanku karena orang-orang hanya tahu aku mendukung dibuatnya kartun ini," ujar Macron dalam wawancaranya.

"Karikatur tersebut bukan proyek pemerintah, tapi muncul dari surat kabar independen yang tidak ada hubungannya dengan pemerintah," tambahnya.

Baca Juga: Umat Muslim Indonesia Ikut Boikot Produk Perancis, MUI Bahkan Sudah Serukan Penarikan Dubes RI di Paris

Yang dimaksud Macron adalah cetakan ulang terbaru karikatur dari majalah satir Charlie Hebdo.

Pencetakan ulang sampul tersebut dilakukan untuk menandai pembukaan sidang serangan terhadap staff majalah tersebut di tahun 2015.

Saat itu, publikasi berbahaya dari majalah tersebut disebut sebagai penyebab utama serangan itu.

Presiden Macron telah membela "hak untuk menghujat" di bawah hak kebebasan berpendapat pada September lalu.

Baca Juga: Mengenal Media Pengolok-olok Ekstrimisme Islam Charlie Hebdo, Belasan Anggota Karyawannya Pernah Tewas Karena Sering Diserang Atas Karya Kontroversialnya

Kejadian tersebut hanya beberapa minggu saja sebelum ia mendapat serangan makan tuan dari aktivis Muslim pada 2 Oktober.

Waktu itu, ia mengklaim dalam sebuah pidato jika Islam sedang berada dalam kondisi "krisis secara global" dan umumkan rencananya untuk "mereformasi Islam" agar cocok dengan nilai republik Perancis.

'Muslim adalah korban pertama'

Saat Muslim di Perancis telah mengakui kejadian pembunuhan guru sejarah yang tunjukkan karikatur Nabi Muhammad, mereka juga takut atas hukuman di tengah upaya pemerintah menarget organisasi Islam dan serangan oleh grup barbar di masjid-masjid mereka.

Baca Juga: Namanya Mendadak Jadi Sorotan, Usai Dianggap Menghina Islam Dan Nabi Muhammad SAW, Ternyata Ini 5 Kontroversi Presiden Perancis Macron, Termasuk Nikahi Nenek 67 tahun

Sementara itu komentar Macron menyebabkan amarah umat Muslim di seluruh dunia, memimpin puluhan ribu orang dari Pakistan ke Bangladesh sampai teritori Palestina untuk bergabung dalam protes anti-Perancis.

Saat debat atas Islam dan kebebasan berekspresi semakin mendalam berminggu-minggu ini, banyak pejabat dan demonstran di negara dengan mayoritas umat Muslim menyuarakan boikot produk Perancis.

Penggambaran Nabi Muhammad, Rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT termasuk terlarang di Islam.

Karikatur tersebut dilihat oleh umat Muslim sebagai sebuah olok-olok dan bentuk Islamofobia karena menunjukkan kaitan Islam dengan terorisme.

Baca Juga: Membela Seutuhnya Penerbitan Kartun Penggambar Nabi Muhammad Atas Kebebasan Berbicara, Presiden Emmanuel Macron Justru Dapat Kecaman Dari Seluruh Dunia

"Hari ini di dunia ada orang yang mengaburkan Islam dan dan menggunakan Islam sebagai alasan untuk membunuh, membantai banyak orang… sekarang ada praktik kekerasan oleh pergerakan ekstrimis dan individu atas nama Islam," ujar Macron.

"Tentu saja ini adalah masalah bagi Islam karena Muslim menjadi korban pertama," tambahnya.

"Lebih dari 80% korban terorisme adalah Muslim, dan ini masalah bagi kita semua."

Marwan Bishara, analis politik senior Al Jazeera mengatakan komentar Macron tampak sebagai usaha memperjelas sesuatu di mana ia berdiri pada isu yang penting bagi Perancis dan dunia Muslim.

Baca Juga: Bela Mati-matian Penistaan Agama, PrancisTerjebak 'Lingkaran Setan' Sehingga Jadi Incaran Aksi Terorisme Esktrem, Senjata Makan Tuan?

"Kurasa kerusakan telah terjadi, tapi sudah tidak perlu dibahas lebih jauh karena pada akhirnya, tidak akan ada pemenang.

"Eropa berdiri bahu-membahu melawan sejumlah negara atas isu budaya dan agama dan interpretasi isu-isu tersebut," jelas Bishara.

"Tidak ada pemenang dari ini, dan jika ada yang kalah, itulah warga Muslim di Eropa.

"Sehingga sudah menjadi kepentingan semua orang jika Presiden Perancis tulus mengenai apa yang ia bicarakan dan mengenai hal-hal yang pernah ia bicarakan, bahwa ia sekarang paham betul jika itu kontroversial, dan ia tidak bermaksud mengkritik Islam sebagai agama, itu seharusnya sudah memulai perbaikan atmosfer antara Perancis, Eropa dan Muslim."

Baca Juga: Berselisih dengan China Soal Penyiksaan Suku Muslim Uighur, Kapal Perang Kanada Berlayar ke Selat Taiwan, Niat Lawan Militer China?

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait