Melansir Transparency International Kamboja, Direktur Eksekutif TI Kamboja, Pech Pisey, mengatakan, skor CPI yang terus menerus rendah menunjukkan kelemahan politik dan kelembagaan yang mengakar di suatu negara.
Ia juga memperingatkan bahwa korupsi merupakan ancaman yang lebih serius bagi suatu negara di tengah pandemi Covid-19.
"Pada masa COVID-19, korupsi menjadi ancaman ganda bagi banyak negara berpenghasilan rendah," kata Pech Pise.
Berbicara tentang skor CPI Kamboja yang rendah, ia mengatakan bahwa jauh lebih banyak yang harus dilakukan negaranya.
"Meskipun Kamboja telah mencapai hasil yang nyata dalam tanggapan Covid-19 serta dalam administrasi publik dan program reformasi keuangan publiknya, skor CPI menunjukkan bahwa jauh lebih banyak yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang paling mendesak ini,” ungkapnya.
Dilaporkan bahwa demi mengurangi korupsi, TI Kamboja kembali menyerukan kepada pemerintah untuk meningkatkan agenda reformasinya, yang berisi 8 poin.
Salah satu poin dalam agenda tersebut yaitu dengan memperbaiki lingkungan bisnis dan mempromosikan persaingan bisnis yang sehat dengan mengurangi beban birokrasi, mempromosikan kesetaraan kepatuhan dan menghapus semua bentuk korupsi yang merupakan hambatan utama dalam menjalankan bisnis di Kamboja.
Negara paling korup di Asia Tenggara tersebut mencatatkan peningkatan skor dari tahun sebelumnya, yaitu 20 menjadi 21 untuk tahun ini. Sementara itu, penurunan skor CPI terjadi di empat negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.