Intisari-Online.com - Sudan Selatan dan Somalia merupakan negara paling korup di dunia menurut Transparency International tahun 2020.
Keduanya selama bertahun-tahun menjadi negara paling korup dengan skor transparansi paling rendah, baik di wilayah Afrika Sub-Sahara maupun dunia.
Di bagian paling bawah indeks untuk tahun ketujuh berturut-turut, Somalia mencetak 10 poin, diikuti oleh Sudan Selatan (13) melengkapi skor terendah di wilayah tersebut (Afrika Sub-Sahara), kata Transparency Internasional.
Wilayah Afrika Sub-Sahara sendiri merupakan wilayah dengan rata-rata Indeks Transparansi Korupsi paling rendah di dunia.
Skor rata-rata Afrika Sub-Sahara hanya 32, diikuti oleh Eropa Timur dan Asia Tengah, dengan skor rata-rata 35.
Tahun ini, skor rata-rata Indeks Persepsi Korupsi dari 180 negara di dunia adalah 43.
Sementara, Indeks Persepsi Korupsi (CPI) tahun ini menyajikan gambaran yang sangat suram untuk Afrika, hanya delapan dari 49 negara yang mencetak lebih dari 43 dari 100 pada indeks.
Dengan skor paling tinggi di wilayah tersebut adalah Seychelles yang mendapat skor 66 dari 100, diikuti oleh Botswana dan Cabo Verde, dengan skor masing-masing 61 dan 57.
Menurut Transparency International, Afrika Sub-Sahara tetap menjadi wilayah dengan kontras politik dan sosial-ekonomi yang mencolok dan banyak tantangan yang sudah berlangsung lama.
Sementara sejumlah besar negara telah mengadopsi prinsip-prinsip pemerintahan yang demokratis, beberapa masih diatur oleh para pemimpin otoriter dan semi-otoriter.
Rezim otokratis, perselisihan sipil, institusi lemah dan sistem politik yang tidak responsif terus merusak upaya anti korupsi.
Negara-negara seperti Seychelles dan Botswana, yang memiliki skor CPI lebih tinggi dibandingkan negara lain di kawasan ini, memiliki beberapa atribut yang sama.
Keduanya memiliki sistem demokrasi dan tata kelola yang berfungsi dengan baik, yang membantu berkontribusi pada skor mereka.
Namun, negara-negara ini adalah pengecualian daripada norma di wilayah di mana sebagian besar prinsip demokrasi berisiko dan korupsi tinggi.
Terlepas dari kinerja keseluruhan Afrika Sub-Sahara yang buruk, ada beberapa negara yang menolak korupsi, dan dengan kemajuan yang luar biasa.
Dua negara, yaitu Pantai Gading dan Senegal, untuk tahun kedua berturut-turut, berada di antara peningkatan signifikan pada CPI.
Dalam enam tahun terakhir, Pantai Gading bergerak dari 27 poin pada 2013 menjadi 35 poin pada 2018, sementara Senegal berpindah dari 36 poin pada 2012 menjadi 45 poin pada 2018.
Hal tersebut dapat dikaitkan dengan konsekuensi positif dari hukum, kebijakan dan reformasi kelembagaan yang dilakukan di kedua negara serta kemauan politik dalam pemberantasan korupsi yang ditunjukkan oleh pemimpinnya masing-masing.
Dengan skor 37, Gambia meningkat tujuh poin sejak tahun lalu, sementara Seychelles meningkatkan enam poin, dengan skor 66. Eritrea juga memperoleh empat poin, mencetak 24 pada 2018.
Di Gambia dan Eritrea, komitmen politik dipadukan dengan hukum, institusi dan bantuan implementasi untuk mengendalikan korupsi.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini