Find Us On Social Media :

Pantas Saja Fasilitas Nuklir Iran Terus-Terusan Jadi Sasaran Teror Israel, Rupanya Negeri Yahudi Itu Masih Tak Terima Hal Ini Sampai Iran Terus Dijadikan Sasaran Empuk Oleh Israel

By Afif Khoirul M, Senin, 12 April 2021 | 14:43 WIB

Dalam foto yang dirilis oleh Sepahnews ini, rudal ditampilkan di fasilitas penyimpanan bawah tanah di lokasi yang dirahasiakan di Iran.

Intisari-online.com - Pembunuhan atas ilmuwan nuklir Iran tahun lalu tentu masih segar dalam ingatan kita.

Kemudian, beberapa hari lalu kapal kargo milik Iran juga mendapat seragan teror dari bom yang diledakkan di bawah kapal itu.

Dan baru-baru ini, lagi-lagi Iran menjadi sasaran empuk serangan teror di mana fasilitas nuklir utama mereka  telah diserangn.

Menurut 24h.com.vn, pada Seni (12/4/21), Kepala Badan Nuklir Iran Ali Akbar Salehi, pada 11 April mengatakan insiden itu terjadi di Natanz.

Baca Juga: Gemparkan Indonesia Kala Temui Prabowo Jelang Pilpres 2019, Inilah Wesley Clark, Jenderal NATO yang Mulutnya Bak Tempayan Bocor, Ungkap Rencana AS Kudeta 7 Negara dan Dalang Lahirnya ISIS

Tindakan ini dianggap sebagai terorisme nuklir, dan memperingatkan bahwa Teheran memiliki hak untuk menanggapinya.

Selain itu menurut sebuah laporan, dari serentetan teror yang terjadi di Iran tersebut, disinyalir biang keladinya adalah Israel.

Radio Israel, Kan, mengutip sumber intelijen tak dikenal, mengatakan bahwa agen mata-mata Israel Mossad adalah dalangnya.

Mossad melakukan serangan siber ke fasilitas nuklir Natanz, dengan kerusakan yang jauh lebih besar dari yang dilaporkan oleh Iran.

Baca Juga: Bukan Kecelakaan tapi Tindakan Teroris, Mossad Dilaporkan Berada di Balik Serangan Situs Nuklir Utama Iran

Sebelumnya, juru bicara Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) mengatakan bahwa jaringan distribusi Natanz bermasalah.

Juru bicara Behrouz Kamalvandi mengatakan insiden itu tidak menyebabkan kerusakan radioaktif atau polusi.

Media Iran kemudian melaporkan bahwa Kamalvandi menderita luka di kepala dan kaki ketika dia tiba di daerah Natanz, tetapi tidak menjelaskan penyebab kecelakaan tersebut.

Fasilitas nuklir tersebut terletak di gurun di provinsi Isfahan, Iran tengah.

Fasilitas nuklir itu memiliki peran kunci dalam program pengayaan uranium Iran dan diawasi oleh inspektur Badan Energi Atom Internasional, pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Menurut Reuters, Ali Akbar Salehi, kepala badan nuklir Iran, pernah mengatakan untuk membalas perbuatan itu.

Baca Juga: 'Panas' di Lautan, Israel dan Iran Saling Tuduh Serang Kapal, Inilah Perbandingan Kekuatan Militer Israel dan Iran yang Terus Meningkatkan Ketegangannya

"Sementara mengutuk tindakan ini, Iran menekankan perlunya masyarakat internasional dan Badan Tenaga Atom," katanya.

"Dalam menangani teroris nuklir ini dan memiliki hak untuk bertindak melawan pelaku," imbuhnya.

Israel, tak terima dan menuduh Iran berusaha membangun senjata nuklir untuk melawannya, tetapi Iran belum memberikan komentar resmi.

Tetapi pada sebuah upacara pada 11 April dengan para pemimpin militer dan intelijen menjelang peringatan 73 tahun Israel minggu depan.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan perang melawan nuklirisasi Iran adalah tugas besar.

Insiden di Natanz terjadi sehari setelah Iran mulai menjalankan mesin sentrifugal canggih di Natanz.

Baca Juga: Mampu Luluh Lantahkan Iran Dalam Sekejap Mata, Inilah Oron, Senjata Andalan Militer Israel yang Dilengkapi Sistem Radar Canggih hingga Kecerdasan Buatan

Namun, pihak Teheran berpendapat bahwa program nuklirnya murni untuk tujuan damai.

Di Washington, Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri belum mengomentari serangan itu.

Insiden fasilitas Natanz terjadi ketika Teheran dan Washington berusaha menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.

Setelah mantan Presiden Donald Trump menarik AS keluar dari kesepakatan tiga tahun lalu dan memberlakukan kembali sanksi.

Menanggapi sanksi AS, Iran secara bertahap telah melanggar banyak batasan dalam perjanjian tersebut.

Dalam pembicaraan tidak langsung yang berlangsung di Wina pekan lalu, Iran dan AS sama-sama mengambil sikap tegas tentang bagaimana membuat keduanya kembali sepenuhnya mematuhi perjanjian.