Penulis
Intisari-Online.com - Perkenalkan, namanya adalahWesley Clark.
Wesley Clark merupakan seorang purnawirawan jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat (AS).
Selama 34 tahun dalam Angkatan Darat AS, dia telah meraih banyak penghargaan militer, kesatria kehormatan, dan Presential Medal of Freedom.
Salah satu jabatan tertingginya adalah sebagai komandan Operasi Allied Fored dalam Perang Kosovo.
Dia juga memegang sebagai Komandan Sekutu Tertinggi Eropa NATO dari 1997 sampai 2000.
Dengan jabatannya yang begitu tinggi, Clark sempat membuat heboh publik Indonesia karena bertemu dengan Prabowo Subianto pada tahun 2019 silam.
Saat itu, Prabowo masih merupakan calon Presiden Indonesia nomor urut 02.
Pertemuan itu terjadi di kediaman Prabowo di Hambalang, Jawa Barat.
Clark hadir memberikan ceramah di bidang pertahanan dan tren global.
Seperti apa rekam jejakWesley Clark?
Dilansir darisalon.com pada Senin (12/4/2021), pria yang kini berusia 74 tahun tersebut membuat sebuah memoar atauautobiografi baru.
Dalamautobiografinya, Clark menjelaskan tentang strategi rahasia pemerintah AS di bawah kepemimpinan Presiden George W Bush.
Khususnya kejadian ditujuh begaradi Timur Tengah.
Dalam "A Time to Lead: For Duty, Honor and Country", yang diterbitkan oleh Palgrave Macmillan bulan lalu, mantan jenderal bintang empat itu mengenang dua kunjungan ke Pentagon pasca serangan teroris September 2001.
Pada kunjungan pertama, kurang dari dua berminggu-minggu setelah 11 September, seorang "jenderal senior" mengatakan kepadanya, "Kami akan menyerang Irak. Keputusan pada dasarnya telah dibuat."
Enam minggu kemudian, Clark kembali ke Washington untuk menemui jenderal yang sama dan menanyakan apakah rencana untuk menyerang Irak masih dalam pertimbangan.
Tanggapan sang jenderal sangat mencengangkan.
"'Oh, ini lebih buruk dari itu,"katanya sambil memegang memo di mejanya.
"Ini kertas dari Kantor Menteri Pertahanan [saat itu Menham AS adalah Donald Rumsfeld] yang menguraikan strateginya."
"Kita akan mengambil tujuh negara dalam lima tahun."
"Dimulai dengan Irak dan Suriah dan diakhiri dengan Iran."
Sementara Clark tidak menyebutkan empat negara lainnya.
Hanya saja dalam wawancara televisi, dia menyebut daftar sasaran termasuk Lebanon, Libya, Somalia, dan Sudan.
Tapi Clark mengatakan bahwa dia tidak membaca memo dari kantor Rumsfeld.
Diketahui saat itu, AS menyerbu Iran atas perintah Presiden Bush.
Di mana mereka melakukannya karena Irak dinilai memiliki senjata nuklir yang mematikan.
Karena kejadian ini pula Saddam Hussein digulingkan danmenempatkan Syiah dalam kendali Irak.
Terakhir, dalam wawancara dengan CNN pada Februari 2015, Clark mengatakan bahwa ISIS diciptakan lewat pendanaan dari rekan-rekan dan sekutu AS.
"Lazimnya di Timur Tengah, kalau Anda ingin cari orang untuk bertempur sampai mati melawan Hizbullah, maka jangan pasang poster lowongan dan bilang ayo mendaftar untuk bergabung dengan kami."