Hanya Australia yang mendukung Inggris, sementara Pakistan mengancam akan meninggalkan Persemakmuran.
Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev menyerang 'imperialisme Inggris', mengancam akan menyerang London dengan roket, serta mengirim pasukan ke Mesir.
Di Inggris terjadi perpecahan opini.
Pemerintah Konservatif menghadapi permusuhan dari oposisi Buruh dan bahkan mengalami perpecahan di partainya sendiri.
Intervensi di Suez awalnya populer di kalangan publik Inggris, tetapi setelah konflik, pemerintah dengan cepat kehilangan dukungan dari banyak negara.
Protes antiperang di seluruh negeri bermunculan dan beberapa pegawai negeri mengundurkan diri sebagai bentuk protes.
Hal yang ingin dicegah Inggris melalui aksi November 1956 ternyata berhasil.
Mesir mempertahankan kendali atas Terusan Suez dengan dukungan dari PBB dan Amerika Serikat.