Find Us On Social Media :

Kisah Pilot Lawley; Terbang Hanya Gunakan Tangan Kirinya dengan Wajah Terluka dan Kesakitan Hingga Pingsan Karena Serangan 20 Pesawat Musuh

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 24 Maret 2021 | 09:20 WIB

Kisah pilot Lawley yang terbang hanya gunakan tangan kiri.

Intisari-Online.com – Selama perang, bisa dikatakan banyak prajurit yang berperang mengalami hari-hari yang sangat buruk dan ingin mereka lupakan.

Bagi sebagian orang, perang sama saja dengan kehilangan saudara seperjuangan.

Bagi yang lain lagi, berpikir bahwa itu bisa menjadi hari di mana mereka sendiri yang akan mengalami cedera yang mengubah hidup bahkan mungkin kematian.

Ini adalah kisah Letnan Satu William Lawley, Jr., yang mengalami ‘pertemuan’ kurang menyenangkan dengan 20 tentara Jerman yang akan dia ingat selamanya.

Baca Juga: Pesawat Latih pada Perang Dunia II dengan Tanda Jerman Jatuh dan Mendarat di Jalan Tol Amerika, Untunglah Pilotnya Berhasil Lolos dari Ledakan

Dia ditembak dari formasi penerbangannya oleh 20 pilot musuh Luftwaffe.

Lawley berhasil mendaratkan B-17 Flying Fortress-nya yang lumpuh dengan 8 anggota kru yang terluka parah dan sebuah mesin terbakar.

Apa yang telah terjadi?

Kisahnya akan menjadi salah satu kisah keberaniaan yang luar biasa selama Perang Dunia II.

Baca Juga: ‘Jangan Buang Air Besar di Ketinggian 70.000 Kaki!’ CIA Sampai Harus Tulis Aturan untuk Pilot Pesawat Mata-mata apa yang Boleh Dimakan agar Tidak Kentut dan BAB Saat Jalankan Misi

Karena tindakan heroiknya itu membuat Lawley mendapatkan kehormatan militer AS tertinggi, Medal of Honor, pada Agustus 1944, serta tempat khusus dalam sejarah militer.

Lawley adalah penduduk asli Leeds, Alabama, dan lulus SMA di kota asalnya pada tahun 1938.

Ia mendaftar di Angkatan Udara pada Agustus 1942 dan memasuki pelatihan penerbangan akhir tahun itu.

Dia menyelesaikan penerbangannya di Altus Air Field, Oklahoma, tempatnya belajar menerbangkan bermesin dua yang canggih sebagai persiapan penugasan selanjutnya ke pesawat pembom.

Dia dianugerahi lencana dan komisinya sebagai perwira pada April 1943 serta dikirim ke luar negeri  sebagai pilot pembom pada tahun berikutnya.

Ketika itu, militer Amerika Serikat semakin bertumbuh dengan semakin meluasnya serangan ke Nazi Jerman.

Pada akhir Februari 1944, AS memulai serangkaian serangan yang dirancang untuk menarik keluar Luftwaffe Jerman.

Ini memungkinkan AS untuk mencapai superioritas udara dan mulai menyerang industri pesawat terbang Jerman.

Lebih dari 1.700 pesawat dikirim selama "Minggu Besar", termasuk lebih dari 1.000 pembom, yang terdiri dari B-24 Liberators dan B-17 Flying Fortresses.

Baca Juga: Kisah Pilot ‘Wanita Burung’ Prancis Penerima Lisensi Terbang Wanita Pertama Di Dunia, Namun Ditolak Saat Ingin Bergabung dalam Perang Dunia I Karena Dianggap Berbahaya

Lawley ditugaskan ke Skuadron Bom ke-364, Grup Bom ke-305 sebagai pilot B-17, dan dijadwalkan untuk misi pemboman ke-10 selama "Minggu Besar".

Namun, sebelum melakukan pengeboman, pesawatnya diserang oleh sekitar 20 pesawat musuh dan membuatnya keluar dari formasi.

Dengan pesawatnya yang rusak parah, sebuah mesin terbakar, 8 awaknya terluka parah atau tewas, dan kopilotnya  tewas oleh tembakan 20mm, dia memberi perintah untuk mengevakuasi Flying Fortress melalui bel sinyal.

Tetapi Lawley diberi tahu bahwa beberapa anggota krunya terluka parah dan tidak dapat melakukan lompatan parasut ke tempat aman.

Akhirnya, dia membuat keputusan komando untuk mencoba mendaratkan pesawat ke wilayah sahabat untuk menyelamatkan dirinya dan krunya.

Dengan luka serius dan menyakitkan di wajahnya serta tidak dapat menggunakan lengan kanannya, Lawley mengemudikan pesawat ke tempat yang aman hanya dengan tangan kirinya.

Insinyur penerbangannya telah meloncat keluar sebelumnya, tetapi Lawley mendapat bantuan dari pengebomnya, Harry Mason.

Lawley tetap di posnya memastikan perawatan krunya, "menolak pertolongan pertama sampai dia pingsan karena kelelahan yang disebabkan oleh kehilangan darah, syok, dan energi yang dia keluarkan untuk mengendalikan pesawatnya," menurut kutipan Medali Kehormatan.

Setelah siuman kembali karena usaha Mason, Lawley mampu melepaskan bom, meringankan beban dan menghemat bahan bakar saat B-17 melakukan perjalanan ke pantai menuju Inggris.

Baca Juga: Kisah Pilot Tempur Jepang yang Setelah Pearl Harbor Mendarat di Pulau Hawaii dan Meneror Penduduk, Diwarnai Pengkhianatan dan Harakiri, Begini Akhir Kisahnya!

Dia berhasil melakukan pendaratan darurat di sebuah pangkalan pesawat tempur kecil di selatan London saat mesin lain terbakar dan pesawat kehabisan bahan bakar.

“Dia sedang mencari padang rumput terbuka,” kata Ralph Braswell, salah satu dari dua penembak pinggang pesawat.

“Tiba-tiba, ada medan tempur Kanada. Dia menunjukkan sinyal darurat dan kami langsung masuk."

Semua awak yang terluka selamat dari pendaratan darurat di Redhill.

Letnan Satu Lawley dianugerahi Medal of Honor pada 8 Agustus 1944.

Dia menerbangkan hingga 14 misi tempur hingga Juni 1944, dan kembali ke AS pada akhir tahun itu.

Jaket penerbangan Perang Dunia II dan label anjingnya dipajang di pameran Hall of Valor di Museum Nasional Angkatan Udara Kedelapan yang Perkasa.

Lawley kemudian bertugas di berbagai posisi di seluruh Angkatan Udara AS yang baru dibentuk setelah perang, termasuk penugasan khusus sebagai Asisten Atase Udara dan Aide de Camp untuk Jenderal Fairchild.

Baca Juga: ‘Seorang Gadis? Konyol!’ Kisah Wanita Muda Belgia yang Tak Kenal Takut Ini Selamatkan Pilot Sekutu dari Belakang Garis Musuh Saat Perang Dunia II

Ia dipromosikan menjadi Kolonel pada Maret 1959 dan menjabat sebagai Wakil Komandan dan Wakil Komandan Pangkalan.

Ia kemudian pensiun dari Angkatan Udara pada tahun 1972 sebagai Direktur Kurikuler di Air War College di Maxwell Air Force Base, Alabama.

Dia tetap berhubungan dengan kru B-17 dari "Cabin in the Sky," dan Braswell ingat kunjungannya sebelum Lawley meninggal.

“Dia menderita radang sendi,” Braswell mengenang, “tetapi setelah saya menjabat tangannya, saya berkata, ‘Mereka luar biasa. Mereka menyelamatkan hidup saya."'

Baca Juga: ‘Bajingan Beruntung’ Pilot B-24 yang Ternyata Mata-Mata ini Selamatkan 1.000 Tawanan Perang AS dari Akhir yang Suram di Tangan Soviet

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari