Penulis
Intisari-online.com -China kembali mengirimkan kapal-kapalnya untuk mulai menerapkan hukum baru negeri tirai bambu itu.
Dilansir dari South China Morning Post, tiga kapal angkatan laut China termasuk kapal penghancur peluru kendali telah terlihat di Selat Tsushima, utara pulau Kyushu, Jepang.
Ketiga kapal itu berlayar menuju Laut Jepang, seperti diungkapkan Kementerian Pertahanan Jumat kemarin.
Kapal kelas Renhai adalah salah satu di antara kapal penghancur milik angkatan laut terbesar China.
Pasukan Bela Diri Maritim Jepang mengkonfirmasi kapal itu berada di perairan Jepang pertama kalinya, seperti dikabarkan oleh Staf Gabungan kementerian.
Namun kementerian menambahkan ketiga kapal tidak memasuki perairan teritorial Jepang atau melaksanakan aksi apapun untuk mengancam kapal-kapal Pasukan Bela Diri Maritim Jepang.
Perkembangan ini terjadi setelah Jepang dan AS mengutarakan kekhawatiran mengenai hukum kontroversial China.
Hal tersebut disampaikan ketika pertemuan menteri keamanan dua negara Selasa lalu di Tokyo.
Hukum China juga baru-baru ini telah membuat coastguard China melaksanakan aksinya.
Baru-baru ini, kapal coastguard China menembaki kapal-kapal yang berlayar di sekitar pulau Senkaku di Laut China Timur.
Pulau yang dikendalikan Jepang itu juga diklaim oleh China, dan berdasarkan nama China nama pulau itu adalah Pulau Diaoyu.
Kementerian Pertahanan Jepang sedang menganalisis niat China mengirim kapal angkatan laut di sekitar mereka saat ini.
Menurut Staf Gabungan, dua kapal Pasukan Bela Diri Maritim Jepang dan pesawat pengintaian P3-C mendapati tiga kapal angkatan laut China di laut sekitar 250 km barat daya kota Tsushima pada pukul 11 pagi, Kamis kemarin.
Ketiga kapal itu berlayar melalui Selat Tsushima dan memasuki Laut Jepang.
China mengirimkan kapal peluru kendali kelas Renhai pada Januari 2020.
Kapal itu dilengkapi dengan rudal berpelontar vertikal.
Diyakini kapal itu mampu menembakkan rudal jarak jauh dan juga rudal supersonik anti kapal.
Tempat peperangan
Selat Tsushima telah menjadi saksi bisu peperangan besar antara Jepang dan Rusia pada tahun 1905, 116 tahun yang lalu.
Melansir Wikipedia, Perang Tsushima adalah perang angkatan laut antara Rusia dan Jepang selama Perang Russo-Japanese.
Itu merupakan pertempuran laut pertama dan terakhir penentu dalam sejarah angkatan laut yang dilakukan dengan armada kapal perang baja modern.
Peperangan itu juga menjadi konflik bersenjata angkatan laut pertama yang menggunakan radio.
Perang Tsushima terjadi pada 27-28 Mei 1905, tepat di Selat Tsushima antara Korea dan Jepang selatan.
Pasukan Jepang di bawah pimpinan Laksamana Togo Heihachiro menghancurkan pasukan Rusia di bawah pimpinan Laksamana Zinovy Rozhestvensky yang telah berlayar sejauh 33 ribu kilometer untuk mencapai Timur Jauh.
Peperangan ini dilatarbelakangi serangan Angkatan Laut Imperial Jepang ke Pasukan Timur Jauh Rusia di Pelabuhan Arthur pada 8 Februari 1904, dan hasilnya dua kapal perang dan satu kapal penjelajah rusak akibat serangan tersebut.
Tujuan utama Jepang adalah mengamankan jalur komunikasi dan suplai ke pulau Asia, mengakibatkan mereka memulai perang darat di Manchuria.
Untuk mencapainya, Jepang perlu menetralkan kekuatan angkatan laut Rusia di Timur Jauh.
Awalnya pasukan angkatan laut Rusia tetap pasif dan tidak terlibat apapun dengan Jepang, yang mementaskan pendaratan tanpa lawan di Korea.
Namun pasukan Rusia dikuatkan dengan kedatangan Laksamana Stepan Makarov dan mampu mencapai kesuksesan melawan Jepang, tapi pada 13 April kapal perang milik Makarov, Petropavlovsk, terkena ranjau dan tenggelam.
Makarov meninggal, dan penerusnya gagal menantang Angkatan Laut Jepang, akhirnya pasukan Rusia kalah di Pelabuhan Arthur.
Mengingat Jepang sudah pernah mengalahkan Rusia di Selat Tsushima, China mungkin perlu meyakini dengan bijak kekuatan sebenarnya lawan mereka.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini