Selain itu, hidup di dalam terowongan membuat para tentara harus hidup dalam kondisi basah, bau busuk, banjir sampah, dan penyakit, menurut HZ History.
"Hidup dalam parit adalah 'neraka di bumi'. Kutu, mayat, dan terutama tikus ada di mana-mana," kata James Lovegrave, seorang veteran Inggris, dalam sebuah wawancara pada 1993.
Tikus-tikus periode ini benar-benar "terobsesi" dengan para tentara.
Menurut Foto Sejarah Langka, tikus hadir di parit Perang Dunia I. Mereka tertarik pada kotoran manusia dan mayat tentara, dikuburkan di parit.
Mayat hanya akan terlihat setelah hujan lebat atau pemboman.
Karena kelangkaan makanan dan jumlahnya yang terus bertambah, tikus-tikus itu memakan tubuh para prajurit yang mati.
Mereka juga dikenal sebagai tikus "pemakan zombi".
Kondisi parit juga "ideal" untuk tikus. Mereka tumbuh dengan ukuran yang sangat besar dan tidak takut pada manusia.
Tikus itu dengan terang-terangan merangkak melewati banyak tentara, mencari-cari makanan di parit. Tentara yang terluka juga diserang.
"Tikus-tikus itu sangat besar sehingga mereka bersedia menyerang seorang tentara yang terluka jika dia tidak bisa melawan," tulis seorang tentara.