Find Us On Social Media :

Picu Kebohongan Siswi yang Berujung Pemenggalan Samuel Paty, Inilah Inferiority Complex, Sifat 'Minder' yang Juga Dimiliki Reynhard Sinaga, Perhatikan Gejalanya

By Ade S, Kamis, 11 Maret 2021 | 14:25 WIB

Picu Kebohongan Siswi yang Berujung Pemenggalan Samuel Paty, Inilah Inferiority Complex, Sifat yang Juga Dimiliki Reynhard Sinaga, Perhatikan Gejalanya

Intisari-Online.com - Setelah membuat gurunya sendiri tewas dipenggal dan menggemparkan dunia, siswi Prancis ini akhirnya ungkap kebohongan yang telah dilakukannya.

Kebohongan yang sempat membuat warga Muslim di Prancis geram lalu memicu seorang pria memenggal kepala seorang guru.

Banyak yang kemudian menyudutkan sang remaja, namun, penyelidikan mengungkap bahwa remaja tersebut mengalami inferiority complex.

Sebuah kondisi yang sempat dikaitkan dengan sosok Reynhard Sinaga, pemerkosa terburuk dalam sejarah Inggris.

Baca Juga: Masih Ingat Reynhard Sinaga si Pemerkosa Berantai Terbesar di Inggris? Begini Kabarnya Sekarang, Dikurung dengan Penjahat Tersadis Lainnya

Ya, kasus pembunuhan Samuel Paty, seorang guru di Prancis, kini mengungkapkan sebuah fakta yang sangat mengejutkan.

Pada Minggu (7/3/2021), Le Parisien mengungkapkan bahwa siswi yang disebut Z itu mengaku salah menuduh Samuel Paty.

Surat kabar itu melaporkan, Z mengaku kepada hakim anti-teroris bahwa dia telah berbohong sebagaimana dilansir The Guardian.

Z juga mengaku bahwa dia bahkan tidak berada di kelas ketika Samuel Paty dituduh menunjukkan kartun Nabi kepada para muridnya dari media satire Charlie Hebdo.

Baca Juga: Korbannya Mencapai 200 Orang, Ini Fakta Terbaru 'Predator Reynhard Sinaga' Jaksa Ajukan Banding, Tuntut Penjara Seumur Hidup: Serangannya Mengerikan

Le Parisien menambahkan, Z berbohong karena dia ingin menyenangkan ayahnya, Brahim Chnina (48).

"Dia tidak berani untuk mengakui kepada ayahnya alasan sebenarnya bahwa dia dikeluarkan sesaat sebelum tragedi itu, yang sebenarnya terkait dengan perilakunya yang buruk," lapor Le Parisien.

Pada 6 Oktober 2020, Samuel Paty mengajak para murid berdiskusi dan mengajukan pertanyaan "menjadi atau tidak menjadi Charlie?".

Tema itu dia angkat mengacu pada tagar #JeSuisCharlie yang digunakan untuk menyatakan dukungan untuk Charlie Hebdo setelah serangan teroris di kantornya pada Januari 2015 yang menewaskan 12 orang.

Baca Juga: Kebengisan Reynhard Sinaga Dirasa Tak Cukup Diganjar Hukuman Seumur Hidup, Jaksa akan Tuntut Sang Predator dengan 'Balasan' yang Jauh Lebih Setimpal

Dua hari kemudian, gadis itu memberi tahu Chnina bahwa Samuel Paty telah meminta siswa Muslim untuk meninggalkan kelas sebelum menunjukkan karikatur tersebut.

Dia berkata bahwa dia telah menyatakan ketidaksetujuannya dengan guru dan dia telah menskorsnya dari kelas selama dua hari.

Setelah mendengar cerita itu, Chnina, kelahiran Maroko, berbagi video di Facebook, di mana dia mencela Samuel Paty dan meminta agar dia dipecat dari sekolah.

Dia mengunggah video kedua dan mengunggahnya di media sosial tersebut dengan menuduh Samuel Paty telah melakukan diskriminasi.

Baca Juga: Anaknya Divonis Seumur Hidup, Ternyata Ayah Reynhard Sinaga Juga Pernah Jadi Buronan di Indonesia, Ini Kasus yang Menjeratnya

Chnina mengadu ke sekolah dan polisi. Dia bahkan mengeklaim bahwa Samuel Paty bersalah karena telah “menyebarkan gambar porno" dan memicu tuduhan Islamofobia di sekolah.

Media sosial mulai gaduh. Abdullakh Anzorov, seorang migran dari Chechnya yang tinggal di Normandia, termakan amarah oleh video Chnina.

Pada 16 Oktober, Abdullakh Anzorov melakukan perjalanan ke Conflans-Sainte-Honorine. Di sana, dia menyogok dua murid untuk menunjukkan ciri-ciri Samuel Paty.

Ketika Samuel Paty melakukan perjalanan pulang, dia dibunuh dan dipenggal oleh Abdullakh Anzorov.

Baca Juga: Menguak Efek Berbahaya GHB, Ramuan Rahasia yang Digunakan ReynHard Untuk Memperdaya Korbannya

Akhirnya mengaku

Sementara itu, Z tetap berpegang pada kebohongannya. Hingga akhirnya, polisi memberi tahu Z bahwa beberapa teman sekelasnya telah mengonfirmasi bahwa Z tidak hadir di kelas.

Para siswa lain juga mengatakan, Samuel Paty tidak menginstruksikan siswa Muslim lain untuk meninggalkan kelas seperti yang dia klaim.

Saat itulah Z akhirnya mengakui kebohongannya. Para penyelidik dilaporkan mengatakan, Z menderita inferiority complex dan mengabdi pada ayahnya.

Baca Juga: Sudah Tahu Kasus Reynhard Sinaga Sejak Awal, Mengapa Media Inggris Memilih Bungkam Selama Dua Tahun? Benarkah karena Sosok Ayah dari Sang 'Predator'?

Pengacara Z, Mbeko Tabula, menegaskan bahwa tragedi itu tidak boleh jatuh di pundak seorang gadis berusia 13 tahun.

Tabula mengatakan kepada Le Parisien bahwa semua tragedi tersebut disebabkan oleh perilaku ayahanda Z yang berlebihan.

"Klien saya berbohong, tetapi meskipun itu benar, reaksi ayahnya masih tidak proporsional," imbuh Tabula.

Baca Juga: Tidak Banyak yang Tahu, Pria Ini Juga 'Predator' Pedofil Asal Indonesia yang Tinggal di Inggris, Pesan Pribadinya Mengerikan

Inferiority complex

Sifat inferiority complex yang dialami oleh Z juga sempat disematkan kepada Reynhard Sinaga, mahasiswa Indonesia yang menjelma menjadi pemerkosa terburuk dalam sejarah Inggris.

Ia dihukum seumur hidup atas kasus perkosaan terhadap 48 pria dengan 159 dakwaan.

Kepolisian Manchester Raya mengatakan jumlah korban dapat mencapai 190 orang, termasuk 48 orang yang kasusnya telah diadili.

Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel melihat modus pelaku diawali dari membangun hubungan pertemanan dengan korban. Merasa diterima, pelaku kemudian menjalankan aksi pemerkosaan.

Baca Juga: Tak Bisa Dikenai Pasal Perkosaan, Reynhard Sinaga akan Dapat Hukuman yang Jauh Lebih Ringan Jika Dirinya 'Beraksi' di Indonesia, Ini Penjelasannya

Aksi pemerkosaan menurutnya dilakukan karena pelaku mampu menguasai korbannya.

Reza melihat situasi tersebut sebagai manifestasi inferiority complex yang kemudian disalurkan pelaku lewat tindakan kejahatan untuk memperoleh sensasi superioritas.

Mengutip situs depressionalliance.org, inferiority complex dari segi definisi mirip dengan kepercayaan diri rendah (low self-esteem). Namun, dalam konteks konsep teori, inferiority complex seringkali diasosiasikan dengan perspektif psikologi Freud dan peran yang dimainkan oleh pikiran bawah sadar dan tidak sadar.

Sementara dalam konteks karakteristik, baik sadar atau tidak, seseorang dengan kepribadian ini mungkin merasakan patah hati, amarah dan perasaan kurang dibanding orang lain dan ini tidak terbatas pada hal material saja.

"Perkiraan saya tentang inferiority complex uang dikompensasi untuk mendapat superioritas, itu didukung pula rekaman-rekaman (video) yang dilakukan oleh pelaku," kata Reza kepada Kompas Lifestyle saat dihubungi, Selasa (7/1/2020).

 

 

 

Gejala Paling Umum

Gejala inferiority complex lebih dari sekadar serangan harga diri rendah atau kekhawatiran tentang kemampuan Anda; mereka gigih. Beberapa gejala umum termasuk:

* Merasa tidak aman, tidak lengkap, atau tidak berharga* Penarikan diri dari aktivitas sehari-hari dan situasi sosial* Membandingkan diri Anda dengan orang lain* Perasaan permusuhan, frustrasi, gugup, atau agresi* Insomnia* Ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas* Tanda-tanda depresi, kecemasan, atau gangguan kesehatan mental lainnya

Terkadang, orang dengan rasa rendah diri menunjukkan tanda-tanda terlalu percaya diri atau narsistik, tetapi sebenarnya tidak demikian.

Sebaliknya, ini adalah cara untuk menutupi perasaan tidak mampu yang berlebihan. Gejala-gejala ini mungkin termasuk:

* Menjadi sangat kompetitif* Menjadi perfeksionis atau sensitif terhadap kritik* Menemukan kesalahan orang lain* Mencari perhatian* Kesulitan mengakui kesalahan

Individu dengan inferiority complex biasanya pernah mengalami peristiwa selama masa kanak-kanak yang memicu gejala mereka. Satu episode terpisah biasanya tidak cukup untuk memicu gangguan jangka panjang.

Baca Juga: Mengubur Sendiri 10 Korbannya di Halaman Belakang Rumah, Inilah Sosok Jagal Romantis yang Lebih Bikin Merinding Dibanding Reynhard Sinaga