Find Us On Social Media :

Sambil Menato Wajah Sang Kekasih di Tubuhnya, Pacar Demonstran Myanmar yang Tewas Ucapkan Sumpah Menggetarkan Hati, 'Dia Memberikan Hidupnya untuk Revolusi Ini'

By Mentari DP, Senin, 8 Maret 2021 | 17:30 WIB

Demonstrasi melawan militer yang berkuasa di Myanmar.

Intisari-Online.com - Hein Yar Zar meringis saat seorang seniman tato menggoreskan jarum suntuk di tubuhnya.

Ya, dia sedang melakukan tato di tubuh.

Dari foto yang beredar, ternyata Hein Yar Zar menato wajah kekasihanya, cinta pertamanya.

Baca Juga: Makin Menggila Kuasai Laut China Selatan, Prancis Mendadak Siap Berperang dengan Amerika dan China, Inilah Rencana Emmanuel Macron, Bikin Satu Dunia Mulai Gelisah

Dilansir dari straitstimes.com pada Senin (8/3/2021), kekasih Hein Yar Zar adalah seorang pengunjuk rasa muda yang tewas dalam aksi perlawanan terhadap kudeta militer.

Mya Thwate Thwate Khaing, nama sang wanita, ditembak di kepala selama demonstrasi di ibu kota Naypyitaw, Myanmar.

Dia pun menjadi salah satu korban tewas pertama dalam kudeta pada 19 Februari setelah 10 hari berada di rumah sakit.

Memang saat ini telah terjadi demonstrasi besar-besaran di Myanmar. Bahkan bisa dibilang pertarungan berdarah.

Di mana pemimpin militer berusaha menggulingkan pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi dan membuat negara itu berada di bawah militer.

Bagi Hein Yar Zar yang masih berusia 21 tahun, kematian yang tiba-tiba dari kehidupan kekasihnya telah membuatnya bertekad untuk terus memprotes. Bahkan saat dia berduka.

Baca Juga: Takut Negaranya Jatuh Dalam Cengkeraman Korea Utara, Militer Korea Selatan Rela Jor-joran Gelontorkan Uang Sebanyak Ini Untuk Bayar Pasukan Amerika, 'Sampai 5 Kali Lipat!'

"Kami punya banyak rencana untuk tahun ini."

"Namun dia meninggal ketika ulang tahunnya sangat dekat," katanya kepada Agence France-Presse.

"Jadi aku menato potretnya karena aku merindukannya. Itu kenangan buat kami."

Dua hari setelah dia ditembak, Mya Thwate Thwate Khaing (20) tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit.

Beberapa hari kemudian, spanduk sepanjang 15 meter yang menggambarkan saat dia dipukul oleh militer digantung di jembatan di pusat komersial Yangon.

Bahkan beberapa pengunjuk rasa menggambarkannya sebagai pahlawan.

Kematiannya membawa kecaman global terhadap kudeta militer itu.

Dan banyak negara memberlakukan sanksi yang ditargetkan pada para jenderal tersebut.

Saat ini, lebih dari 50 orang tewas selama protes ketika pasukan keamanan melakukan tindakan kekerasan yang semakin brutal terhadap para demonstran.

'Aku akan terus berjuang'

Pada 9 Februari 2021, pasangan itu berada di garis depan demonstrasi besar-besaran di Naypyitaw.

"Saya mengiriminya pesan."

Baca Juga: Iran Terendus Ciptakan Senjata Pemusnah Massal, Jet Tempur F-15 Israel Bersatu dengan Pesawat Pembom B-52 Amerika, Bisa Menyulut Kiamat Jika Digunakan!

"Isinya, 'Tolong telepon saya kembali'. Itu karena saya tidak punya pulsa."

"Namun dia tidak pernah melakukannya," kata Hein Yar Zar.

"Saya tinggal di sampingnya selama di rumah sakit dan saya berdoa setiap hari agar dia menjadi lebih baik."

Militer pada awalnya mengatakan sedang menyelidiki kematiannya.

Tetapi media pemerintah kemudian melaporkan bahwa otopsi tubuhnya menunjukkan peluru itu bukan ditembakkan oleh petugas polisi.

Sejak kematian sang kekasih, kehidupan Hein Yar Zar langsung berubah. Dia hidup dalam kesedihan dan kemarahan.

"Dia memberikan hidupnya untuk revolusi ini. Sebagai pacarnya, saya akan terus melakukannya untuknya," katanya.

"Saya akan terus berjuang agar revolusi ini menang."

Rest in peace Mya Thwate Thwate Khaing dan semua korban di Myanmar.

Baca Juga: Pantas Satu per Satu Warganya Tewas di Tangan Militernya Sendiri, Sejatinya Kekuatan Militer Myanmar Memang Tangguh, tapi Sayang Kerap Disalahgunakan