Find Us On Social Media :

Amerika Ketar-ketir, Jika Terus Pedulikan Perang dengan China, Mereka Akan Kehilangan Sekutu Senjata Nuklir Kuat di Asia, Apa yang Mereka Lakukan?

By Maymunah Nasution, Sabtu, 20 Februari 2021 | 20:58 WIB

Amerika ketar-ketir, jika terlalu mempedulikan perang dengan China, sekutu nuklirnya ini bisa jadi musuh dalam sesaat

Intisari-online.com - Sebulan setelah Joe Biden resmi menjadi presiden AS, Pakistan khawatir jika arah hubungan mereka dengan AS dapat rusak karena persaingan AS dengan China dan peran India di dalamnya.

Sejak mengklaim jabatannya pada 20 Januari, administrasi Biden telah meletakkan tekanan besar dalam memperkuat peran Persekutuan 4 Negara (Quads).

Quads adalah persekutuan AS dengan sekutu kuncinya di Indo-Pasifik: Jepang, Australia, dan India.

Membangun "arsitektur regional lebih kuat" di bawah payung Quad untuk melawan peran China yang makin luas di Indo-Pasifik telah tergambar pasti di kerangka pemerintah AS.

Baca Juga: Bukan dengan Strategi Perang Dingin, Rupanya Begini Cara yang Tepat Dilakukan AS dan 3 Sekutunya di Indo-Pasifik Agar Bisa Kalahkan China, Jika Tidak Taiwan Hilang

Pembicaraan AS baru-baru ini melalui menteri luar negeri AS dan India serta konferensi video Biden dengan Perdana Menteri Narendra Modi 8 Februari lalu telah semakin membuat Pakistan khawatir.

Sebagai sekutu kuat China dan musuh bersejarah India, "Islamabad akan ingin menghindari persaingan AS-China," ujar Maleeha Lodhi, mantan duta besar Pakistan untuk AS, PBB dan Inggris.

"Dan sementara mereka mencari hubungan lebih baik dengan AS, sangat jelas bagi Islamabad jika masa depan strategis Pakistan ada di China."

Sementara itu, Pakistan telah kehilangan prioritasnya dalam kerangka luar negeri AS pertama kalinya sejak serangan 11 September al-Qaeda karena perang terorisme tidak lagi menjadi agenda internasional Washington.

Baca Juga: Militer Pakistan Makin Gagah Berkat China: Mampu Hadirkan Al Khalid Si Raja Medan Perang, Seperti Apa Kolaborasi Pakistan-China Ini?

Dengan AS menarik pasukan dari Afghanistan dan zona perang di Timur Tengah, mereka telah fokus dengan kompetisi raksasa bersama China dan Rusia.

Pakistan telah merasakan dampak pergantian politik sejak 2018 ketika administrasi Trump memberi sanksi tarif kepada Beijing dan meluncurkan kampanye diplomasi melawan Belt and Road Initiative (BRI).

Penasihat keamanan nasional di administrasi Imran Khan, Moeed Yusuf, telah berulang kali membicarakan ketidaknyamanan Pakistan yang digambarkan sebagai pengganggu oleh AS yang mencari cara meyakinkan India meninggalkan kebijakan luar negeri tradisionalnya dan bergabung melawan China.

"Pakistan ingin hubungan bilateral Pakistan-AS yang tidak ditutupi oleh latahnya politik AS terhadap negara lain di wilayah ini," ujar Yusuf dalam pidatonya di Islamabad pada 22 Januari.

Baca Juga: Namanya Memang Tak Terkenal Seperti Mossad atau CIA, Tetapi Agen Intelijen India Ternyata Pernah Lakukan 5 Operasi Super Gila Ini

Islamabad telah berada di bawah tekanan dari AS untuk memotong skala estimasi dana kerjasama China-Pakistan, China-Pakistan Economic Corridor (CPEC) sebesar 60 miliar Dollar AS.

Sejak diluncurkan tahun 2015, lebih dari 28 miliar Dolar AS telah dihabiskan untuk membangun pembangkit listrik dan infrastruktur penghubung China ke Timur Tengah melalui pelabuhan Gwadar, di pantai Pakistan.

Sejak perlambatan 2 tahun dengan perubahan pemerintah di Islamabad, Pakistan menguatkan kembali CPEC tahun lalu dengan tandatangani kontrak untuk proyek tenaga hidro di separuh wilayah Kashmir yang mereka kuasai.

Kontrak itu sontak membuat marah India yang menjadi penguasa wilayah Kashmir yang lainnya dan menyebabkan munculnya konflik dengan China di wilayah Ladakh.

Baca Juga: Laut China Selatan Dikepung Puluhan Pasukan Militer, Mendadak Amerika, China, dan Rusia Kirimkan Kapal Perusak Mereka ke Pakistan, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

India dan Pakistan telah lama menjadi musuh sejak kemerdekaan di tahun 1947 dan telah berperang dua perang besar dan beberapa konflik lokal di wilayah Kashmir.

Kepala Komando Pusat AS Jenderal Keith McKenzie menyatakan pandangan Pentagon atas Pakistan sebagai fasilitator kunci bagi peran China memperluas peran di Timur Tengah dan Asia Selatan.

"China menggunakan BRI dan CPEC untuk memperluas pengaruh dan kehadiran mereka," ujar McKenzie untuk Insititute Timur Tengah di Washington 8 Februari.

Ada juga kekhawatiran AS lain atas Pakistan.

Baca Juga: Laut China Selatan Dikepung Puluhan Pasukan Militer, Mendadak Amerika, China, dan Rusia Kirimkan Kapal Perusak Mereka ke Pakistan, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Kekuatan militer Pakistan yang mendominasi kebijakan luar negeri dan keamanan di Islamabad, tunjukkan mengirimkan kekhawatiran atas situasi strategi yang berevolusi pada 20 Januari, beberapa jam sebelum inagurasi Biden dengan cara mendemonstrasikan senjata militer mereka.

Untuk kedua kalinya, Pakistan menguji rudal jelajah mereka Shaheen-III.

Rudal itu memiliki jangkauan sejauh 2750 km, mampu mencapai wilayah paling timur India, Andaman dan Pulau Nicobar di Teluk Bengala, situs pengujian utama untuk program rudal balistik India.

Pengujian mengakhiri moratorium yang diadopsi selama administrasi Trump karena kesensitifan AS mengenai kemampuan rudal Pakistan mencapai Israel.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Sekutu dan Teman Dekat China, Negara Ini Pertimbangkan Jadikan Salah Satu Pelabuhannya Sebagai Pangkalan Militer China

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini