Penulis
Intisari-Online.com -Setelah terjadi peristiwa Agresi Militer Belanda II, para tokoh Bangsa Indonesia ditawan dan diasingkan oleh Belanda, termasuk Bung Karno dan Bung Hatta.
Saat masa pengasingan, mereka tidak ditumpuk di satu lokasi saja, melainkan disebar di beberapa tempat.
Beberapa di antaranya diasingkan bergantian dengan menggunakan lokasi yang sama.
Soekarno sendiri berpindah dari satu lokasi ke lokasi, mulai dari Berastagi, Kota Parapat di tepian Danau Toba, hingga ke Muntok Pulau Bangka.
Berada di pengasingan Berastagi selama 12 hari sejak 22 Desember 1948, kemudian Soekarno dipindahkan ke Parapat Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, mulai 4 Januari 1949.
Ketika itu, bersama Soekarno adalah dua rekan seperjuangannya, Sutan Sjahrir (Perdana Menteri RI) dan Haji Agus Salim.
Dari Parapat, Bung Karno dipindahkan ke Muntok Pulau Bangka, tepatnya di Pesanggraghan Menumbing menyusul Bung Hatta yang sudah lebih dulu diasingkan ke sana.
Enam bulan berada di pengasingan Muntok, rupanya ada peninggalan unik Bung Karno di tempat ini, yaitu surat cintanya untuk sang istri, Fatmawati.
Kini Pesanggrahan Menumbing telah menjadi museum yang memperlihatkan benda-benda bersejarah.
Melansir Tribunnews, salah satu yang menarik dari peninggalan itu adalah surat cinta Bung Karno pada istrinya Fatmawati.
Surat itu melampirkan gambar foto Bung Karno, sehari setelah diasingkan di Muntok.
"Fat, ini adalah gambar mas pada waktu sehari di Muntok. Kurus ataukah gemuk?. Mas. Soekarno".
Begitulah bunyi surat Bung Karno kepada Fatmawati dari pengasingan Muntok.
Selain surat cinta Soekarno kepada Fatmawati, melansir Kompas.com, di Pesanggerahan Menumbing ini pelbagai barang peninggalan tokoh bangsa masih bisa ditemukan.
Seperti berbagai foto, satu unit mobil Ford bernopol BN-10, hingga perabotan yang dulu pernah digunakan untuk menerima tamu-tamu penting.
Pesanggrahan Menumbing merupakan sebuah bangunan permanen berbahan batu dan semen yang dicat warna putih.
Bangunan ini mirip benteng yang menghadap langsung ke Pelabuhan Muntok.
Selain bangunan utama serupa benteng, juga terdapat sejumlah bangunan kecil yang berfungsi sebagai gudang dan pos jaga.
Di sekitar benteng terdapat banyak lembah yang curam.
Tempat ini dibangun pertama kali oleh pemerintah Belanda sebagai lokasi peristirahatan kepala administrasi pertimahan Muntok.
Baca Juga: PM Israel Lega, Biden yang Dianggap Hina Dirinya Akhirnya Menelepon, Apa yang Dibicarakan?
Berada di puncak Gunung Menumbing berketinggian 445 meter di atas permukaan laut (mdpl), keberadaan Pesanggrahan Menumbing sangat terpencil.
Masuk ke dalam ruangan pesanggrahan, terdapat ruang tamu yang dulunya pada masa kolonial Belanda digunakan sebagai tempat berkumpul masyarakat lokal mengadakan syukuran peresmian gedung tersebut, sekitar tahun 1930.
Ruangan tempat Soekarno dan Hatta pernah tinggal itu, terbagi dua bagian.
Pertama dari pintu kamar, terdapat ruangan berukuran sekitar 4x5 meter.
Di dinding tembok putih menghadap ke pintu kamar, sebuah meja dan kursi yang semakin usang termakan usia. Di meja inilah, Soekarno sering melakukan aktivitas menulis dan membaca.
Di sebelah kiri ruangan pertama, ada pintu yang menghubungkan kamar Soekarno.
Ada dua ranjang masing-masing berukuran 1x2 meter terbuat dari kayu, berdekatan satu sama lain.
Pesanggrahan Menumbing sendiri disebut memiliki sekitar 30 kamar, sementara satu di antara kamar tersebut yang pernah disinggahi Soekarno kini dikeramatkan.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari