Find Us On Social Media :

Ikut-ikutan Gatal dengan Tingkah Militer Myanmar, Malaysia Punya Rencana untuk Menghukum Militer Myanmar, Tetapi Warga Myanmar Malah Jadi Korbannya

By Khaerunisa, Selasa, 16 Februari 2021 | 19:40 WIB

Bendera Malaysia. (Ilustrasi) Ikut-ikutan Gatal dengan Tingkah Militer Myanmar, Malaysia Punya Rencana untuk Menghukum Militer Myanmar, Tetapi Warga Myanmar Malah Jadi Korbannya

Intisari-Online.com - Kudeta di Myanmar memicu banyak kecaman internasional, termasuk dari negara tetangganya, Malaysia.

Sementara menentang kudeta di Myanmar, pemerintah Negeri Jiran ternyata akan memberikan 'hukuman' terhadap Myanmar.

Melansir 24h.com (16/2/2021), pada 15 Februari, negara Asia Tenggara itu mengumumkan pengusiran 1.200 warga Burma.

Keputusan tersebut diambil hanya beberapa minggu setelah di Myanmar terjadi kudeta militer yang "menggugah" opini dunia.

Baca Juga: Pernah Jadi Negara Paling Korup Kedua di Dunia setelah Somalia, Myanmar Kini Disebut Mengalami Peningkatan Signifikan dalam Memerangi Korupsi, Tapi Masih Hadapi Masalah Ini

Malaysia mengumumkan akan mengusir 1.200 warga Myanmar itu kembali ke rumahnya.

Khairul Dzaimee Daud, seorang pejabat Layanan Imigrasi Malaysia, mengatakan negara itu akan mendeportasi warga Myanmar yang tidak memiliki dokumen yang sah atau telah kedaluwarsa visanya.

Beberapa informasi menyebutkan bahwa ini adalah 'hukuman' pertama Malaysia terhadap Myanmar setelah kudeta militer. Namun, Dzaimee Daud membantahnya.

“Skema deportasi yang dimulai pada 23 Februari hanyalah salah satu bagian dari program manajemen imigrasi reguler Malaysia. Kami akan mendeportasi imigran gelap Myanmar. Tahun lalu kami mendeportasi 37.000 WNA kembali ke negara asalnya, ”kata Dzaimee Daud.

Baca Juga: Dikenal Brutal dan Kerap Menindas Orang Palestina, Artikel Ini Ungkapkan di Mana Ada Penindasan Umat Muslim, Ternyata Ada Campur Tangan Israel di Dalamnya

Dzaimee Daud menambahkan bahwa tidak ada pengungsi yang terdaftar di Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Rohingya (Muslim Burma) diharapkan dideportasi dari Malaysia.

Malaysia adalah rumah bagi sekitar 100.000 pengungsi Rohingya.

Malaysia memprotes dan mengutuk kudeta militer di Myanmar.

Negara itu mendesak militer Myanmar untuk mengembalikan kekuasaan kepada pemerintah sipil.

Baca Juga: Biden Sempat Dianggap Remehkan PM Israel, Netanyahu Akui Perbedaan dengan Joe Biden Soal Iran dan Palestina

Ada jutaan orang yang bermigrasi dari negara-negara Asia miskin ke Malaysia.

Myanmar sendiri merupakan salah satu negara dengan jumlah pendatang terbanyak ke Malaysia.

Dalam perkembangan lain, Khin Maung Zaw, pengacara pribadi Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi, mengatakan hakim pengadilan di

Naypyitaw baru saja memutuskan untuk memperpanjang penahanannya hingga 17 Februari. Sebelumnya, Suu Kyi ditahan hingga 15 Februari untuk menjalani penyelidikan.

"Apakah ini adil atau tidak, Anda mengerti," kata Tuan Khin Maung Zaw.

Baca Juga: Padahal China Saja Butuh 5,5 Tahun, 2 Negara Ini Malah Mampu Beri Vaksin Kepada 75% Warganya Hanya Dalam Waktu 2 Bulan, Bagaimana dengan Indonesia?

Melansir Kompas.com (15/2/2021), Aung San Suu Kyi akan hadir di pengadilan melalui konferensi video minggu ini.

Proses hukum itu dilakukan atas tuduhan yang diajukan terhadapnya dari junta militer baru, menurut pengacaranya pada Senin (15/2/2021) melansir AFP.

Panglima Angkatan Darat Jenderal Min Aung Hlaing membenarkan kudeta 1 Februari, dengan menuduh adanya kecurangan yang luas dalam pemilihan umum November.

Hasil pemilihan memberi kemenangan telak bagi Partai Liga Nasional untuk Demokrasi ( NLD) yang dipimpin Suu Kyi.

Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Begini Kisah di Balik Drupadi yang Punya Lima Suami Pandawa

Dua hari setelah kudeta, peraih Nobel berusia 75 tahun itu didakwa dengan tuduhan yang tidak biasa.

Dia dituding melanggar undang-undang impor dan ekspor Myanmar, setelah penggeledahan di rumahnya menemukan "walkie talkie".

Presiden Myanmar Win Myint bernasib sama seperti Suu Kyi. Kepala Negara Myanmar yang menjabat sejak 2018 ini ditahan dalam serangan fajar pada 1 Februari.

Dia didakwa melanggar pembatasan virus corona, ketika dia ikut serta dalam acara kampanye September lalu yang menarik ratusan orang.

Baca Juga: Tutup Peluang Jadi Petinggi Indonesia, Tan Malaka Tolak Permintaan Soekarno untuk Bacakan Teks Proklamasi, Jawabannya Sangat 'Negarawan

(*)

 

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari