Find Us On Social Media :

Bendungan China Diduga Jadi Penyebab Air Sungai Mekong Berubah Jadi Biru, Berbahayakah?

By Tatik Ariyani, Minggu, 14 Februari 2021 | 06:30 WIB

Sungai Mekong di Vietnam.

Intisari-Online.com - Sebagai Mekong mengalir di sejumlah negara seperti, Laos, Kamboja, Vietnam dan sebagian China dan Tibet.

Namun saat ini, ketinggian air di Sungai Mekong telah turun ke "tingkat yang mengkhawatirkan."

Komisi Sungai Mekong (MRC) menilai hal ini sebagian terjadi karena pembatasan aliran keluar dari bendungan pembangkit listrik tenaga air China di hulu.

Melansir Reuters pada Jumat (12/2/2021), MRC meminta Beijing untuk membagikan semua data air miliknya.

Baca Juga: Saksi Melihat Korban Diterkam 'Makhluk Purba Ini, Seorang Warga Hilang di Sungai Saat Tengah Ambil Air Wudu

Jalur air vital itu telah berubah menjadi biru di sepanjang perbatasan Thailand-Laos.

Biasanya air Sungai Mekong berwarna coklat keruh, yang menandakan air dangkal dan tingkat rendah sedimen kaya nutrisi.

The Geo-Informatics and Space Technology Development Agency (GISTDA) di Thailand sebelumnya memeringatkan sedimen sekarang terlihat jelas di bawah air Sungai Mekong.

Kini sungai yang melalui lima negara itu sudah berwarna biru tua. Sementara beberapa gundukan pasir telah muncul di tengah sungai.

Baca Juga: Hampir 100 Juta Orang China Memasok Air Minum Beracun yang Dapat Sebabkan Penyakit-penyakit Berbahaya Bahkan Tak Bisa Terurai oleh Tubuh Manusia, Kok Bisa?

GISTDA mengatakan perubahan ketinggian air ini merupakan indikasi kekeringan parah yang akan dihadapi wilayah tersebut.

“Delapan provinsi di sepanjang sungai akan terpengaruh, yaitu Chiang Rai, Loei, Nong Khai, Beung Kan, Nakhon Phanom, Mukdahan, Amnat Charoen dan Ubon Ratchathani," katanya kepada The Nation Thailand pada Selasa (2/2/2021).

Kekeringan dikhawatirkan tidak hanya akan memengaruhi ekosistem. Tetapi juga pertanian yang menanam tanaman komersial seperti padi, karet, tembakau, dan tomat.

Sementara itu, Samran Reunnak, pelaksana tugas kepala Dinas Perikanan Nakhon Phanom Thailand, mengatakan ketinggian sungai telah rendah selama beberapa tahun dan pada akhirnya akan memengaruhi kondisi air negara yang dilaluinya.

Baca Juga: Tanpa Senjata Melabrak Kapal Perang Malaysia yang Tengah Berulah, Ini Kisah Heroik Personel Pasukan Khusus Indonesia Kopaska Ketika Bertugas di Ambalat

“Warna sungai menjadi biru tua karena airnya terlalu rendah dan tidak bisa mengalir dengan baik sehingga menyebabkan semakin banyak material mengendap. Air akhirnya menjadi lebih gelap,” ujarnya.

“Ikan tidak akan bisa bertelur di air ini dan pada akhirnya beberapa spesies langka akan hilang dari sungai.”

Sementara itu pernyataan Jumat (12/2/2021) dari MRC mengatakan curah hujan rendah dan bendungan di Mekong Bawah dan anak sungai juga berkontribusi pada penurunan level.

"Ada kenaikan dan penurunan mendadak di permukaan air segera di hilir Jinghong dan lebih jauh ke Vientiane," kata Winai Wongpimool, direktur Divisi Dukungan Teknis Sekretariat MRC.

Fluktuasi seperti itu memengaruhi migrasi ikan, pertanian dan transportasi yang diandalkan hampir 70 juta orang untuk mata pencarian dan ketahanan pangan mereka.

"Untuk membantu negara-negara Mekong Hilir mengelola risiko secara lebih efektif, kami meminta China dan negara-negara Mekong Hilir sendiri untuk berbagi rencana pelepasan air mereka dengan kami," kata Winai.

MRC mengatakan kondisi normal dapat dipulihkan jika volume besar air dilepaskan dari waduk bendungan China.

Baca Juga: Catat! Star Syndrome Ternyata Bisa Menjatuhkan Mentalitas dan Karier Pemain Sepakbola

Kementerian Luar Negeri China tidak menjawab permintaan komentar pada Jumat karena hari libur umum.

Pemantau Bendungan Mekong yang didanai AS, menggunakan data satelit untuk melacak permukaan air.

Hasil pemantauan juga menyoroti fluktuasi harian dalam pelepasan air dari Bendungan Jinghong China pada Februari.

China tahun lalu berjanji untuk berbagi data bendungannya dengan negara anggota MRC seperti Laos, Thailand, Kamboja, dan Vietnam.

Pada Januari, Beijing memberi tahu negara tetangganya bahwa bendungannya sedang mengisi waduk.

Selain itu, alirannya akan dikembalikan ke "status operasi normal" pada 25 Januari.

MRC mengatakan, “Tingkat aliran keluar di Bendungan Jinghong adalah 785 meter kubik per detik pada awal Januari sebelum naik menjadi 1.400 meter kubik per detik pada pertengahan Januari.” 

MRC menambahkan, namun, level turun lagi pada Februari dan menjadi 800 meter kubik per detik pada Kamis. Pernyataan itu tidak menyebutkan pemberitahuan terbaru dari Beijing.