Find Us On Social Media :

‘Saya Diinstruksikan Jatuhkan Bom, Moralitas Bukan Urusan Saya’ Kisah Paul Tibbets, Pria yang Jatuhkan Bom Atom di Hiroshima

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 13 Februari 2021 | 14:30 WIB

(kiri) Pengeboman Hiroshima, (kanan) Paul Warfield Tibbets Jr, Pilot Pesawat Pengebom Hiroshima.

Antara 70.000-90.000 orang tewas dalam sekejap, sekitar 130.000-200.000 lainnya dikatakan telah tewas di tahun-tahun mendatang akibat dampak bom.

Tiga hari kemudian, pembom B-29 Superfortress menjatuhkan bom atom kedua di atas kota Nagasaki di Jepang, menandai terakhir kali senjata nuklir digunakan dalam konflik bersenjata.

Menjadi pilot Enola Gay membuat Tibbets menjadi terkenal dan memberinya Lintas Layanan Terhormat,  tetapi kontribusinya terhadap keberhasilan misi jauh lebih dari sekadar mengemudikan pesawat.

Sejak usia muda, Tibbets sudah tertarik terbang.

Namun, ayahnya punya rencana lain untuknya dan ingin putranya melanjutkan ke kedokteran.

"Dia meyakinkan saya bahwa saya harus menjadi seorang dokter," kenang Tibbets.

“Ada seorang dokter di keluarga Tibbets. Dan ayah memutuskan kita harus melanjutkan tradisi itu. Saya harus benar-benar percaya bahwa saya ingin menjadi dokter dan harus menjadi dokter, tetapi keinginan untuk menerbangkan pesawat menguasai saya.”

Ayahnya kurang tertarik dengan pilihan karir baru putranya, bahkan mengatakan 'mesin sialan itu akan membunuhmu.'

Tidak terpengaruh, Tibbets mendaftar di Korps Udara Angkatan Darat Amerika Serikat sebagai kadet penerbangan.

Baca Juga: Meski Tidak Berakhir Secara Bersamaan, Inilah Bagaimana dan Kapan Perang Dunia Kedua Berakhir, Benarkah Belum Berakhir Hingga Tahun 1990-an?