Penulis
Intisari-online.com -Vaksinasi Covid-19 sudah dijalankan di banyak negara.
Salah satunya juga di Jepang.
Negara itu berhasil mengamankan stok Pfizer untuk warganya.
Diketahui vaksin Pfizer merupakan vaksin buatan Amerika Serikat.
Vaksin ini diunggulkan karena efikasinya yang tinggi serta pembuatnya lebih terpercaya daripada vaksin buatan China.
Oleh sebab itu, vaksin Pfizer menjadi vaksin yang bersifat premium dan diinginkan oleh negara-negara Eropa.
Akibatnya, terjadi perebutan untuk vaksin premium ini dan stoknya menjadi terbatas.
Meski begitu Jepang berhasil mendapatkan vaksin ini untuk seluruh warganya.
Sayangnya, baru-baru ini dikabarkan Jepang tiba-tiba membuang jutaan vaksin Pfizer.
Apa sebabnya?
Dikutip dari The Independent, hal ini terkait dengan stok suntik spesialis di Jepang.
Suntik biasa rupanya tidak dapat mengekstraksi dosis keenam yang juga dosis terakhir dari masing-masing tabung vial yang dibuat oleh produsen obat AS.
Akibatnya tanpa suntik spesialis atau suntik khusus, dosis terakhir dari vaksin Pfizer akan dibuang.
Jepang telah mengamankan 144 juta dosis vaksin Pfizer.
Dosis sebanyak itu cukup untuk 72 juta warga.
Namun karena kekurangan suntik khusus yang bisa mengambil keenam dosis, artinya 12 juta warga Jepang tidak akan menerima vaksin tersebut.
"Jenis suntik yang digunakan di Jepang hanya bisa menarik 5 dosis," ujar Menteri Kesehatan Norihisa Tamura dilansir dari Kyodo News.
"Kami akan menggunakan semua suntik yang dapat menarik 6 dosis bersamaan, tapi hal itu tentunya tidak akan cukup dengan lebih banyak vaksinasi yang didaftarkan."
Pejabat kementerian kesehatan Jepang mengatakan kepada Jiji Press: "Saat kontrak dibuat, kami tidak yakin jika satu botol dapat digunakan untuk 6 suntikan.
"Tidak dapat ditampik, kami lambat mengkonfirmasi hal tersebut."
Ketika Jepang memulai imunisasi Covid-19 akhir bulan ini, rencananya nakes yang tidak mampu mengekstraksi dosis keenam harus membuang dosis keenam tersebut, seperti dilaporkan oleh juru bicara top pemerintah Katsunobu Kato.
Lebih mengerikannya lagi masalah ini tidak hanya terjadi di Jepang.
Amerika Serikat dan beberapa negara Uni Eropa juga mengalami masalah yang sama, yaitu jenis suntik khusus yang terbatas.
Hal ini dikhawatirkan akan menjadi masalah baru yaitu persaingan mengamankan suplai suntik khusus tambahan.
Ketika vaksinasi di Jepang dimulai, inokulasi di Jepang akan diberikan kepada 10 ribu sampai 20 ribu pekerja medis yang bekerja sebagai garda terdepan.
Jepang akan memulai menginokulasi 10 ribu sampai 20 ribu pekerja medis, dengan upaya menyelesaikan vaksin ke 3.7 juta pekerja medis lain dari pertengahan Maret.
Sementara vaksinasi untuk 36 juta warga berusia 65 tahun dan di atasnya tidak akan dimulai sebelum awal April.
AstraZeneca dimintakan persetujuan dari Jepang bulan lalu.
Sementara itu vaksin Moderna tidak diharapkan masuk ke Jepang sampai Mei.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini